Advertorial

Memahami Seluk-beluk Jurnalisme di Era Digital

Kompas.com - 23/05/2022, 20:00 WIB

KOMPAS.com - Di era digital seperti sekarang, menyebar informasi dan mengolahnya menjadi sumber berita merupakan perkara mudah. Cukup dengan menekan layar gawai, setiap orang sudah bisa disebut sebagai “jurnalis”.

Namun, pekerjaan jurnalis idealnya tak dapat dilakukan dengan mudah. Ada batasan-batasan tertentu yang harus dipenuhi agar tulisan dapat memenuhi kriteria berita. 

Sayangnya, kemudahan mengolah informasi jadi berita saat ini memicu banyaknya tulisan clickbait dan misinformasi. Meskipun tak memenuhi kriteria sebagai sebuah berita, banyak masyarakat yang terlanjur memercayainya karena sulit membedakan antara fakta dan pernyataan berlebihan.

Akibatnya, banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh masyarakat tentang “apa makna jurnalisme yang kredibel?”.

Managing Editor Kompas.com Johanes Heru Margianto mengatakan, untuk menemukan jawabannya, setiap orang bisa memulainya dengan bertanya soal apa itu jurnalisme. Meski pertanyaan tersebut terlihat sederhana, tetapi tidak semudah itu dalam memaknainya.

Hal tersebut ia sampaikan saat membawakan materi “Penulisan Jurnalistik” pada seminar yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (13/5/2022).

“Setiap penulis akan memikirkan topik yang akan ditulis. Seorang jurnalis akan mempertimbangkan adanya 10 Nilai Berita, seperti faktual, magnitude, dampak, proximity, unik, prominencehuman interest, konflik, kejutan, dan informatif bagi khalayak,” ujar Heri dalam siaran pers yang diterima Kompas.com. Senin (23/5/2022).

Heru menambahkan, poin-poin tersebut dapat digunakan jurnalis untuk menentukan apakah sebuah kejadian layak dibagikan ke audiens.

Adapun setelah menentukan topik, seorang jurnalis harus menetapkan gaya penyampaiannya.

Lebih lanjut, Heru mengatakan, terdapat berbagai gaya dalam jurnalisme, seperti hard news, feature, dan opinion.

Pada hard news, penulisan berita dituntut untuk obyektif dan berdasarkan fakta sepenuhnya. Untuk feature, gaya penulisan cenderung lebih santai dan emosional, tetapi tetap netral.

Sedangkan opinion merupakan tulisan dengan pandangan subyektif dari pengalaman penulis. Masing-masing dari gaya tersebut memiliki tujuan dan pendekatan berbeda sehingga tidak bisa disamakan.

“Apa pun topik dan gaya yang dipilih, tulisannya harus tetap mengikuti kode etik jurnalisme agar kredibel. Itu yang membedakan penulisan jurnalistik dan sekadar konten tulisan,” jelas Heru.

Heru percaya, membaca dan menulis adalah ilmu penting yang harus dikuasai jurnalis untuk mengembangkan keterampilan jurnalistik.

Pasalnya, seorang jurnalis akan berhadapan dengan berbagai topik dan membaca dapat memberikan wawasan baru.

Selain itu, jam terbang dalam menulis juga menjadi fondasi untuk membangun struktur artikel dan melihat langsung apa yang perlu dikembangkan.

Menurut Heru, situs seperti Medium cocok untuk penulis independen. Sementara, media kampus, seperti Bestari, dapat melatih kemampuan menulis sesuai kebutuhan institusi.

“Kembali lagi ke pertanyaan, ‘apa makna jurnalisme yang kredibel?’. Apa pun tulisannya, seorang jurnalis harus mempertimbangkan audiens dan informasi yang diberikan. Apakah informasi ini menguntungkan? Bagaimana pembaca akan bereaksi? Pada akhirnya, seorang jurnalis menulis untuk dibaca massa,” ucap Heru.

Tak hanya itu, tambah Heru, tulisan yang jelas dan ringkas juga merupakan kunci untuk menghindari kesalahpahaman. Sebab, jurnalisme memiliki dimensi kepentingan publik dan bukan sekadar tulisan atau laporan belaka.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Bagian Karir dan Alumni UMM sekaligus penyelenggara lokakarya Dr Fien Zulfikarijah mengakui bahwa wawasan dirinya dan mahasiswa bertambah setelah mendengarkan pemaparan Heru.

“Salah satu tujuan dari lokakarya ini adalah untuk membangun semangat mahasiswa untuk menulis dan menerbitkan hasilnya. Menulis adalah sebuah keterampilan yang dapat menguntungkan mahasiswa, perguruan tinggi, dan negara,” imbuhnya

Doktor Fien menambahkan, sesungguhnya mahasiswa itu pintar. Dengan arahan yang sesuai, mereka bisa mengasah keterampilannya dengan baik. Maka dari itu, edukasi yang diberikan media menjadi pengetahuan berharga.

“Kompas Gramedia menyediakan akses untuk berilmu dari Heru Margianto agar mahasiswa bisa menyampaikan berita yang baik dan benar. Pelatihan daring ini tersedia di Karir.mu serta Koginisi dan terbuka bagi siapa saja yang ingin mendalamkan ilmu jurnalistiknya,” kata Dr Fie

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com