Advertorial

Common Seas Luncurkan Video Animasi Berisi Pengingat Bahaya Partikel Plastik bagi Kesehatan

Kompas.com - 01/06/2022, 07:57 WIB

KOMPAS.com – Masyarakat Indonesia pada beberapa waktu terakhir kembali diingatkan risiko serius yang ditimbulkan oleh sampah plastik.

Diberitakan Kompas, Jumat (25/3/2022), hasil penelitian Heather A Leslie dari Department of Environment and Health Faculty of Science Vrije Universiteit Amsterdam yang dimuat di jurnal Environment International menemukan pencemaran partikel plastik di dalam darah manusia.

Leslie menyebutkan, cemaran plastik yang terserap di dalam aliran darah berpotensi mengendap di sejumlah organ, seperti saluran empedu dan ginjal.

Hal tersebut tak dapat dianggap remeh karena dinilai berdampak buruk pada kesehatan manusia.

Aktor asal Inggris, Stephen Fry, menaruh perhatian serius pada isu tersebut. Ia pun turut bersuara melalui video animasi yang diluncurkan oleh perusahaan sosial, Common Seas Indonesia. Berikut tautan video animasi oleh Common Seas.

Fry yang juga penyiar radio mengatakan, keberadaan partikel plastik dalam darah tak dapat diabaikan. Ia pun mengimbau masyarakat untuk memberi perhatian khusus pada isu tersebut.

“Ada hal krusial yang harus diketahui masyarakat luas tentang bahaya partikel plastik dalam darah manusia. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi. Namun, inilah kenyataannya. Bagaimana ini terjadi? Lihatlah sekitarmu,” ujar Fry dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (30/5/2022).

Video animasi besutan Common Seas Indonesia itu dibuat berdasarkan penelitian global yang dilakukan oleh Common Seas. Penelitian tersebut menemukan bahwa mikroplastik telah mencemari darah pada 8 dari 10 manusia.

Dalam video diperlihatkan tahapan partikel plastik masuk ke tubuh manusia yang berasal dari berbagai sumber, seperti pakaian, cat, mainan, kemasan makanan, air, dan udara.

Adapun Common Seas kini tengah menyelidiki potensi efek berbahaya dari partikel plastik bila masuk ke dalam darah manusia.

“Seluruh pakaian, cat, mainan, dan kemasan terbuat dari plastik. Semakin lama digunakan, maka semakin memperburuk keadaan. Plastik dapat mencemari udara dan air sehingga dapat masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari,” terangnya.

Oleh karena itu, lanjut Fry, partikel plastik bisa masuk secara mudah ke dalam tubuh manusia.

Fry menambahkan, penumpukan partikel plastik dalam darah manusia dapat menimbulkan peradangan serta menampung patogen dan bahan kimia berbahaya.

“Plastik mengancam kesehatan manusia. Mari hentikan aliran plastik ke laut, tubuh, dan ke dalam darah,” jelas Fry.

Upaya kurangi sampah plastik

Guna merespons hal itu, Common Seas melakukan sejumlah upaya untuk mengurangi sampah plastik yang berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia.

Common Seas juga mendukung pemerintah Indonesia dalam melaksanakan rencana aksi nasional penanganan sampah plastik.

“(Upaya yang) kami (lakukan) bertujuan (untuk) mengurangi penggunaan popok sekali pakai secara dramatis yang saat ini menyumbang 50 persen dari sampah plastik yang ditemukan di saluran air setempat,” kata Fry.

Fry pun memaparkan fakta bahwa sampah plastik telah meluap di sejumlah sungai di Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang berdampak pada kesehatan dan mata pencaharian masyarakat.

Sebagai informasi, Indonesia merupakan salah negara dengan dua sungai paling tercemar di dunia.

Lebih dari 80 persen kota di Indonesia pun dinilai akan kehabisan ruang untuk digunakan sebagai tempat pembuangan akhir dalam tiga tahun ke depan.

Pemerintah pun merespons isu tersebut dan berkomitmen mengurangi plastik serta polutan di laut hingga 70 persen pada 2025.

Tak hanya itu, pemerintah juga mendorong masyarakat untuk sadar akan bahaya plastik terhadap kesehatan serta bergabung dengan lebih dari 60.000 orang untuk menandatangani petisi internasional Common Seas.

-Dok. Common Seas -

Urgensi pemahaman bahaya plastik

Pada kesempatan sama, Chief Operating Officer (COO) Common Seas Indonesia Celia Siura mengatakan, sepanjang Sungai Brantas, Jatim, telah mengalami kerusakan, baik dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh aliran sampah plastik yang masuk ke saluran sungai.

"Terdapat 1,5 juta sampah popok sekali pakai yang dibuang di Sungai Brantas per hari. Gambaran ini menunjukkan bagaimana sampah plastik dapat terurai serta mencemari aliran air yang bermuara ke darah manusia,“ paparnya.

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Common Seas Jo Royle mengatakan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan plastik terhadap tubuh.

Jo menilai, tak sedikit masyarakat khawatir pada isu bahaya partikel plastik dalam darah sehingga berhak mengetahui informasi terkait sampah secara komprehensif.

Tak hanya menyebabkan peradangan, imbuh Jo, partikel plastik terbukti dapat masuk ke dalam plasenta sehingga menumpuk di organ tubuh manusia.

Ketika Bumi makin disesaki oleh sampah plastik, semakin besar pula peluang manusia terpapar dampak buruk yang ditimbulkan.

“Masyarakat dan seluruh elemen harus secara aktif meminimalisasi paparan terhadap plastik. Pemimpin dan pelaku usaha juga didorong untuk mengurangi produksi plastik secara signifikan dengan berinvestasi pada alternatif plastik dan sistem penggunaan ulang,” kata Jo.

Ia pun menegaskan, sebagai warga negara, masyarakat juga perlu meminta pertanggungjawaban pemerintah dan industri untuk memberi perlindungan dari bahaya plastik.

Tangani krisis polusi plastik

Sebagai informasi, Common Seas adalah perusahaan sosial yang menangani krisis polusi plastik dan mendorong berbagai kebijakan baru, investasi ekonomi sirkular, dan mengatalisisasi perubahan budaya dalam cara membuat, menggunakan, serta membuang plastik.

Common Seas mengusung misi untuk mengurangi jumlah plastik yang diproduksi serta mencegah sampah plastik masuk ke sungai dan laut secara cepat dan signifikan.

Dalam implementasi misi tersebut, Common Seas bekerja secara global dan memiliki tim lapangan di sejumlah negara, seperti Inggris, Yunani, Indonesia, dan Maladewa.

Untuk Indonesia, Common Seas mendirikan usaha popok bayi yang terbuat dari kain. Usaha ini dikembangkan di Jatim dengan menggandeng ibu rumah tangga guna menghentikan aliran popok sekali pakai ke Sungai Brantas.

Common Seas juga mendukung pemerintah di seluruh dunia untuk menetapkan dan menerapkan kebijakan ambisius yang mencegah plastik memasuki sungai dan laut.

Di Maladewa, misalnya, Common Seas membantu pemerintah dalam menetapkan dan menerapkan kebijakan penghapusan plastik.

Melalui program pendidikan, Common Seas telah mendukung para pendidik untuk memotivasi dan membekali generasi muda agar bisa mengatasi krisis polusi plastik di laut, sekaligus membantu sekolah menjadi bebas sampah plastik.

Common Seas pun mengembangkan serta memperluas penggunaan alat praktis yang dapat membantu pelaku usaha dalam memahami dan mengurangi jejak plastik serta beralih ke ekonomi sirkular.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com