Advertorial

Jadi Penyebab Henti Jantung, Pahami Gejala Aritmia Berikut

Kompas.com - 24/05/2022, 13:36 WIB

KOMPAS.com – Pernahkah Anda mendengar berita seseorang yang meninggal setelah berolahraga? Kaasus seseorang meninggal usai berolahraga memang kerap terjadi. Bahkan, tidak sedikit atlet mengalami henti jantung saat bertanding, salah satunya eks pemain Inter Milan, Christian Eriksen.

Henti jantung umumnya disebabkan oleh gangguan irama jantung yang disebut aritmia. Aritmia sendiri adalah gangguan pada sistem kelistrikan jantung yang menyebabkan denyut jantung menjadi lebih lambat (bradikardi), lebih cepat (takikardi), atau tidak beraturan.

Sebagai informasi, jantung dikendalikan oleh sistem kelistrikan sehingga dapat berdenyut dengan irama yang teratur.

Pada kondisi normal, jantung akan berdenyut 60-100 kali per menit. Ketika tidak berdenyut dengan normal, darah juga tidak dapat dipompa ke seluruh tubuh secara normal.

Alhasil, asupan darah ke organ tubuh lain terganggu. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ penting lain.

Gejala gangguan jantung tersebut dapat berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari jenis aritmia yang dialami. Namun, terdapat gejala umum yang perlu diwaspadai, yakni jantung berdebar (palpitasi), nyeri dada, sesak napas, mudah lelah, keringat dingin, dan rasa seperti akan pingsan.

Biasanya, aritmia muncul saat seseorang berolahraga, stres, atau setelah mengonsumsi kafein, nikotin, dan obat-obatan tertentu.

Selain itu, aritmia juga dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti seseorang yang memiliki penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes, hipo atau hipertiroid, penyakit jantung bawaan, dan faktor genetik.

Jika terlambat ditangani, aritmia dapat menyebabkan henti jantung yang bisa berujung pada kematian. Aritmia juga meningkatkan risiko seseorang mengalami strok 4–5 kali lebih tinggi ketimbang yang tidak mengalami aritmia.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada 2017, tercatat 15-20 persen kasus aritmia menyebabkan strok iskemik.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia dan Intervensi Mayapada Hospital Surabaya dr Rerdin Julario, SpJP(K) mengatakan bahwa untuk mendiagnosis aritmia, diperlukan evaluasi gejala dan riwayat medis pasien. 

Pemeriksaan fisik dan penunjang, seperti elektrokardiografi (EKG), treadmill test, holter monitor, dan electrophysiology (EP) study, juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis aritmia.

“EP Study adalah golden standard untuk mendiagnosis aritmia. Dengan pemeriksaan ini, aktivitas listrik pada jantung dapat dipetakan sehingga titik penyebab gangguan kelistrikan jantung dapat diketahui,” ujar dr Rerdin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (20/5/2022).

Berdasarkan hasil EP study, lanjutnya, dapat ditentukan jenis aritmia dan terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan irama jantung normal.

Lebih lanjut, dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Aritmia Mayapada Hospital Tangerang dr Agung Fabian Chandranegara, SpJP(K) mengatakan bahwa penanganan aritmia disesuaikan dengan jenis aritmia yang dialami pasien.

“Tindakan berupa pemasangan alat pacu jantung atau pacemaker biasanya digunakan untuk kasus aritmia yang mengakibatkan jantung berdenyut lebih lambat dari normal. Tindakan lain, yaitu ablasi jantung, merupakan tindakan untuk mengoreksi aritmia dengan cara memasukan kateter melalui pembuluh darah sampai ke jantung,” ujarnya.

Elektroda pada ujung kateter, kata dr Agung, dilengkapi dengan energi radiofrekuensi untuk mengablasi titik tertentu pada jantung yang menyebabkan aritmia. Dengan demikian, jantung dapat kembali berdenyut dengan normal.

Deteksi aritmia sejak dini

Jika Anda menderita beberapa penyakit yang menjadi faktor risiko aritmia, seperti hipertensi, gangguan tiroid, diabetes, penyakit jantung, atau pernah menjalani operasi jantung, sebaiknya mulai lakukan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter ahli kardiologi.

Dengan demikian, Anda dapat melakukan deteksi dini mungkin untuk menghindari risiko penyakit menjadi serius. Semakin awal diketahui, keberhasilan pengobatan pun semakin tinggi. Selain itu, jangan ragu untuk melakukan tindakan apabila ada gejala yang dirasakan.

Jika memiliki pertanyaan seputar aritmia atau penyakit lain, Anda bisa melakukan konsultasi online dengan dokter-dokter terbaik melalui fitur Tanya Dokter dari Mayapada Hospital pada tautan ini.

Selain dapat berkonsultasi kesehatan secara online, Anda juga berkesempatan mendapat voucer diskon medical check up di Mayapada Hospital.

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut seputar masalah kesehatan, silakan kunjungi situs web Mayapada Hospital.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com