Advertorial

Gandeng ExxonMobil, Pertamina Kaji Penerapan Teknologi CCUS di Tiga Wilayah Lapangan Migas

Kompas.com - 14/05/2022, 17:21 WIB

KOMPAS.com - Sebagai perusahaan energi kelas dunia, Pertamina senantiasa menggandeng mitra global untuk mengembangkan bisnisnya.

Salah satu perusahaan global yang digandeng perseroan adalah ExxonMobil. Kedua perusahaan ini menjalin kerja sama untuk mengkaji penerapan teknologi carbon capture and storage (CCS) dan carbon capture, utilization, and storage (CCUS) di tiga wilayah lapangan migas. Ketiga wilayah tersebut meliputi Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Jawa Barat

Adapun kesepakatan kerja sama Pertamina dan ExxonMobil diwujudkan melalui joint study agreement (JSA) sebagai tindak lanjut dari memorandum of understanding (MOU) yang ditandatangani kedua pihak pada COP 26 2021 di Glasgow, Skotlandia.

Penandatanganan JSA dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan President of ExxonMobil Indonesia Irtiza H Sayyed di Amerika Serikat, Jumat (13/5/2022). 

Penandatanganan itu juga disaksikan oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani. 

Luhut mengatakan, kerja sama tersebut merupakan jawaban sederhana bagi beberapa negara maju yang ragu melihat negara berkembang, seperti Indonesia, dalam  membuat kebijakan  terkait masalah perubahan iklim.

Indonesia, lanjutnya, berhati-hati dalam memperhatikan kebijakan tersebut, seperti munculnya masalah reservoir yang menipis. Hal ini merupakan masalah penting sebagai salah satu target pemerintah karena industri terintegrasi di Kalimantan menggunakan reservoir yang habis.

“Oleh karena itu, kami dapat menyuntikkan kebijakan ini ke reservoir yang menipis,” kata Luhut dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (14/5/2022).

Pemerintah, kata Luhut, mendukung Pertamina dan ExxonMobil melakukan investasi  dengan menyiapkan segala hal yang dibutuhkan. Menurutnya, ExxonMobil telah membuktikan komitmennya melalui suntikan investasi di Indonesia selama beberapa dekade.

“Pemerintah Indonesia menyambut baik penambahan investasi tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang energi, Pertamina berkomitmen mendukung program pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan mencapai target penurunan emisi sebesar 29 persen pada 2030.

Pertamina, lanjut Nicke, mendukung target pemerintah mewujudkan Indonesia Net Zero Emission melalui berbagai inisiatif yang dijalankan perseroan.

“Penerapan teknologi CCS dan CCUS menjadi inisiatif penting untuk menurunkan emisi sekaligus sebagai solusi untuk penerapan teknologi enhance oil/gas recovery (EOR/EGR) untuk meningkatkan produksi migas,” ujar Nicke. 

Penerapan teknologi CCS dan CCUS, lanjut Nicke, diharapkan dapat berperan penting dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Pasalnya, GRK berkontribusi terhadap pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati. 

“Sektor energi berkontribusi paling besar terhadap emisi GRK. Dengan demikian, transisi energi fosil ke energi berkelanjutan menjadi tantangan paling mendesak yang kami hadapi saat ini,” tuturnya. 

Indonesia, lanjut Nicke, memegang Presidensi Group of Twenty (G20) dengan memprioritaskan transisi ke energi berkelanjutan sebagai salah satu isu utama.

Nicke menyampaikan, negara-negara anggota G20 dan pelaku usaha harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan bahu membahu dengan prinsip ketahanan energi, aksesibilitas, dan keterjangkauan. 

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Italia pada akhir 2021.

Pada kesempatan yang sama, President of ExxonMobil Low Carbon Solutions Joe Blommaert menegaskan bahwa kerja sama tersebut menjadi langkah maju bagi kedua perusahaan sekaligus menempatkan Indonesia menjadi hub CCS yang potensial untuk kawasan Asia Tenggara.

“Indonesia memainkan peran utama dalam mendukung pengurangan emisi dari sektor yang sulit untuk menghilangkan karbon,"ujar Joe.

Sebagai informasi, kerja sama Pertamina dan ExxonMobil akan berlangsung selama dua tahun. Kerja sama ini memungkinkan pembangunan tempat penyimpanan pusat CCS dan CCUS regional serta menemukan area pemulihan minyak dan gas yang ditingkatkan dan pembangkit hidrogen biru.

“Pengembangan teknologi CCS dan CCUS sejalan dengan komitmen Pertamina untuk menerapkan environment, sustainability, dan governance (ESG) di semua lini bisnis perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mendorong keberlanjutan bisnis di masa depan,” ujar Nicke.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com