Advertorial

Cerita Sukses Dua Pelaku UMKM yang Produk Camilannya Dijual di Alfamart

Kompas.com - 23/06/2022, 19:11 WIB

KOMPAS.com – Kudapan manis asal Prancis, macaron, populer di kawasan Bandung, Jawa Barat, dalam beberapa waktu belakangan. Bentuknya yang bulat, kecil, serta berwarna-warni membuat macaron kerap muncul di unggahan foto media sosial toko kue, toko roti, serta coffee shop.

Hal tersebut membuktikan bahwa macaron diminati oleh masyarakat Indonesia, meski berkesan eksklusif dengan harga premium.

Pemilik Maira Cookies and Cake Endah Permatasari (46) dari Bandung mengatakan, kue macaron biasa dijual dengan harga cukup tinggi untuk kategori camilan.

Pasalnya, camilan itu dibuat dari bahan baku yang cenderung mahal, yakni tepung almon. Bahan baku ini tidak diproduksi di Indonesia dan harus diimpor dari luar negeri.

“Selain itu, macaron juga sensitif terhadap kondisi bahan baku. Penggunaan bahan baku yang kualitasnya kurang bagus bisa memengaruhi hasil macaron,” kata Endah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (23/6/2022).

Wanita berjilbab itu menilai, kesan premium kue macaron justru menjadi peluang bisnis tersendiri. Sebagai gambaran, macaron biasanya dijual dalam bentuk boks atau jar dengan harga mulai dari Rp 80.000 hingga ratusan ribu rupiah, tergantung ukuran.

Karena harganya mahal, ia pun tertantang agar camilan tersebut bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, Endah membuat modifikasi macaron yang lebih terjangkau. Lahirlah brand Maira Macaron miliknya pada 2021.

Brand tersebut menghadirkan macaron dengan bentuk lebih kecil dan krispi yang menonjolkan rasa gurih dan renyah.

 “Pas sekali camilan untuk camilan atau snack,” paparnya.

Awalnya, lanjut Endah, ia memasarkan produknya tersebut secara online melalui marketplace dan media sosial. Selain itu, dia juga gencar mencari peluang agar produknya dapat masuk ke ritel modern.

“Setelah mengurus sertifikasi halal dan izin lainnya, saya memasukan produk ke beberapa ritel modern. Alhamdulillah, produk saya lolos dan masuk Alfamart," ujarnya.

Endah menambahkan bahwa salah satu kiat agar produk bisa masuk ke ritel modern adalah melakukan penyesuaian dengan karakter bisnis ritel modern dan konsumennya.

Ia melakukan perubahan packaging yang awalnya menggunakan stoples menjadi standing pouch dengan gramasi tertentu. Hal ini pun turut berpengaruh terhadap handling produknya. Selain itu, Endah juga melakukan penyesuaian harga agar Maira Macaron dapat bersaing secara kompetitif dengan produk snack lain.

Hingga pertengahan 2022, Maira Macaron telah dipasarkan di 500 gerai Alfamart di wilayah Bandung dan sekitarnya. Endah menilai, keputusan untuk bekerja sama dengan Alfamart memiliki efek signifikan terhadap peningkatan penjualan produknya.

“Saya bersyukur, bisnis yang dimulai saat pandemi Covid-19 itu dapat survive dan memberikan manfaat juga bagi masyarakat sekitar. Pasalnya, terdapat 55 karyawan dari warga sekitar yang ikut membantu produksi produk ini,” tutur Endah.

Camilan yang menjadi primadona di Blitar

Jika macaron cukup populer di Bandung, Kabupaten Blitar yang terletak di Jawa Timur memiliki camilan favoritnya sendiri. Di kabupaten ini, carang mas menjadi camilan primadona.

Sebagai informasi, carang mas adalah makanan ringan berbahan dasar ubi jalar dan gula merah. Camilan ini jamak diproduksi oleh usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Blitar. Salah satunya adalah Iswanti.

Iswanti bercerita, dirinya mulai memproduksi carang mas untuk warung terdekat dan toko oleh-oleh pada 2006. Ia mengaku, kala itu, hasil penjualannya tidak menentu. Akhirnya, ia bergabung dengan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman (Aspamin) Kabupaten Blitar sebagai salah satu binaan.

Sebagai wadah UMKM lokal, Aspamin Kabupaten Blitar membuka kerja sama dengan Alfamart untuk mengembangkan potensi produk UMKM. Langkah ini disambut baik oleh Alfamart yang terbuka terhadap produk-produk khas daerah.

Lewat kerja sama itu pula, produk camilan buat Iswanti berkesempatan dijual di gerai Alfamart.

Prodyk carang mas di Alfamart. DOK. Alfamart Prodyk carang mas di Alfamart.

“Sejak hadir di Alfamart, produksi produk saya makin meningkat. Dulu, saya membuat (produk carang mas) sendiri. Saat ini, sudah dibantu tiga karyawan untuk memenuhi permintaan,” ujar Iswanti.

Sementara itu, Sekretaris Aspamin Kabupaten Blitar Kelip April Rahayu mengatakan, produk carang mas milik Iswanti dan empat produk khas Blitar binaan Aspamin lainnya telah dipasarkan di 48 gerai Alfamart di wilayah Kabupaten Blitar sejak 2015.

Selain carang mas, produk yang dipasarkan adalah keripik paru, keripik talas, keripik geti, dan bumbu pecel.

Menurutnya, kerja sama Aspamin Kabupaten Blitar dan Alfamart sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan produksi dan penghasilan. Selain itu, produk UMKM jadi memiliki kepastian untuk diterima oleh masyarakat.

“Hal tersebut juga menjadi kebanggaan tersendiri bila produk lokal mampu tembus toko modern," papar Kelip.

Corporate Communication GM Alfamart Nur Rachman mengatakan bahwa wujud nyata dukungan Alfamart untuk memajukan UMKM semakin ditingkatkan pada pertengahan 2022.

Selain di Blitar, Alfamart juga memasarkan produk UMKM binaan Aspamin Kabupaten Blitar di gerai Alfamart Kabupaten Trenggalek, Tulungagung, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Malang Raya, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, serta Kabupaten Pasuruan.

Hal tersebut sejalan dengan visi Alfamart yang berorientasi pada pemberdayaan pengusaha kecil. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memasarkan produk-produk daerah.

Rachman mengaku, Alfamart membuka pintu bagi produk hasil UMKM untuk dipasarkan di gerai Alfamart yang ada di tiap-tiap wilayah, selama produk tersebut telah memenuhi standar kualitas.

“Tak kalah penting, produk UMKM harus mempunyai legalitas resmi yang ditetapkan pemerintah, seperti Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) serta label Halal,” kata Rachman.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com