Advertorial

Empat Mitos MPASI yang Kerap Bikin Bunda Galau

Kompas.com - 15/06/2022, 08:00 WIB

KOMPAS.com – Saat memasuki usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi sudah semakin meningkat. Air susu ibu (ASI) pun tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil. Ia membutuhkan makanan pendamping ASI (MPASI) agar tumbuh kembangnya menjadi lebih optimal.

Untuk memberikan yang terbaik bagi buah hati, Bunda tidak boleh sembarangan dalam menentukan asupan MPASI. Selain itu, Bunda juga harus berhati-hati dalam memilih makanan yang sudah atau belum boleh dikonsumsi si Kecil.

Terlebih, banyak mitos terkait MPASI berkembang di masyarakat dan kerap membuat Bunda bingung. Berbagai mitos ini pun sudah turun-temurun dan telah diikuti para orang tua terdahulu.

Berikut adalah empat mitos seputar MPASI yang kerap membingungkan para Bunda.

  1. Bayi boleh makan sebelum usia 6 bulan
    Mitos pertama yang masih dipercaya dan dilakukan masyarakat Indonesia adalah memberi makan sebelum bayi berusia 6 bulan.
    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan MPASI mulai diberikan setelah bayi berusia 6 bulan atau 180 hari. Sebab, pada usia ini, fungsi motorik lidah dan mulut bayi sudah berkembang dengan lebih baik dan saluran pencernaan pun lebih matang.
    Selain itu, orangtua juga dapat memperhatikan beberapa tanda kesiapan bayi untuk memulai MPASI, seperti sudah dapat duduk dengan kepala tegak, bisa mengoordinasikan mata, tangan, dan mulut untuk menerima makanan, serta mampu menelan makanan padat.
  1. Menunda pemberian protein di usia kurang 8 bulan
    Mitos selanjutnya adalah sebelum usia 8 bulan, bayi tidak boleh diberikan asupan protein hewani, seperti daging, ikan, dan telur.
    Faktanya, ketiga sumber protein ini merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh dengan baik. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan pemberian protein hewani dan nabati mulai dari usia bayi 6 bulan.
    IDAI juga menyarankan pemberian MPASI harus dilakukan dengan adekuat. Artinya, MPASI yang diberikan harus mengandung energi, protein, dan mikronutrien yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
    Maka dari itu, Bunda jangan ragu memberikan menu lengkap MPASI yang terdiri dari sumber karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, serta vitamin dan mineral.Jika anak Anda mengalami gejala alergi terhadap makanan, lebih baik konsultasikan ke dokter anak agar dapat ditangani dengan segera dan tidak mengganggu tumbuh kembang anak. Pasalnya, sejumlah penelitian menyatakan bahwa penundaan pengenalan makanan tertentu tidak mencegah munculnya gejala alergi pada anak yang mempunyai risiko alergi.
  1. Hindari garam dan gula
    Tidak sedikit para Bunda terjebak dengan mitos mengenai larangan penggunaan garam dan gula pada menu MPASI si Kecil.

    Faktanya, penambahan garam dan gula pada makanan si Kecil diperbolehkan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh sehari-hari.
    Sesuai dengan saran Health Canada Service, asupan garam pada bayi di bawah satu tahun adalah kurang dari 1 gram per hari, sedangkan pada anak 1-3 tahun adalah 2 gram per hari. Sementara itu, asupan gula pada anak per harinya tidak boleh melebihi 5 gram per 100 kilo kalori. Dengan demikian, Bunda bisa menambahkan garam dan gula sesuai aturan tersebut supaya makanan si Kecil tidak terlalu hambar.

  1. Hindari makanan bertekstur jika gigi bayi belum lengkap
    Saat berusia 6 bulan, bayi belum memiliki banyak gigi. Orangtua pun jadi ragu untuk memberikan makanan dengan tekstur padat.
    Oleh karena itu, Bunda biasanya memberikan makanan dalam bentuk bubur halus. Bunda pun mulai meningkatkan tekstur makan bayi sesuai dengan usianya. Pada masa awal MPASI yaitu usia 6 bulan, bayi bisa diberikan makan yang dihaluskan menjadi bubur kental (puree). Saat usia 6-9 bulan, berikan MPASI dengan tekstur bubur kental atau makanan yang dilumatkan hingga halus (mashed). Pada usia 9-12 bulan, Bunda bisa memberikan anak makanan yang dicincang halus, dicincang kasar, atau finger food yang dapat digenggam si Kecil. Setelah usia anak 1 tahun, Bunda dapat memberikan si Kecil makanan keluarga yang dihaluskan atau dicincang seperlunya. Dengan demikian, si Kecil akan terbiasa mengonsumsi makanan yang sama dengan anggota keluarga lain.

Itulah empat mitos MPASI yang kerap membuat Bunda kebingungan. Agar si buah hati tumbuh secara optimal, Bunda wajib memberikan MPASI yang terbaik.

Bunda juga harus memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan si Kecil. Salah satunya dengan membuat MPASI sendiri di rumah. Hal tersebut sangat dianjurkan karena kebersihan MPASI terjamin dan Bunda bisa mengontrol kecukupan nutrisinya.

Jika ingin lebih praktis tanpa mengesampingkan nutrisi, Bunda juga bisa memberikan CERELAC Homestyle Meals Ayam Bawang yang cocok menjadi pilihan MPASI bagi si Kecil berusia 6 bulan.

Sebagai informasi, tekstur lembut dan rasa yang gurih lezat pada CERELAC Homestyle Meals Ayam Bawang terinspirasi dari masakan Bunda di rumah.

Dibuat dengan bahan alam pilihan dengan kandungan tinggi zat besi, vitamin, dan mineral, CERELAC Homestyle Meals Ayam Bawang mendukung Bunda melengkapi kebutuhan nutrisi di kecil.

Selain itu, proses pembuatan dan pengemasan CERELAC Homestyle juga dijaga kualitas dan kebersihannya. Bunda cukup sajikan sesuai petunjuk pada kemasan.

CERELAC Homestyle Meals Ayam Bawang dapat membantu Bunda untuk melengkapi MPASI pertama si Kecil dengan #SemangkukNutrisiPenuhKebaikan. Jadi, Bunda tak perlu galau untuk memberikannya.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai CERELAC Homestyle Meals Ayam Bawang, silakan klik tautan berikut ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com