Advertorial

Waspadai Sakit Kepala Berikut, Bisa Jadi Gejala Tumor Otak

Kompas.com - 07/07/2022, 14:02 WIB

KOMPAS.com – Hampir setiap orang pernah merasakan sakit kepala dan menganggap hal ini normal. Padahal, sakit kepala bisa menjadi salah satu gejala seseorang mengalami penyakit serius, seperti tumor otak.

Meski demikian, sakit kepala yang dirasakan pasien dengan tumor otak berbeda dengan sakit kepala pada umumnya. Maka dari itu, Anda perlu mengetahui keluhan sakit kepala yang perlu diwaspadai.

Beberapa red flags atau tanda bahaya keluhan sakit kepala yang mengarah ke tumor otak. Misalnya, sakit kepala yang terasa lebih parah atau lebih sakit dari yang biasa dirasakan, dan sakit kepala yang baru muncul saat dewasa, terutama ketika usia mencapai 50 tahun, serta pada anak-anak.

Kemudian, sakit kepala saat beraktivitas, baik yang gejalanya baru muncul pada malam maupun pagi hari. Selain itu, sakit kepala yang bersifat progresif atau makin lama makin terasa sakit. Selanjutnya, sakit kepala yang berhubungan dengan demam atau gejala sistemik lain juga merupakan red flags dari tumor otak.

Lalu, sakit kepala dengan meningismus, yaitu ditandai dengan leher terasa kaku dan mata terasa sakit atau tidak nyaman saat melihat cahaya terang (photophobia).

Selain itu, sakit kepala dengan tanda-tanda perubahan neurologis, seperti kehilangan kendali gerakan secara bertahap di lengan atau kaki, kelemahan atau mati rasa pada lengan atau kaki juga perlu diwaspadai. Sakit kepala yang timbul saat batuk, bersin, atau membungkuk juga bisa menjadi gejala tumor otak.

Dokter spesialis saraf di Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS) dr Sheila Agustini SpS mengatakan bahwa selain sakit kepala, penderita tumor otak dapat mengalami keluhan-keluhan lain.

“Keluhan seperti rasa mual atau muntah yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, masalah penglihatan atau pendengaran, gangguan memori atau kesulitan berpikir jernih, terjadi perubahan kepribadian atau perilaku, bahkan timbul kejang pada seseorang yang tidak pernah kejang,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (6/7/2022).

Adapun tumor otak merupakan masalah kesehatan yang dipicu pertumbuhan sel-sel abnormal di otak. Sel-sel tersebut dapat berasal dari otak itu sendiri atau penyebaran dari kanker di bagian tubuh lain yang disebut sebagai tumor otak metastasis.

Sama seperti tumor kebanyakan, tumor otak ada yang bersifat jinak dan ganas (kanker). Pertumbuhan tumor otak pun bervariasi. Sementara, fungsi sistem saraf yang terganggu dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lokasi tumor.

Penanganan tumor otak dengan teknologi canggih dan komprehensif

Jika Anda merasakan salah satu keluhan sakit kepala yang mengarah ke gejala tumor otak, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Dengan begitu, dokter dapat melakukan pemeriksaan dan skrining lebih lanjut.

Adapun penanganan tumor otak biasanya dilakukan dengan pembedahan, kemoterapi, radiologi, dan imunoterapi.

Meski terkesan menyeramkan, teknologi di dunia bedah saraf terus dikembangkan. Salah satu rumah sakit yang mengembangkan layanan bedah saraf adalah Mayapada Hospital.

Rumah sakit tersebut memiliki Tahir Neuroscience Center dan Oncology Center dengan layanan bedah saraf neuronavigasi intraoperative dan awake brain surgery. Dengan menggunakan mikroskop bedah robotic visualization system berstandar internasional Kinevo 900, operasi dapat dilakukan dalam kondisi pasien tetap sadar atau terjaga.

Dengan alat tersebut, operasi tumor otak juga bisa dilakukan secara minimal invasif dan lebih akurat. Terlebih, di daerah-daerah otak yang sulit dijangkau. Dengan demikian, pihak dokter dapat memaksimalkan pengambilan jaringan tumor dan menurunkan risiko kegagalan.

Awake brain surgery merupakan pilihan terapi tepat untuk tumor yang berada di area elokuen (penting), seperti bagian otak yang dapat menimbulkan kejang atau dekat bagian otak yang mengontrol penglihatan, gerakan, atau bicara.

Selama tindakan operasi, dokter akan mengajukan pertanyaan dan memantau aktivitas di otak saat pasien merespons.

Dokter spesialis saraf di MHJS, dr Zainy Hamzah SpBS, pernah melakukan tindakan awake brain surgery kepada seorang gitaris dengan tumor otak di area yang mengganggu aktivitas motorik halusnya.

“Ia tetap bermain gitar saat dioperasi agar kami dapat melihat dan memonitor area otak yang bisa dipertahankan karena fungsi otak yang terkena tumor masih baik. Dengan demikian, saat sembuh, dia tetap bisa berkarya,” ujarnya.

Selain peralatan canggih, kolaborasi dokter dari berbagai disiplin ilmu spesialisasi juga ikut berperan dalam penanganan tumor otak.

Menurut dokter spesialis saraf di MHJS dr Budi Susanto SpBS, penanganan tumor otak merupakan penanganan yang komprehensif karena melibatkan beberapa spesialisasi dalam penanganan pasien.

Adapun dokter yang terlibat, seperti dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi, dokter spesialis saraf, dan dokter spesialis rehabilitasi medis untuk membantu proses pemulihan.

“Terkadang, pasien, atau pasangan dan keluarga pasien membutuhkan pendampingan dengan psikiater selama proses penyembuhan agar tetap tenang dan tidak depresi,” imbuhnya.

Mayapada Hospital juga memiliki layanan radioterapi untuk pasien tumor otak. Radioterapi di MHJS didukung oleh alat dengan teknologi mutakhir terkini dan tim profesional yang memungkinkan untuk melakukan advanced techniques dengan berbagai keunggulan, termasuk verifikasi empat dimensi (4D). Dengan demikian, presisi dan akurasi tindakan dapat meningkat, lebih nyaman, serta efek samping yang minimal.

Salah satu teknologi radioterapi yang kerap digunakan adalah pesawat radioterapi linear accelerator (LINAC). Teknologi ini memiliki keunggulan dalam mendistribusikan sinar radiasi maksimal pada target sel kanker dan meminimalkan efek pada sel jaringan sehat.

Pesawat radioterapi LINAC dapat melakukan advanced techniques, seperti Stereotactic Radiosurgery (SRS) dan Stereotactic Radiotherapy (SRT). SRS bekerja dengan menggunakan sinar radiasi yang terfokus secara tepat dan presisi untuk mengobati tumor serta masalah lain pada otak dan tulang belakang, seperti kanker, epilepsi, trigeminal neuralgia, dan arteriovenous malformation (AVM).

“SRT merupakan radioterapi dari berbagai sudut di sekitar tubuh untuk terapi tumor. Ini berarti, tumor menerima radiasi dosis maksimal dan jaringan di sekitarnya menerima dosis minimal,” kata dokter spesialis onkologi radiasi di MHJS dr Ratnawati Soediro, SpOnk Rad.

Terapi yang digunakan dalam penanganan tumor otak berikutnya adalah imunoterapi. Dalam terapi ini, pasien akan diberikan obat yang bertujuan untuk merangsang sistem imun tubuh untuk melawan kanker.

“Salah satu contohnya adalah anti-VEGF yang bertujuan untuk mengurangi tumor angiogenesis dan vasogenic brain edema. Selain kemoterapi, saat ini, obat-obatan golongan Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) juga diberikan sebagai terapi kanker,” kata prof dr Abdul Muthalib, SpPD-KHOM, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

Untuk diketahui, Tahir Neuroscience Center dan Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif dalam penanganan tumor otak dan kanker lain. Layanan ini dilengkapi dengan peralatan terkini serta kolaborasi multi-spesialisasi dokter, mulai dari deteksi dini, diagnosis, terapi tindakan bedah, kemoterapi, imunoterapi dan radioterapi, hingga rehabilitasi medis saat proses penyembuhan.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Mayapada Hospital, silakan klik tautan berikut ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com