Advertorial

Optimalkan Potensi Biogas, Ini Peran Indonesia bersama DiBiCoo

Kompas.com - 30/06/2022, 22:36 WIB

KOMPAS.com - Indonesia memiliki potensi bioenergi yang melimpah danbisa dioptimalkan sebagai pengganti energi fosil. Jika hal ini terwujud, sumber energi baru terbarukan (EBT) ini tak hanya dapat menopang sektor kelistrikan, tetapi juga sektor lainnya, seperti rumah tangga, industri, dan transportasi.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 1 meter kubik biogas setara dengan 0,46 kilogram elpiji atau 0,62 liter minyak tanah atau 3,5 kilogram kayu bakar.

Sebab itu, optimalisasi biogas perlu terus digenjot untuk menopang kebutuhan energi di Tanah Air.

Terpilihnya Ketua Asosiasi Biogas Indonesia M Abdul Kholiq sebagai Dewan Penasihat Digital Global Biogas Cooperation (DiBiCoo) perwakilan Indonesia pun menjadi angin segar untuk memaksimalkan potensi biogas di Indonesia.

Untuk diketahui, proyek DiBiCoo dimulai pada 2019 di Brussels, Belgia. Proyek yang didanai oleh EU Horizon 2020 ini beranggotakan perwakilan 13 organisasi dari empat benua, yaitu Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Adapun negara mitra dari Eropa yang turut terlibat, salah satunya adalah Jerman yang diwakili oleh WIP Renewable Energies GmbH & Co. KG dan Fachverband Biogas – German Biogas Association.

Kemudian, Austria diwakili Austrian Compost and Biogas Association dan the Austrian Energy Agency, serta Belgia diwakili European Biogas Association dengan dukungan teknis dari Latvia Life Science University.

Sementara, lembaga mitra negara berkembang adalah Argentina (Instituto Nacional de Tecnología Agropecuaria), Ethiopia (Iceaddis IT Consultancy PLC), Ghana (Institute for Sustainable Energy and Environmental Solutions), Indonesia (Resilience Development Initiative atau RDI), dan Afrika Selatan (GreenCape dan Selectra CC).

-Dok. Resilience Development Initiative -

DiBiCoo pun menyambut baik upaya Dewan Penasihat (Advisory Board) yang akan memperluas jaringan DiBiCoo, serta bertindak untuk mempromosikan dan memberikan saran strategis atau solusi biogas berkelanjutan di tingkat global yang tak mengikat.

Tujuannya, untuk mendukung industri biogas atau biometana di negara berkembang dengan mempersiapkan pasar teknologi yang lebih masif.

Hal itu diwujudkan dengan melakukan pengembangan dan digitalisasi melalui platform matchmaking (biogasplatform.eu). Adapun upaya melalui langkah nondigital dilakukan melalui aksi strategis, yakni pengembangan kapasitas untuk meningkatkan jaringan, berbagi informasi, dan kompetensi teknis maupun keuangan di kelima negara mitra.

Koordinator proyek DiBiCoo dari GIZ GmbH Munich Johannes Anhorn mengatakan, DiBiCoo Matchmaking Platform dibuat dengan harapan dapat membawa pemangku kepentingan biogas dari seluruh dunia dan memberikan peluang untuk memperluas jaringan dan kerja sama.

“Pandemi global telah menunjukkan bahwa kita membutuhkan upaya terkoordinasi untuk berkolaborasi secara digital dan global dalam isu-isu penting, salah satunya energi. DiBiCoo Matchmaking Platform menjembatani antara pasar biogas di Afrika, Asia, Amerika Latin, dan Eropa. Kini, Biogas and Gasification Matchmaking Platform telah hadir,” ujar Johannes dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (30/6/2022).

Peran Indonesia

Sebagai informasi, RDI Indonesia merupakan satu-satunya perwakilan Indonesia dalam konsorsium DiBiCoo yang berperan dalam mentransfer pengetahuan yang difasilitasi DiBiCoo, khususnya di Indonesia.

Sepanjang 2021 hingga 2022, RDI berhasil menyelenggarakan dua seri workshop, dua seri pengembangan kapasitas, pelatihan model bisnis, dan mini webinar secara virtual dan hibrida.

-Dok. Resilience Development Initiative -

Adapun topik yang diangkat mulai dari isu kebijakan sektor biogas, manajemen limbah biomassa, hingga potensi dan peluang pengembangan biometana di Indonesia.

Direktur RDI Indonesia Elisabeth Rianawati mengatakan, topik yang dibahas dalam pengembangan kapasitas, di antaranya identifikasi risiko, pembiayaan proyek biogas, dan pelatihan model bisnis.

“Kami menyadari, masih ada banyak hal yang harus dipelajari. Oleh karena itu, kami berusaha mengoptimalkan berbagai kesempatan terkait transfer pengetahuan yang difasilitasi oleh DiBiCoo,” terangnya.

Untuk memaksimalkan tujuan utama DiBiCoo dalam membuka seluas-luasnya peluang bisnis dan kerja sama biogas, RDI Indonesia menggelar study tour dan matchmaking event di Lampung dan Bandung. Kegiatan tersebut diikuti oleh berbagai institusi dalam negeri dan luar negeri yang bergerak dalam bidang energi terbarukan.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk memfasilitasi kerja sama dan kemitraan baru, serta mempromosikan peluang bisnis biogas di Indonesia dan Eropa.

- Dok. Resilience Development Initiative -

Transfer pengetahuan

Pada kesempatan sama, Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Edi Wibowo mendorong upaya kolaborasi dan kerja sama dalam industri biogas. Dengan begitu, dapat berdampak positif bagi perekonomian nasional termasuk, terutama di bidang ketenagakerjaan.

“Kami berharap, acara tersebut dapat menjadi pratinjau untuk membangun jaringan dan saling berbagi pengetahuan mengenai praktik terbaik. Mari berkolaborasi membangun sistem energi berkelanjutan dengan berjalan dan pulih bersama, baik untuk perekonomian nasional maupun ketenagakerjaan,” kata Edi. 

Edi menambahkan, konsorsium DiBiCoo bertujuan memajukan transfer pengetahuan dan berbagi pengalaman untuk meningkatkan kebijakan lokal yang memungkinkan peningkatan penyerapan pasar biogas di Ethiopia, Ghana, Argentina, Indonesia, dan Afrika Selatan.

Selanjutnya, DiBiCoo akan mengidentifikasi lima kasus demo hingga tahap investasi dari lima negara tujuan pasar biogas tersebut.

Hal itu diwujudkan dengan menyediakan fasilitas berupa platform digital matchmaking dan mekanisme pengembangan kapasitas untuk meningkatkan jaringan, berbagi informasi, dan kompetensi teknis/keuangan.

“Selama pertemuan awal, perwakilan konsorsium mempresentasikan paket kerja masing-masing dan mendiskusikan rencana implementasi dengan pejabat proyek Uni Eropa, serta hasil yang diharapkan untuk jangka waktu proyek 33 bulan,” terangnya.

Adapun negara-negara yang dipilih sebagai perwakilan konsorsium dinilai memiliki potensi pasar untuk proyek biogas dengan peraturan dan skema dukungan yang menguntungkan.

Proyek dengan anggaran 3 juta euro tersebut dilaksanakan oleh konsorsium dan dikoordinasikan oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. Badan Eksekutif Inovasi dan jaringan UE (INEA) juga dilibatkan untuk mengawasi proyek tersebut atas nama Komisi Eropa.

Dewan Penasihat 

Untuk mendukung proyek DiBiCoo, delapan perwakilan tingkat tinggi dari seluruh dunia telah ditunjuk menjadi dewan penasihat. Dengan keahlian dan pengetahuan mereka yang luas tentang teknologi biogas, tujuan DiBiCoo diharapkan dapat terwujud.

Tugas mereka memberikan saran strategis yang tidak mengikat. Tak hanya itu, dewan penasihat juga berperan membantu DiBiCoo dalam memahami tren bisnis, pasar, dan industri.

Selanjutnya, dewan penasihat memperluas jangkauan dan komunikasi proyek ke berbagai kelompok sasaran.

Untuk diketahui, proyek DiBiCoo mendukung industri biogas atau biometana Eropa dan pengembangan biogas di negara maju dan berkembang. Upaya yang dilakukan adalah mempersiapkan pasar untuk ekspor teknologi biogas atau biometana berkelanjutan dari Eropa ke negara maju dan berkembang.

Untuk diketahui, DiBiCoo telah mempromosikan pabrik biogas komersial di Ethiopia. Proyek ini akan mengadakan lokakarya pemangku kepentingan kedua untuk memperkenalkan platform biogas dan gasifikasi digital.

Staf proyek Iceaddis dan pakar energi terbarukan Wondwossen Bogale mengatakan, platform tersebut memudahkan pengguna untuk menemukan teknologi gasifikasi yang tepat dan menghadirkan peluang bisnis bagi negara-negara pengimpor dan pengekspor.

“Ini adalah kesempatan besar untuk mengakses pemangku kepentingan terkemuka di sektor biogas dan gasifikasi di Eropa,” kata Bogale.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com