Advertorial

Piala Presiden: North Sulawesi International Fishing Competition Diharapkan Jadi Simbol Kebangkitan Pariwisata Likupang

Kompas.com - 16/07/2022, 10:40 WIB

KOMPAS.com - Likupang merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut), yang masuk ke dalam lima destinasi super prioritas (DSP) Indonesia.

Terpilihnya Likupang sebagai DSP pun dinilai wajar. Pasalnya, sebagai daerah yang berada di pesisir, Likupang memiliki potensi wisata laut yang sangat besar.

Meski begitu, layaknya wilayah yang lain, sektor pariwisata di Likupang juga sempat terpuruk selama pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020.

Namun, geliat di sektor tersebut secara perlahan mulai menunjukkan potensi kebangkitan sejak awal 2022.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tumbuh hingga 350 persen pada periode Januari-April 2022.

Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Drs Steven OE Kandouw mengatakan, untuk memaksimalkan kebangkitan sektor pariwisata di Likupang, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut bersama Kompas.com mengadakan Piala Presiden: North Sulawesi International Fishing Competition. Acara akan diselenggarakan pada pekan kedua September 2022.

Kegiatan tersebut dipilih karena salah satu destinasi dengan daya tarik terbesar yang dimiliki Likupang adalah lokasi pemancingan bertaraf internasional.

“Lomba memancing ini diharapkan dapat memulihkan roda perekonomian masyarakat yang ada di Likupang. Utamanya, yang berbasis wisata bahari. Semoga acara ini bisa sukses, baik secara ide maupun penyelenggaraan,” ujar Steven dalam talkshow Pelestarian Lingkungan Kunci Wisata Bahari Berkelanjutan yang disiarkan di Youtube Kompas.com, Jumat (15/7/2022).

Steven menambahkan, Pemprov Sulut ingin lomba mancing bertaraf internasional tersebut dapat menjadi pelopor dari kegiatan serupa di masa depan.

Ia pun menganggap, penyelenggaraan Piala Presiden oleh Pemprov Sulut sudah tepat. Sebab, Sulut merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan potensi laut yang besar.

“Sulut ini sudah menjadi roadmap untuk pengembangan wisata bahari. Makanya, saya optimistis sekali penyelenggaraan ini bisa sukses. Mudah-mudahan, kami bisa jadi pemicu bagi kebangkitan destinasi wisata lainnya yang ada di Indonesia,” terang Steven.

Selain mengadakan event berskala internasional, lanjut Steven, pemerintah daerah setempat juga akan mempertahankan aktivitas wisata yang sudah ada, seperti menjajakan kuliner khas Likupang yang terdiri dari berbagai makanan laut.

“Jelas harus kami pertahankan. Sebab, kegiatan kebaharian punya dampak yang luar biasa (di Likupang). Sejak pandemi terjadi, kami benar-benar merasakan dampaknya. Makanya, pemerintah akan kembali mengatrol blue economy yang jadi pilar penting di wilayah ini,” katanya.

Di sisi lain, Steven juga menerangkan keunggulan destinasi wisata bahari milik Likupang dibandingkan wilayah lain, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas memancing.

Keunggulan tersebut, seperti memiliki banyak jenis ikan yang tak dimiliki oleh wisata bahari lain. Lokasi memancing juga hanya berjarak sekitar satu jam dari bandara.

“Berkat itu, tak heran jika sebelum pandemi pun Likupang sudah dikunjungi oleh banyak turis. Utamanya, dari mancanegara. Bahkan, sampai ada sembilan kota dari China dan Singapura yang menyediakan penerbangan langsung ke Likupang. Selama pandemi pun, pemerintah hanya membuka dua kota untuk wisatawan internasional, yakni Jakarta dan Likupang,” jelas Steven.

Dukungan Menparekraf

Wisata alam, khususnya bahari, merupakan tren wisata yang tengah digandrungi banyak orang dalam beberapa tahun belakangan. Oleh karena itu, pemerintah mendukung penuh segala aktivitas yang ada pada sektor wisata tersebut.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, antusiasme wisatawan terhadap wisata bahari tak lepas dari sifatnya yang leluasa dan memungkinkan wisatawan untuk saling menjaga jarak.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dukung kegiatan fishing tourism. Dok. tangkapan layar Youtube Kompas.com Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dukung kegiatan fishing tourism.

“Dari sekian banyak wisata bahari yang ada, memancing adalah salah satu kegiatan wisata yang didukung oleh pemerintah. Sebab, Indonesia punya banyak pulau dengan habitat laut berbeda. Salah satunya, ada di Likupang. Namun, kelestarian lingkungan tetap harus dijaga. Jangan sampai, kita menimbulkan bencana pada keanekaragaman hayati laut,” ujar Sandi.

Fishing tourism, tambah Sandi, adalah kegiatan bagus yang perlu diadakan secara rutin. Pasalnya, hal tersebut dapat mendorong pembangunan dan kewirausahaan lokal pada sektor pariwisata.

Dengan adanya fishing tourism, Sandi mengharapkan penangkapan ikan yang dilakukan secara ilegal juga dapat berkurang.

“Jelas banyak manfaatnya. Peserta pun jadi belajar tentang budaya lokal pula. Lewat Piala Presiden: North Sulawesi International Fishing Competition ini, kami ingin aktivitas fishing tourism di Indonesia jadi semakin dikenal dan populer. Jadi, wisatawan dari dalam dan luar negeri bisa meningkat dan (pada akhirnya) berpengaruh pada peningkatan ekonomi (masyarakat),” terangnya. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau