Advertorial

Monumen Pers Nasional, Wisata Sejarah Pers untuk Generasi Muda

Kompas.com - 30/05/2022, 14:04 WIB

KOMPAS.com – Monumen Pers Nasional mengadakan Forum Sosialisasi Monumen Pers Nasional. Sesi ini merupakan bagian dari Pameran Expo Hybrid Salatiga 2022 di Taman Wisata Sejarah Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), tepat pada Hari Kebangkitan Nasional, Jumat (20/5/2022). Rangkaian acara ini dihadiri oleh guru sejarah serta siswa didik dari Jateng dan luar Jateng.

Adapun forum dihadiri oleh tiga narasumber, yakni Kepala Monumen Pers Nasional Widodo Hascaryo, Kepala Pendidikan Kota Salatiga Nunuk Darti, serta Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Salatiga Vety Haribowo. Pada forum tersebut, ketiga narasumber membahas tiga sektor penting, yakni wisata sejarah, pendidikan, dan pariwisata.

Vety mengatakan, wisata sejarah, pendidikan, dan pariwisata penting diketahui karena saling berkaitan erat. Sebab, pendidikan sejarah penting bagi generasi muda agar tidak melupakan sejarah Indonesia.

“Sektor pariwisata juga penting. Sebab, seperti yang diketahui, sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terdampak ketika pandemi Covid-19 melanda. Namun dengan menerapkan prinsip-prinsip yang ada, sektor ekonomi perlahan mulai bangkit,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (30/5/2022).

Menanggapi hal tersebut, Nunuk mengatakan cara tenaga pendidik dalam memperkenalkan sejarah membuat generasi muda saat ini kurang memiliki ketertarikan akan hal tersebut.

“Berkunjung ke monumen bersejarah bisa menjadi salah satu cara agar generasi muda tidak kehilangan identitasnya,” kata Nunuk.

Tentang Monumen Pers Nasional

Bak jawaban atas keresahan Vety dan Nunuk, Widodo memperkenalkan sejarah berdirinya Monumen Pers Nasional, wisata sejarah museum pers Indonesia yang terletak di Surakarta, Jateng.

Ia menjelaskan, Monumen Pers Nasional pertama kali dibangun pada masa kepemimpinan Mangkunegara VII pada 1917. Semula, bangunan ini bernama “Gedung Sociated” atau “Gedung Serbaguna”. Lalu, Pada 2005, monumen ini mulai dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Ia melanjutkan, Monumen Pers Nasional dapat dijadikan sebagai destinasi wisata sejarah. Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi barang pers terdahulu hingga koran keluaran terbaru.

Untuk bisa berkembang mengikuti zaman, Widodo menjelaskan, Monumen Pers Nasional telah direvitalisasi pada 2019. Revitalisasi ini dilakukan dengan merombak tata letak, tata pamer, dan storyline, agar dapat beradaptasi dan bertransformasi secara digital.

“Salah satu contoh yang sudah didigitalkan adalah koran. Monumen Pers Nasional bertransformasi menjadi museum digital karena adanya pandemi Covid-19.” ujarnya.

Saat ini, Monumen Pers Nasional menyediakan empat fasilitas untuk pengunjung. Pertama, papan baca yang memuat koran-koran harian. Papan yang terletak di sisi kanan monumen memuat koran lokal. Sementara, papan di sisi kiri memuat koran nasional.

Kedua, monumen koleksi-koleksi sejarah pers Indonesia. Ketiga, perpustakaan gratis yang menyediakan layanan peminjaman buku. Keempat, layanan koran digital sebagai bentuk transformasi digital monumen.

Monumen Pers Nasional juga memiliki koleksi masterpiece. Salah satunya, “Radio Kambing” yang memuat sejarah panjang perjuangan insan pers Indonesia sejak zaman penjajahan.

Selain itu, terdapat pula “Kamera Udin” serta sejarah gerhana matahari total pertama di Indonesia pada 1983 yang disiarkan secara langsung oleh TVRI Yogyakarta. Peralatan penerjun ketika live gerhana matahari total tersebut juga disimpan di Monumen Pers Nasional.

Tak hanya itu, Monumen Pers Nasional juga menawarkan pengalaman wisata sejarah yang tidak membosankan. Jadi, pengunjung dapat melakukan kegiatan dengan komunitas terkait sejarah pers dan periklanan tempo dulu.

Lebih lanjut, Widodo berpesan kepada generasi muda untuk tidak melupakan sejarah. Sebab, sejarah adalah identitas negara.

Sebagai informasi, pengunjung dapat mendatangi Monumen Pers Nasional setiap Senin hingga Jumat pukul 09.00-15.00 WIB. Monumen ini juga membuka kunjungan virtual gratis sehingga pengunjung bisa berwisata tanpa harus berkunjung langsung.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com