Advertorial

Rumah Padat Karya Surabaya Serap Ratusan Tenaga Kerja dari Keluarga MBR

Kompas.com - 29/06/2022, 18:52 WIB

KOMPAS.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memaksimalkan keberadaan lahan yang tersebar di 31 kecamatan di Surabaya, Jawa Timur, untuk dijadikan Rumah Padat Karya. Bahkan, aset tersebut sudah menyerap ratusan tenaga kerja dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di wilayah setempat.

Adapun aset lahan tersebut merupakan bekas tanah kas desa (BTKD), tambak, dan taman hutan raya (Tahura), yang dikelola MBR menjadi berbagai bidang usaha. Bidang tersebut meliputi pertanian, perikanan, peternakan, laundry, cuci motor, jahit, potong rambut, kafe, dan budi daya maggot.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, tujuan akhir dari program Padat Karya adalah untuk mengentaskan kemiskinan di Kota Pahlawan. Caranya, dengan memanfaatkan lahan di setiap wilayah untuk membuka lapangan kerja sebagai sumber pendapatan warga.

"Padat Karya (hadir) untuk memancing MBR Surabaya agar mau bekerja dan berusaha. Ketika sudah bekerja, kami pastikan mereka mendapatkan pendapatan yang layak, yakni sebesar Rp 2-3 juta per bulan," ujar Eri dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (29/6/2022).

Menurut Eri, bentuk klasifikasi usaha di Rumah Padat Karya dapat disesuaikan dengan potensi masing-masing wilayah. Misalnya, jika ada aset tambak, lahan akan dikelola untuk usaha perikanan. Sementara, lahan kosong akan dimanfaatkan untuk bidang pertanian.

"Kami akan melihat terlebih dahulu (usaha) apa yang bisa dilakukan untuk aset tersebut. Lalu, kami tawarkan MBR atau warga yang belum mendapat pekerjaan untuk memilih usaha yang mereka inginkan. Lalu, kami sampaikan model usahanya," katanya.

Lebih lanjut, Eri menegaskan, hal terpenting dari keberadaan Rumah Padat Karya adalah pengolahan lahan guna menjadi sumber pendapatan warga, khususnya keluarga MBR. Ia menargetkan setiap warga yang terlibat di Rumah Padat Karya dapat memperoleh pendapatan minimal Rp 2 juta per bulan.

"Kalau sudah bisa berjalan, baru ditambah lagi. Kami utamakan yang MBR dulu. Setelah itu baru (kami) bergerak ke (masyarakat) lain," jelas dia.

Selain itu, Eri juga meminta jajarannya untuk bisa membaca peluang ketika membuka Rumah Padat Karya di masing-masing wilayah. Misalnya, ketika di suatu wilayah sudah ada jenis usaha laundry, maka di lokasi lainnya diusahakan tidak membuka usaha serupa, kecuali peluang jenis usaha itu masih ada.

“Jadi, (penting bagi) kami untuk pandai membaca market agar warga bisa bergerak,” ujarnya.

Eri mengatakan, untuk membangun dan menyejahterakan warga Kota Surabaya, seluruh pihak harus memiliki kebersamaan dan gotong-royong. Dengan begitu, ekonomi kerakyatan setempat bisa digerakan. Kota tersebut pun akan semakin maju dan makmur.

"Tidak boleh memiliki ego sektoral. Semoga program Rumah Padat Karya dapat memberikan manfaat yang luar biasa bagi warga Surabaya," tuturnya.

Jangkau berbagai bidang

Budi daya maggot di Rumah Padat Karya Dok. Pemkot Surabaya Budi daya maggot di Rumah Padat Karya

Sebagai informasi, hingga kini, terdapat 20 jenis Rumah Padat Karya yang sudah terdata di sistem aplikasi Pemkot Surabaya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 305 jiwa dari keluarga MBR telah terserap sebagai tenaga kerja. Namun, pihak pemkot dan kecamatan masih terus melakukan entry data sehingga jumlahnya akan terus berubah.

Adapun Rumah Padat Karya yang telah terdata tersebar di 31 kecamatan di Surabaya dan mencakup berbagai bidang. Sebut saja, usaha ayam pedaging, budi daya patin, dan pertanian jagung di Tahura Jeruk, Kecamatan Lakarsantri. Lalu, pertanian jagung manis, pepaya, timun, kacang panjang, serta peternakan ayam pedaging di Kecamatan Jambangan.

Selain itu, pertanian padi dan peternakan ayam pedaging di BTKD Jeruk, Kecamatan Lakarsantri. Ada pula kebun pertanian di Kecamatan Wonocolo.

Selanjutnya, di BTKD Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, terdapat pertanian ketela pohon, kangkung, bayam, pisang kepok, terong, lombok dan jagung. Di wilayah ini juga terdapat budi daya peternakan dan perikanan berupa lele, maggot dan ayam.

Rumah Padat Karya juga telah berdiri di BTKD Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, berupa budi daya lele dan nila. Ada pula budi daya bandeng di BTKD Sumberejo, Kecamatan Pakal.

Selain bidang perikanan dan pertanian, Rumah Padat Karya juga menjangkau bidang usaha lain. Terdapat Rumah Padat Karya yang dimanfaatkan untuk usaha kafe, potong rambut, dan cuci motor di wilayah Gubeng. Ada pula di Rumah Padat Karya Krembangan yang digunakan untuk usaha kafe, laundry, cuci motor, dan budi daya maggot.

Lalu, terdapat Rumah Padat Karya Prapen, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, yang bergerak di bidang jasa usaha laundry, jahit dan cuci motor. Ada pula usaha cuci mobil, motor, kafe, dan laundry di Rumah Padat Karya Sememi.

Selanjutnya, terdapat Rumah Padat Karya Wonocolo yang memiliki usaha jahit bordir, cutting sticker, cuci motor, dan jasa servis pendingin ruangan atau AC. Lalu, di wilayah Kecamatan Tandes, terdapat Rumah Padat Karya berupa sablon, bordir, dan jahit jaket, tas, serta sepatu. Ada pula usaha Batik di Rumah Padat Karya Dukuh Sutorejo, Kecamatan Mulyorejo.

Meski belum lama berdiri, Rumah Padat Karya telah menyerap belasan hingga ratusan tenaga kerja. Sebut saja, Rumah Padat Karya Viaduct Gubeng telah menyerap 20 tenaga kerja dari MBR.

“Untuk sementara, setiap minggu, tiap MBR mendapatkan keuntungan sebesar Rp 500.000. Jika ditotal selama satu bulan, satu orang MBR mendapat penghasilan sebesar Rp 2 juta,” ujar Camat Gubeng Eko Kurniawan Purnomo.

Sementara, Camat Tenggilis Mejoyo Achmad Daya Prasetyono menambahkan, Rumah Padat Karya Prapen, Tenggilis Mejoyo, telah menyerap sebanyak 106 MBR.

Tak hanya itu, Camat Wonocolo Muslich Hariadi mengungkapkan, Rumah Padat Karya atau Rumah Pakar di wilayahnya telah menyerap 32 orang MBR. Jumlah tersebut meliputi 10 MBR di bidang konveksi jahit dan bordir, 10 MBR di bidang jasa servis AC, dan empat MBR untuk cutting sticker. Lalu, pada bidang cuci sepeda motor dan mobil, terdapat 8 MBR.

"Ada sebutan lain di Rumah Pakar Wonocolo, yakni Rumah Glowing yang merupakan singkatan dari Galeri Halaman Wonocolo Connecting. Artinya, (usaha ini) adalah sentra potensi yang ada di wilayah Wonocolo," ujar Muslich.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com