Advertorial

Indonesia Dorong Komitmen Penguatan Arsitektur Kesehatan Global pada Presidensi G20

Kompas.com - 25/04/2022, 13:57 WIB

KOMPAS.com – Presidensi Group of Twenty (G20) 2022 memiliki tiga isu prioritas, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan ekonomi, serta transisi ekonomi berkelanjutan.

Adapun isu kesehatan menjadi sebuah hal mendesak untuk dibahas pada pertemuan tingkat tinggi tahun ini. Terlebih, setelah dunia internasional dihantam oleh badai Covid-19.

Untuk diketahui, pada Presidensi G20 Italia 2021, Indonesia telah mengusulkan kebijakan terkait isu kesehatan global yang perlu dibahas pada Presidensi G20 Indonesia 2022.

Salah satunya mengenai urgensi penguatan global health architecture, seperti kebijakan dan instrumen global. Hal ini bertujuan untuk memperkuat protokol kesehatan dan standardisasi agar memudahkan perjalanan internasional.

Maka dari itu, Pertemuan Tingkat Menteri Kesehatan (Menkes) G20 2021 mengeluarkan Deklarasi Menkes yang berisikan komitmen dalam mengatasi dampak pandemi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) dan kesiapan untuk krisis kesehatan di masa depan.

Selain itu, pertemuan tersebut juga bertujuan untuk menjalankan strategi global dalam meningkatkan akses merata terhadap alat diagnostik, obat, dan vaksin, serta merekomendasikan penjajakan pembiayaan global dalam mendukung sistem kesehatan global.

Hal tersebut sejalan dengan usulan Indonesia untuk mewujudkan instrumen pooling of global resource.

Semua agenda besar tersebut diharapkan akan kembali menjadi pokok pembahasan sektor kesehatan pada Presidensi G20 Indonesia.

Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan bahwa perhatian G20 terhadap isu kesehatan global agar bisa dikedepankan.

Adapun untuk membangun dunia yang tahan terhadap pandemi dan berbagai guncangan di masa depan, Jokowi meminta semua negara untuk memperkuat arsitektur kesehatan global.

Demi mewujudkan hal tersebut, diperlukan mekanisme penggalangan sumber daya kesehatan global, mulai dari dana, vaksin, obat, alat kesehatan, hingga tenaga kesehatan yang siap diterjunkan setiap saat untuk membantu negara yang mengalami krisis kesehatan.

Komitmen tersebut perlu ditindaklanjuti secara nyata pada Presidensi G20 2022.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Usman Kansong mengatakan, melalui isu arsitektur kesehatan global, Indonesia perlu mendorong tata kelola kesehatan yang lebih tangguh pascapandemi Covid-19.

Di sisi lain, isu tersebut tak semata didasari pada kondisi dunia selama pandemi, tetapi juga memiliki kepentingan nasional .

"Indonesia bisa bekerja sama untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih tangguh. Ini perlu dilakukan agar masyarakat yang tinggal di daerah terpencil bisa mendapatkan akses layanan kesehatan lebih baik," ujar Usman dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (25/4/2022).

Vaksinasi Covid-19

Dalam penanganan pandemi, vaksinasi menjadi solusi terbaik yang dijalankan oleh semua negara.

Sebagai informasi, hingga akhir 2021, target vaksinasi global terhadap 40 persen populasi dunia berhasil dipenuhi. Pada pertengahan 2022, angka tersebut akan dinaikkan menjadi 70 persen vaksinasi.

Saat ini, jumlah produksi vaksin global mampu mencakup 70 persen dari populasi di dunia. Namun, fasilitas kesehatan dan distribusi vaksin yang tidak merata menimbulkan ketimpangan dan masalah.

Pada negara maju, vaksinasi dapat berjalan dengan cepat lantaran fasilitas dan tenaga kesehatan sudah tersedia dengan baik.

Selain itu, distribusi vaksin juga terbilang lancar karena infrastruktur dan konektivitas sudah tersedia dengan baik.

Berkat hal itu, tingkat vaksinasi di negara maju telah mencapai lebih dari 80 persen. Bahkan, vaksinasi di sejumlah negara maju telah mencapai 100 persen. Hal tersebut jauh berbeda dengan negara berkembang.

Namun, jelang Presidensi G20, Indonesia patut berbangga. Pasalnya, Indonesia termasuk negara berkembang yang dapat melakukan vaksinasi sesuai dengan target yang ditetapkan.

Hingga akhir 2021, vaksinasi di Indonesia hampir menyentuh 50 persen dari total populasi nasional.

Meski begitu, banyak negara berkembang mengalami kesulitan untuk melakukan vaksinasi. Kondisi tersebut dinilai akan menimbulkan kerentanan global.

Pasalnya, angka vaksinasi yang kecil di negara berkembang meningkatkan risiko penularan ke seluruh negara di dunia tetap masih ada. Oleh karena itu, vaksinasi perlu terus didorong dan dipercepat.

G20 tata ulang arsitektur kesehatan global

Untuk diketahui, Presidensi G20 mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Tema tersebut bertujuan agar dunia dapat membangun kembali arsitektur kesehatan global yang lebih kuat dan bisa bertahan menghadapi krisis kesehatan di masa depan.

Selain itu, tema tersebut juga diharapkan dapat membantu seluruh negara dalam menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kemenkes selaku ketua Health Working Group telah menetapkan tema tersebut dengan tiga isu prioritas bidang kesehatan.

Isu tersebut terdiri dari membangun ketahanan sistem kesehatan global, harmonisasi standar protokol kesehatan global, serta memperluas manufaktur global dan pusat pengetahuan untuk pencegahan pandemi, kesiapsiagaan, dan respons.

Lewat ketiga fokus itu, Indonesia berkomitmen untuk membangun kerja sama global yang nyata.

Selain itu, kolaborasi diperlukan untuk mempercepat pemulihan pandemi dengan tetap berpegang pada prinsip solidaritas, akuntabilitas, dan kesetaraan.

“Respons kolektif negara G20 akan menentukan jalannya pandemi saat ini dan masa depan. Hari ini adalah saat untuk mengubah arsitektur kesehatan global kita,” kata Budi.

Maka dari itu, Menkes mengajak para pemimpin G20 untuk terus berkolaborasi dalam membangun mekanisme global melalui semangat kemitraan.

“(Kolaborasi) ini dibutuhkan untuk pengumpulan sumber daya untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi. Selain itu, untuk peningkatan kemampuan surveilans genomic atau pelacakan dan pemantauan genom virus secara global, termasuk pemulihan sistem kesehatan yang lebih kuat dan berkelanjutan,” kata Budi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com