Advertorial

Indonesia Kucurkan Dana 50 Juta Dollar AS untuk Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Respons Pandemi

Kompas.com - 14/07/2022, 19:31 WIB

KOMPAS.com — Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengepalai Pertemuan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan atau Joint Finance and Health Ministers Meeting (JFHMM) Group of Twenty 20 (G20) Pertama.

Pada gelaran tersebut, Menkes dan Menkeu menyampaikan komitmen kontribusi dari lima negara dan satu lembaga internasional untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi atau pandemic prevention, preparedness, and response (PPR).

Adapun lima negara dan satu lembaga internasional tersebut adalah Indonesia, Singapura, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jerman, serta Wellcome Trust.

Pertemuan tersebut menyepakati bahwa dana perantara keuangan atau financial intermediary fund (FIF) untuk PPR pandemi akan dikelola di bawah pengawasan Bank Dunia (World Bank) dan berdasarkan panduan teknis dari Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).

Selain kedua organisasi tersebut, organisasi pembangunan, badan-badan di bawah naungan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), dan bank pembangunan multilateral lain diharapkan bergabung dalam FIF.

Adapun FIF akan digunakan untuk membantu membangun arsitektur kesehatan global PPR pandemi dengan peran sentral WHO dalam pengawasan dan teknis. Hal ini sesuai dengan Peraturan Kesehatan Internasional (IHR 2005).

Sejak awal pembentukannya, kata Budi, Gugus Tugas Gabungan Keuangan-Kesehatan G20 telah berdiskusi lebih lanjut terkait FIF. Adapun FIF sebelumnya sudah dikenalkan pada 2021, yakni saat kepemimpinan Italia dalam Presidensi G20.

"Saya percaya bahwa kita akan memiliki hasil konkret pada Oktober (2022), termasuk peluncuran FIF dan koordinasi kolaborasi platform," kata Sadikin dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (14/3/2022).

Pada kesempatan tersebut, lima negara dan satu organisasi berkomitmen mengumpulkan dana sebesar lebih dari 1,2 miliar dollar AS untuk PPR pandemi. Indonesia sendiri memberikan kontribusi sebesar 50 juta dollar AS.

Sementara, Singapura memberikan 10 juta dollar AS, Amerika Serikat 450 juta dollar AS, Uni Eropa 450 juta dollar AS, Jerman 52,7 juta dollar AS, dan Wellcome Trust 12,3 juta dollar AS.

Untuk diketahui, program FIF bertujuan untuk memberikan bantuan pendanaan untuk menutup jurang PPR pandemi. Bantuan tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan kapasitas negara-negara di bidang surveilans kesehatan, sistem laboratorium, tenaga kerja kesehatan, manajemen dan komunikasi kegawatdaruratan, serta keterlibatan komunitas.

FIF juga dapat membantu memperkuat kapasitas ketahanan kesehatan secara regional ataupun global. Bantuan ini meliputi penguatan fasilitas berbagai data, penyelarasan peraturan, dan pengembangan, pembelian, distribusi, serta penyaluran alat bantuan kesehatan.

Sri Mulyani menjelaskan, dana yang diberikan akan bersifat inklusif dan bisa diakses oleh negara berpenghasilan rendah dan menengah. FIF ditargetkan bisa diluncurkan pada Musim Gugur 2022.

Tak hanya itu, FIF juga dapat membantu negara-negara untuk memanfaatkan sumber daya yang lebih luas dari sektor swasta, filantropi, dan bilateral. Sebab, prinsip utama FIF adalah menambah dan memperkuat institusi yang sudah menjalankan pendanaan untuk PPR pandemi.

FIF juga bisa membantu memfasilitasi negara-negara untuk memberikan investasi lebih banyak pada PPR pandemi. Jadi, negara bisa bekerja sama secara fleksibel dengan lembaga-lembaga lain sembari menyesuaikan ruang lingkup dan kebutuhan.

Selanjutnya, FIF akan mengombinasikan inklusivitas dan ketangkasan dalam pengoperasian program yang transparan dan memiliki akuntabilitas.

Dewan Bank Dunia mengatakan, FIF akan mendanai investasi penting bagi penguatan PPR pandemi dalam skala nasional, regional, dan global. Program ini akan berfokus pada negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Dana tersebut kemudian akan digunakan untuk memberikan tambahan sumber daya dan insentif bagi negara-negara untuk PPR pandemi, memperkuat kerja sama dengan para mitra, serta menjadi platform advokasi.

Apresiasi dari Bank Dunia

Keberhasilan Presidensi G20 Indonesia dalam mengumpulkan komitmen kontribusi lebih dari 1,2 juta dollar AS mendapat apresiasi dari Presiden Bank Dunia David Malpass.

David mengatakan, dirinya merasa bangga terhadap dukungan luar biasa dari para pemegang saham untuk FIF yang dipegang oleh Bank Dunia. Pasalnya, Bank Dunia adalah penyumbang dana terbesar untuk PPR pandemi yang aktif beroperasi di lebih dari 100 negara berkembang untuk memperkuat sistem kesehatan mereka.

“FIF juga akan memberikan tambahan dana jangka panjang untuk mendukung negara dan kawasan berpenghasilan rendah. Jadi, mereka bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi selanjutnya," ujar David.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan, WHO akan memainkan peran penting dalam FIF dan berkolaborasi erat dengan Bank Dunia. Sebab, akses pembiayaan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi merupakan hal penting yang harus dilakukan.

“Covid-19 mengungkap lebarnya jurang kapasitas penanganan pandemi. Kehadiran FIF bisa mengatasinya secara koheren, sebagai bagian dari arsitektur global kesiapsiagaan dan respons darurat kesehatan," ujar Tedros.

Dalam pertemuan tersebut, disetujui pula verifikasi internasional terkait sertifikat vaksin Covid-19 dan protokol kesehatan untuk mempermudah mobilitas.

Pertemuan juga membahas pengembangan pusat manufaktur dan penelitian global untuk PPR, terutama produksi vaksin, obat-obatan, dan alat diagnosis di negara-negara berkembang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com