Advertorial

Harga Minyak Mentah Dunia Tinggi, Pertamina Capai Efisiensi Biaya Hingga 2,2 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 19/06/2022, 14:42 WIB

KOMPAS.com – Di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia, PT Pertamina (Persero) mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi dari sisi keuangan maupun operasional.

Pengembangan kebijakan dan strategi tersebut dilakukan sebagai upaya meningkatkan efisiensi biaya di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding. Peningkatan efisiensi biaya turut memengaruhi operasional bisnis mulai dari di tingkat hulu, pengolahan, hingga hilir.

Berkat strategi bisnis tersebut, Pertamina pun berhasil mengoptimalkan efisiensi biaya sebesar 2,21 miliar dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2021.

Upaya penghematan biaya operasional oleh Pertamina dilaksanakan melalui beberapa program, antara lain penghematan biaya (cost saving) sebesar 1,36 miliar dollar AS, penghindaran biaya (cost avoidance) sebesar 356 juta dollar AS, dan peningkatan pendapatan (revenue growth) sekitar 495 juta dollar AS.

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menjelaskan, Pertamina juga menjalankan program lindung nilai (hedging) untuk mengendalikan manajemen risiko pasar.

Selain itu, Pertamina juga melakukan sentralisasi pengadaan, prioritas belanja modal, serta manajemen aset dan liabilitas untuk menurunkan biaya atau beban bunga (cost of fund). 

“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan, agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,” ungkap Emma dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Minggu (19/6/2022).

Untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak dunia, Pertamina turut menerapkan strategi operasional pada enam perusahaan subholding.

Pada hulu bisnis, produksi dan lifting minyak dan gas bumi (migas) terus ditingkatkan. Hasilnya, pendapatan Pertamina meningkat sebesar 4 persen dari produksi dan 3 persen dari lifting migas.

Kinerja positif dari operasional hulu tersebut diperoleh dari Blok Rokan dan aset luar negeri, serta upaya yang konsisten dalam menjaga tingkat produksi melalui pengeboran sumur dan penemuan sumber daya.

Sepanjang 2021, Pertamina telah melakukan pengeboran pada 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, temuan cadangan contingency resources (2C) telah mencapai 486,70 juta barrel setara minyak (MMBOE) dan tambahan cadangan P1 mencapai 623,47 MMBOE.

Sementara itu, Pertamina menerapkan strategi optimasi crude and product pada sektor pengolahan dan petrokimia. Strategi ini pun berkontribusi pada peningkatan yield of value produk sebesar 3 persen.

Adapun strategi tersebut berhubungan dengan pemilihan dan substitusi ekonomis minyak mentah, serta upaya memaksimalkan high valuable products dengan high spreads.

Di sisi lain, Pertamina juga merespons permintaan energi yang kian melambung selama masa pemulihan ekonomi nasional. Alhasil, produksi kilang pun turut meningkat.

Tidak hanya di sektor operasional, Pertamina juga turut melakukan optimalisasi pada transportasi dan logistik, salah satunya dengan meningkatkan load factor untuk mencapai efisiensi biaya dan memaksimalkan pendapatan.

Kembali dijelaskan oleh Emma, optimalisasi transportasi dan logistik dilakukan dengan meningkatkan volume perdagangan dan transportasi gas, serta volume transportasi minyak. 

“Dan setelah (penandatanganan) legal end state, kami juga mengintensifkan resource sharing, seperti sharing fasilitas dan sharing development agreement, khususnya di upstream subholding,” ujarnya.

Emma menambahkan, kinerja positif Pertamina di hilir juga didukung oleh pemerintah melalui pengakuan kompensasi selisih harga jual eceran jenis bahan bakar minyak tertentu (HJE JBT) Solar dan jenis BBM khusus penugasan (JBKP) Pertalite pada 2021.

Adapun dukungan tersebut mencapai sekitar 4 miliar dollar AS atau sekitar Rp 58,6 triliun di luar pajak, serta pembayaran atas kompensasi pada 2018 dan 2019 sebesar 1,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 24,1 triliun di luar pajak.

Menurut Emma, dukungan dari pemerintah masih terus berlanjut sampai 2022 melalui revisi kebijakan yang menetapkan Pertalite (RON90) sebagai Bahan Bakar Penugasan Khusus menggantikan Premium (RON88) dan penyesuaian harga Pertamax.

Sebagai bentuk apresiasi atas dukungan tersebut, Pertamina menerapkan beberapa inisiatif di sektor hilir, seperti ekspansi transaksi digital di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), mempercepat outlet Pertashop untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar di daerah pedesaan, dan mengalihkan sumber energi SPBU ke panel surya. 

“Kami sangat mengapresiasi keputusan pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang telah menambah pagu anggaran subsidi dan kompensasi 2022 untuk menjaga dan melindungi daya beli masyarakat serta menahan potensi inflasi. Hal ini juga merupakan bukti dukungan terhadap Pertamina dalam penyediaan energi di tengah tantangan harga minyak mentah yang tinggi,” kata Emma.

Dengan dukungan tersebut, lanjut Emma, Pertamina menargetkan pengembangan bisnis melalui beberapa upaya pada 2022, di antaranya mendorong produksi migas hingga 17 persen, menargetkan yield valuable product sebesar 79,9 persen, dan penambahan 3.000 outlet Pertashop.

Tidak hanya itu, Pertamina juga menargetkan pengembangan pasar digital hingga 25 juta melalui aplikasi MyPertamina serta memperbesar porsi pendapatan dari non-captive market di bisnis shipping hingga 7,5 persen.

Guna mendukung komitmen Indonesia dalam pemanfaatan energi rendah karbon, Pertamina akan memproduksi listrik sebesar 7.138 Gigawatt jam (GWh) dan meningkatkan kapasitas listrik yang terpasang hingga 2,9 Gigawatt (GW).

Emma mengungkapkan, subholding Pertamina juga akan turut melakukan pengembangan bisnis dukungan pemerintah, salah satunya melalui pengembangan strategi unlock value.

“Di sektor keuangan, kami akan fokus optimalisasi biaya yang ditargetkan mencapai hingga 600 juta dollar AS. Kami akan terus berkomunikasi dengan pemerintah untuk memastikan keputusan yang baik bagi perusahaan,” ujar Emma.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com