Advertorial

Cetak Laba Bersih Rp 29,3 T, Sektor Hulu Pertamina Sumbang Mayoritas Keuntungan

Kompas.com - 11/06/2022, 10:50 WIB

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) melaporkan kinerja keuangannya untuk tahun buku 2021 kepada pemerintah sebagai pemegang saham. Dalam laporan tersebut tercatat bahwa Pertamina berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 29,3 triliun.

Pejabat sementara (Pjs) Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari menjelaskan, mayoritas keuntungan tersebut diperoleh dari pendapatan di sektor hulu yang meningkat tajam.

Sementara pada sektor hilir, Pertamina mengakui masih mengalami kerugian akibat kenaikan harga minyak mentah dan harga jual bahan bakar minyak (BBM) Pertamina yang di bawah harga pasar.

Meski demikian, dengan perolehan laba pada tahun buku 2021 yang melonjak hingga hampir dua kali lipat, lanjut Heppy, kinerja keuangan Pertamina menjadi positif. 

“Hal tersebut merupakan keunggulan Pertamina yang memiliki bisnis terintegrasi dari hulu sampai hilir. Pertamina bisa melakukan subsidi silang dari hulu ke hilir. Dengan demikian, perseroan dapat menjaga keseimbangan antara keuntungan perusahaan dengan ‘public service obligation’,” ujar Heppy dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/6/2022).

Keuntungan tersebut merupakan laba konsolidasian dari seluruh lini bisnis Pertamina dari hulu, pengolahan, dan hilir. 

Ia menjabarkan bahwa laba yang diperoleh secara keseluruhan merupakan gabungan dari enam subholding dan anak usaha di bawahnya. Meski demikian, kontribusi terbesar laba bersih mayoritas bersumber dari sektor hulu karena adanya windfall dengan kenaikan harga Indonesian Crude Price (ICP).

Sementara pada sektor hilir, khususnya pemasaran dan distribusi BBM dan liquefied petroleum gas (LPG), statusnya masih merugi karena beban biaya produksi BBM yang tinggi. Pasalnya, komponen terbesarnya adalah minyak mentah.

“Meski demikian, Pertamina mengapresiasi dukungan penuh pemerintah melalui pembayaran kompensasi BBM melalui penambahan subsidi energi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) 2022. Hal ini sangat berarti untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi,” paparnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com