Advertorial

Gencar Promosi, UMKM Anyaman asal Yogyakarta Tembus Pasar Nasional hingga Pameran di Inggris

Kompas.com - 04/07/2022, 16:32 WIB

KOMPAS.com – Bagi individu yang lahir tanpa privilese, utamanya dalam hal ekonomi, bekerja keras menjadi satu-satunya cara untuk mengubah keadaan.

Hal itu yang mendasari Payem, perempuan asal Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), untuk terus bekerja tanpa kenal letih. Ia ingin membantu perekonomian keluarganya.

Sejak usia lima tahun, perempuan yang akrab disapa Yu Payem itu sudah biasa membantu keuangan keluarga. Payem kecil kala itu, ikut membuat hasil kerajinan tangan berupa anyaman.

Yu Payem mengatakan, kerajinan tersebut ia buat bersama anggota keluarganya untuk kemudian dijual kepada pihak pabrik melalui pengepul.

“Ongkosnya masih Rp 125, tapi saya bersyukur. Namun, kondisi semakin susah dan saya akhirnya berhenti sekolah pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Saat itu, saya memutuskan kerja di pabrik penghasil produk kerajinan seperti yang sudah saya kerjakan sebelumnya untuk diekspor,” ujar Yu Payem dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (29/6/2022).

Saat bekerja di pabrik tersebut, tambah Yu Payem, dirinya diberikan tanggung jawab, mulai dari mendesain produk hingga melakukan kontrol kualitas.

Awalnya, ia merasa kaget karena dipercaya untuk mengemban tanggung jawab besar. Namun, berbekal pengalamannya berkecimpung di dunia kerajinan tangan sejak kecil, Yu Payem berhasil menjawab tantangan tersebut dengan baik.

Terkait kontrol kualitas pun, Yu payem mengaku harus melakukan pemantauan ke beberapa desa yang menjadi supplier produk kerajinan.

“Saya cek semuanya, mulai dari kualitas, ukuran, hingga ketepatan penyelesaian produk. Ini jelas bukan hal mudah karena melibatkan banyak orang. Maka dari itu, komunikasi berperan penting dalam menghasilkan produk berkualitas yang sesuai tenggat waktu,” kata Yu Payem.

Berani mandiri

Setelah beberapa tahun mengabdikan diri pada pabrik tempatnya bekerja, Yu Payem berkeinginan untuk mulai memiliki usahanya sendiri.

Dirinya merasa, pengalaman dan kemampuannya dalam bidang kerajinan tangan selama bertahun-tahun bisa jadi modal penting agar ia bisa mandiri.

“Akhirnya, saya memutuskan membangun usaha sendiri. Saya juga fokus membuat suvenir dari kerajinan tangan. Saya terpikir untuk menawarkan hasil produksi ke pabrik tempat kerja dulu. Tak disangka, mereka mau dan malah mengajak saya menjadi rekan bisnis,” terang Yu Payem.

Hasil kerajinan yang diproduksi oleh Yu Payem. Dok. BRI Hasil kerajinan yang diproduksi oleh Yu Payem.

Yu Payem menambahkan, keberhasilannya dalam membangun usaha sekaligus memiliki rekan bisnis tak lepas dari kualitas produksi dan caranya berkomunikasi dengan berbagai pihak.

“Dulu kan saya jadi jembatan untuk berbagai pihak. Menurut pihak pabrik, itu potensi. Bisnis itu kan tentang menjual dan berkomunikasi dengan calon pembeli. Supaya penjualan naik, penjual perlu berkomunikasi untuk menawarkan produk pada pembeli,” ucap Yu Payem.

Selain komunikasi, hal lain yang tak kalah penting yang perlu dilakukan dalam dunia bisnis menurut Yu Payem, adalah inovasi. Selain untuk penyegaran, inovasi dibutuhkan demi mencakup pasar yang lebih luas.

Oleh karena itu, ia kerap menghadirkan berbagai desain unik pada produksi kerajinannya sebagai wujud inovasi.

“Jadi, saya juga menawarkan produk lain yang desainnya itu di luar permintaan pabrik. Tujuannya agar pilihan yang kami tawarkan lebih variatif. Alhamdulillah, respons pasar ternyata sangat baik dan orderan untuk usaha kerajinan saya semakin bertambah,” kata Yu Payem.

Pelan tapi pasti, usaha kerajinan tangan yang dibangun Yu Payem pun semakin besar. Bahkan, ia juga berhasil mempekerjakan lebih dari 300 orang perajin.

Meski begitu, ia tak mau terlena. Seperti kata pepatah, semakin besar pohon, semakin besar pula angin yang menerpa.

Maka dari itu, ia selalu ingin belajar agar dapat meningkatkan kualitas produknya.

“Tantangannya memang tambah besar. Pabrik meminta barang berkualitas dalam jumlah banyak dan waktu singkat. Di sini, saya (harus berpikir cara) menghasilkan banyak produk tanpa menyampingkan kualitasnya. Apalagi, biasanya kami dibayar setelah pesanan selesai. Nah, itu juga yang saya coba ubah. Sebab, kami butuh modal buat produksi awal,” tuturnya.

Yu Payem menambahkan, ia selalu menekankan kepada perajin untuk tetap mengedepankan kualitas produk meski hanya memiliki waktu produksi yang sempit.

Pasalnya, kualitas yang baik mampu berperan besar dalam mempromosikan produknya terhadap pasar ataupun pelanggan. Selain itu, hal tersebut juga dapat membangun personal branding bagi produk kerajinannya.

Jamah pasar online

Di tengah derasnya arus digitalisasi, aktivitas penjualan dan promosi secara daring pun seakan menjadi sebuah keharusan. Ini lantaran banyaknya platform media sosial (medsos) dan e-commerce yang menawarkan lingkup pasar lebih luas dan potensial.

Meski begitu, Yu Payem mengakui, dirinya tak fasih dalam melakukan aktivitas niaga dan promosi yang ada di ranah online.

Yu Payem saat di gudang produksi kerajinan miliknya. Dok. BRI Yu Payem saat di gudang produksi kerajinan miliknya.

Hal itulah yang membuat Yu Payem memutuskan untuk melibatkan pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui Mantri BRI. Pihak Bank dipakainya sebagai wadah untuk membantunya melakukan promosi secara online.

“Saya mempromosikan produk itu cuma dari mulut ke mulut. Buat promosi secara online, saya dibantu oleh pihak BRI, mulai dari pembuatan katalog online, promosi di Instagram, hingga Facebook,” kata Yu Payem.

Matri BRI Heri mengatakan, kualitas produksi rumah kerajinan Yu Payem sudah terjamin dan diakui keunikannya di seluruh Yogyakarta. Hal ini yang mendasari BRI ingin membantu memperluas jangkauan pasar usaha Yu Payem.

“Sekarang itu kan yang paling cepat ya lewat medsos. Kami cuma ingin membantu agar usaha rumah kerajinan Yu Payem bisa semakin berkembang. Selain mempromosikan lewat medsos, kami juga memasukkan hasil kerajinan Yu Payem ke situs pasar.id,” ujar Heri.

Pasar.id, tambah Heri, adalah situs khusus dari BRI untuk mendukung produk dari para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Selain membantu melakukan promosi digital, BRI juga memberikan kesempatan pada Yu Payem untuk mengikuti pameran UMKM yang akan diadakan di Inggris.

“Produk Yu Payem ini kan sudah terkenal, bahkan sampai ke luar negeri karena kualitasnya sangat baik. Berkat itu, kalau menawarkan produk kerajinan atas nama Yu Payem, pasti langsung diterima. Jadi, Yu Payem jelas kami ajak. Beliau adalah salah satu pahlawan lokal di wilayah ini,” ucap Heri.

Ingin tahu kisah perjalanan Yu Payem dalam membangun usaha kerajinan tangan? Saksikan pada program Petualangan Brilian Episode 4 di Kompas TV dan kanal YouTube Bank BRI.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com