Advertorial

Mengenal Etherwaifu, NFT Pertama Indonesia yang Laku Rp 33 Miliar!

Kompas.com - 16/05/2022, 17:00 WIB

KOMPAS.com - Non-fungible token atau NFT pertama Indonesia, Etherwaifu, mengejutkan para peminat NFT dengan total penjualan mencapai Rp 33 miliar. Angka ini didapat lewat 1.025 lukisan digitalnya yang habis terjual pada 2021.

Menurut dua kreatornya yang berasal dari Bandung, Agro dan Jubi, Etherwaifu sempat dikembangkan di Jepang sebelum akhirnya rilis pada 24 Maret 2018.

“Kami merilis (Etherwaifu) pada Maret 2018. Kami juga sempat diberitakan di beberapa media berbahasa Indonesia, salah satunya Japanese Station. Saat itu, kami rilis 1.025 NFT dengan harga per itemnya senilai Rp 50.000,” ujar Agro dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (16/5/2022).

Pria yang juga berprofesi sebagai fotografer dan software engineer itu mengisahkan, pencapaian penjualan tersebut baru bisa diraih setelah tiga tahun. Sebab, saat dirilis, market kripto sedang down.

Kondisi tersebut juga menjadi alasan harga per item NFT Etherwaifu dibanderol cukup murah. Bahkan, dengan harga Rp 50.000, NFT ini hanya terjual 55 unit saja pada saat itu. Project ini pun sempat mengalami kegagalan finansial karena tidak ada produk yang terjual sepanjang 2019 hingga 2020.

“Kami terus berusaha membangun dan mengembangkan software-nya. Akan tetapi, setelah 55 unit itu (terjual), belum ada pembeli lagi. Pada 2019 penjualannya nol rupiah, tak ada yang membeli sama sekali. Pada 2020 juga juga sama. Selama dua tahun berturut-turut tidak ada aktivitas ekonomi sama sekali,” kisah Agro.

Namun, keadaan tersebut tidak berlangsung lama. NFT yang melejit pada 2021 memberikan napas baru bagi Etherwaifu. Apalagi, setelah seorang arkeolog NFT, Adam McBride, menulis artikel tentangnya.

Adam adalah anggota dari komunitas Historical NFT Collector. Komunitas ini mencari berbagai NFT bersejarah di blockchain rilisan 2017 dan 2018.

Singkat cerita, Adam menemukan Etherwaifu yang programnya masih hidup di blockchain. Ia merasa kagum oleh teknologinya yang lebih maju di antara berbagai NFT lain yang dirilis pada 2018.

“Kebanyakan NFT zaman dulu terbilang simple, seperti pixel art. Sementara, kami lebih ke arah seperti lukisan,” terang Agro.

Apalagi, lanjut Agro, Etherwaifu memiliki fitur bernama crafting. Dengan fitur ini, seseorang yang memiliki dua Etherwaifu bisa menciptakan satu “anak” Etherwaifu.

“Nanti, gambar yang dihasilkan akan mengambil sifat-sifat orangtuanya. Jadi, dari sisi crafting secara teknologi sudah maju banget pada 2018. Ada sisi gaming-nya juga,” imbuh Agro.

Dengan informasi yang beredar luas dari artikel itu, semua produk Etherwaifu akhirnya jadi buruan dan akhirnya ludes dengan total penghasilan yang fantastis.

“Karena cuma ada 1.025 NFT, orang-orang pada 2021 langsung pada menyerbu. Akhirnya, (NFT) kami sold out pada 2021. Hasil total penjualan, termasuk secondary sales di OpenSea, mencapai 2,3 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 33 miliar,” tuturnya.

Kini, lanjut Agro, harga NFT historical pertama di Indonesia ini bisa dibilang sudah naik berkali kali lipat.

“Dulu kan harganya Rp 50 ribu. Sekarang kalau mencari Etherwaifu di marketplace harganya bisa Rp 15 jutaan. Itu yang paling murah,” kata Agro.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com