Advertorial

Jadi Pembicara Seminar di Universitas Jember, Ahmad Basarah Ingatkan Jas Merah dan Jas Hijau

Kompas.com - 15/06/2022, 12:25 WIB

KOMPAS.com - Universitas Jember menggelar rangkaian kegiatan Semarak Bulan Pancasila selama satu bulan penuh sebagai peringatan Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni.

Adapun salah satu kegiatannya adalah seminar bertema “Relasi Negara dan Agama dalam Perspektif Pancasila” yang menghadirkan pembicara utama Wakil Ketua MPR RI sekaligus anggota Komisi X DPR RI, Ahmad Basarah, di auditorium Universitas Jember, Jawa Timur, Selasa (14/6/2022).

Dalam pemaparannya yang berjudul “Jas Merah dan Jas Hijau”, Basarah mengingatkan segenap keluarga besar Universitas Jember dan seluruh hadirin agar jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sebab, keberadaan Pancasila sebagai dasar dan filosofi bangsa serta persatuan Indonesia juga merupakan hasil ijtihad para ulama.

Basarah mengatakan, judul tersebut memang sengaja ia pilih. Menurutnya, pada saat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bersidang dalam rangka mencari dasar negara, Bung Karno secara jelas dan tegas menawarkan dasar negara yang bernama Pancasila.

“Konsep tersebut terdiri dari butir kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan Ketuhanan. Tawaran konsep Bung Karno kemudian diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI pada 1 Juni 1945,” ujar Basarah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (15/6/2022).

Dalam perjalanan selanjutnya, lanjutnya, Panitia 9 pada 22 Juni 1945 menghasilkan Piagam Jakarta yang menjadi cikal bakal Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD).

Sebelum UUD disahkan pada 18 Agustus 1945, Bung Hatta menemui para tokoh perwakilan Islam untuk membahas kalimat Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.

Akhirnya, dengan ijtihad dan kebijaksanaan para tokoh Islam seperti KH A Wachid Hasyim, KH A Kahar Moezakir, R Abikoesno Tjokrosoejoso, dan H Agus Salim, kalimat tersebut menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebijaksanaan para ulama tersebut disambut kegembiraan luar biasa oleh para anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

“Jadi, jangan sekali-kali melupakan sejarah atau ‘Jas Merah’. (Kalau melupakannya, maka) kita akan tergilincir. Sebab, dengan ijtihad dan kebijaksanaan para ulama atau ‘Jas Hijau’, Pancasila diterima menjadi dasar negara serta Indonesia tetap bisa bersatu, bahkan hingga kini,” kata Basarah.

Ia kemudian melanjutkan bahwa masyarakat dapat belajar dari ajaran Hadratus Syaikh KH Wachid Hasyim, yaitu jika mencintai Tanah Air adalah sebagian dari iman, membuktikan bahwa melaksanakan ajaran Islam dan mencintai Indonesia bisa dilakukan dengan satu tarikan napas.

Dosen luar biasa di Fakultas Hukum Universitas Jember tersebut lantas menegaskan bahwa jika kepentingan umat Islam telah diwadahi dalam negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya aturan perundangan yang terkait kebutuhan langsung umat Islam, seperti Undang-Undang Wakaf, Undang-Undang Haji dan Umrah, Undang-Undang Perbankan Syariah, Undang-Undang Peradilan Agama, hingga yang terbaru Undang-Undang tentang Pesantren.

Dengan demikian, menurut Basarah, narasi yang mempertentangkan antara Islam dan Pancasila serta Islam dan Indonesia sungguh tidak relevan. Narasi ini hanya ingin memecah belah Indonesia.

Sementara itu, dalam sambutan pembukaannya, Rektor Universitas Jember Iwan Taruna mengatakan bahwa kegiatan seminar tersebut adalah salah satu dari sekian banyak kegiatan di ajang Semarak Bulan Pancasila.

Selain seminar, Universitas Jember mengadakan kuliah kebangsaan, lomba cerdas cermat Pancasila tingkat sekolah menengah atas (SMA), pemilihan guru PPKN berprestasi, Pemilihan Kepala Desa mitra Universitas Jember Berprestasi, serta kegiatan lain.

“Semarak Bulan Pancasila digelar sebagai perwujudan Universitas Jember yang sudah berkomitmen meneguhkan UNEJ menjadi Kampus Pancasila dan turut serta dalam mengembangkan dan membumikan nilai-nilai Pancasila,” kata Iwan.

Peresmian Taman Edukasi Kebangsaan.Dok. Universitas Jember Peresmian Taman Edukasi Kebangsaan.

Adapun acara seminar tersebut juga dihadiri Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Saad Ibrahim, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur sekaligus Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur M Mas’ud Said, serta Rektor Universitas Tujuh Belas Agustus Banyuwangi Andang Subaharianto.

Dosen dan mahasiswa Universitas Jember serta perguruan tinggi lain di Jember dan sekitarnya juga turut meramaikan gelaran tersebut.

Peresmian Taman Edukasi Kebangsaan

Pada kesempatan tersebut, Basarah juga meresmikan Taman Edukasi Kebangsaan yang berlokasi di Universitas Jember.

Dalam sambutannya, Basarah mengutip pendapat sastrawan Estonia Juri Lina. Menurut Lina, ada tiga cara melemahkan sebuah bangsa, yakni kaburkan sejarahnya, hancurkan bukti-bukti sejarahnya, dan putuskan hubungan dengan leluhurnya.

Jika ketiga cara tersebut berhasil diterapkan pada sebuah bangsa, negara tersebut bakal hilang dari percaturan dunia.

“Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi inisiatif Universitas Jember mendirikan Taman Edukasi Kebangsaan agar kaum muda tahu bagaimana perjalanan bangsanya dan tahu bahwa Republik Indonesia dibangun di atas pengorbanan keringat, darah, hingga nyawa para pahlawan,” ujar Basarah.

Indonesia menjadi negara besar, lanjutnya, karena dilandasi persatuan segenap warganya yang beraneka suku, agama, dan budaya.

“Sebagai perguruan tinggi yang sudah membaiat dirinya sebagai Kampus Pancasila, keberadaan Taman Edukasi Kebangsaan menjadi bukti Universitas Jember telah membumikan Pancasila,” kata Basarah.

Sementara itu, Iwan menjelaskan bahwa Taman Edukasi Kebangsaan tersebut berisi mural pahlawan bangsa, keberagaman adat istiadat suku di Indonesia, bangunan ikonik, dan rumah ibadah, serta Presiden dari masa ke masa.

Iwan sedang memindai QR code di Taman Edukasi Kebangsaan.Dok. Universitas Jember Iwan sedang memindai QR code di Taman Edukasi Kebangsaan.

Setiap mural dilengkapi kode batang (QR code). Jika dipindai dengan gawai, akan memunculkan penjelasan audio visual kepada pengunjung.

“Taman Edukasi Kebangsaan diharapkan menjadi wahana edukasi kebangsaan yang kekinian. Tidak saja bagi keluaga besar Universitas Jember, tetapi juga bagi warga umum. Selain belajar, pengunjung bisa berolahraga dan bersantai di Taman Edukasi Kebangsaan Universitas Jember,” kata Iwan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com