Advertorial

Majukan Sektor Pertanian, Mentan SYL Lantik Andi Nur Alam Syah Menjadi Dirjen Perkebunan

Kompas.com - 01/07/2022, 20:39 WIB

KOMPAS.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) melantik Andi Nur Alam Syah menjadi Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Dirjen Perkebunan Kementan) pada Jumat (1/7/2022).

Penunjukan Nur Alam untuk mengemban jabatan tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, saat menjabat sebagai Direktur Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) Kementan, Andi berhasil mengawal pembangunan mekanisasi pertanian modern yang berdampak nyata pada peningkatan produksi, ekspor, dan kesejahteraan petani.

Kiprah Andi sebagai Direktur Alsintan juga dinilai membawa pertanian menjadi satu-satunya sektor di Tanah Air yang tangguh di masa pandemi Covid-19.

Syahrul menegaskan, program kerja Kementan tak boleh menerapkan strategi yang sama seperti apa yang telah dicapai selama ini. Sebab, sektor pertanian berhadapan dengan tantangan bangsa terkait penyediaan pangan sehingga harus mampu bertahan di tengah krisis pangan global dan energi.

Oleh karena itu, lanjut Syahrul, penguatan pembangunan komoditas perkebunan menjadi agenda prioritas untuk memperkuat akselerasi kemajuan pertanian.

"Nur Alam terpilih menjadi Dirjen Perkebunan karena selama ini memiliki kapasitas yang cukup dan catatan prestasi apik. Dia juga mampu memecahkan masalah. Saya berharap, seluruh elemen di lingkungan Kementan harus lebih siap menghadapi tantangan-tantangan global. Hal ini tergantung pada kinerja pejabat di Kementan," ujar Syahrul dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat.

Kekuatan subsektor perkebunan

Syahrul menambahkan, salah satu kekuatan Indonesia juga bertumpu pada bidang perkebunan. Ia menegaskan, kalau perkebunan diurus oleh pejabat yang greget, tidak main main, dan serius, kontribusi yang dapat diberikan pada kemajuan pertanian sangatlah besar.

Terlebih, lanjutnya, bila dibarengi team work yang solid, mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, dan memberi ruang bagi pengusaha untuk mendapatkan nilai positif dari pertanian, khususnya di subsektor perkebunan. Dampak positif yang diberikan pada sektor pertanian makin besar.

"Dirjen Perkebunan yang baru harus melakukan evaluasi. Akan tetapi, (evaluasi) tidak boleh lama karena dia bukan orang baru di lingkungan pertanian. Sambil jalan, sambil kerja, tapi serius sambil disempurnakan apa yang belum dicapai dan yang bagus teruskan," tegasnya.

Pada kesempatan sama, Nur Alam menuturkan, akselerasi pengembangan komoditas dari hulu ke hilir menjadi agenda prioritas yang harus diwujudkan.

Dirjen termuda itu menjelaskan, upaya itu diwujudkan melalui konsep pembangunan subsektor perkebunan yang terkonsolidatif dan integratif dengan mengembangkan kawasan perkebunan secara terpadu melalui peningkatan dan pengembangan infrastruktur pertanian, pemanfaatan inovasi teknologi produksi maju tepat guna, serta pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Selain itu, imbuhnya, kelembagaan petani untuk meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, ekspor, investasi, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan juga diterapkan.

“Konsep tersebut diimplementasikan dan dikembangkan secara terpadu dan bertahap. (Tak hanya itu, tapi juga) dikelola dengan manajemen korporasi petani yang kreatif dan inovatif sehingga mampu mewujudkan sistem produksi perkebunan yang maju, mandiri, dan modern,” tuturnya.

Nur Alam menjelaskan, pengembangan usaha perkebunan terkonsolidatif dan integratif tersebut mencakup empat dimensi utama, yaitu berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.

Dengan konsep itu, pengembangan subsektor perkebunan terdiri atas satu atau beberapa klaster di dalam suatu kawasan perkebunan.

“Dalam pengembangan klaster dilakukan beberapa tindakan, yaitu memahami kondisi dan standar ekonomi kawasan, menjalin kerja sama, mengelola dan meningkatkan pelayanan, mengembangkan tenaga ahli, mendorong inovasi dan kewirausahaan, serta mengembangkan pemasaran dan memberi label khas bagi kawasan,” jelasnya.

Nur Alam menegaskan, implementasi konsep pengembangan subsektor perkebunan yang terkonsolidatif dan integratif juga harus berjalan sesuai arah kebijakan, strategi, program, dan langkah operasional yang terintegrasi.

Adapun arah kebijakan yang dilaksanakan terdiri dari mekanisasi, optimalisasi peningkatan hasil, penguatan daya saing dan ekspor, sampai penguatan profesionalisme perkebunan dan penyuluh.

-Dok. Humas Kementan -

“Program yang dijalankan di antaranya pengembangan mekanisasi dan digitalisasi, pengembangan logistik benih, peningkatan daya saing dan ekspor, korporasi pekebun, pendidikan, dan pelatihan vokasi. Tak kalah penting untuk diwujudkan adalah pengembangan sejuta pekebun milenial,” kata Nur Alam.

Adapun untuk langkah operasionalnya, lanjut Nur Alam, program tersebut diwujudkan dengan peningkatan bantuan alsintan, penyediaan dan produksi benih unggul 100 juta batang per tahun, melakukan peremajaan, dan pengembangan kawasan atau klaster berbasis korporasi pekebun.

Untuk diketahui, Andi Nur Alam Syah lahir pada 1 Februari 1975 di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Jabatan terakhir yang diemban, yakni Direktur Alsintan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian periode 2018-2022, dan Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang Pertanian periode 2016-2018.

Nur Alam juga pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Program dan Evaluasi – Pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Perkebunan (Februari 2016-November 2016) dan Kepala Sub Bidang Program - Pusat Litbang Perkebunan (2013-2016).

Nur Alam menyelesaikan Pendidikan di SMA Negeri 1 Polewali, S1 Teknik Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), dan S2 Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com