Advertorial

Bantu Dokter Pilihkan Obat yang Tepat, Laboratorium Klinik Cito Hadirkan Pemeriksaan Farmakogenomik

Kompas.com - 19/07/2022, 10:30 WIB

KOMPAS.com - Laboratorium Klinik Cito terus berinovasi untuk memberikan pelayanan terbaik di bidang kesehatan. Kali ini, laboratorium yang berdiri sejak 1967 tersebut menghadirkan layanan pemeriksaan farmakogenomik.

Sebagai informasi, farmakogenomik merupakan bentuk pengobatan penyakit yang memanfaatkan informasi dari gen atau protein untuk mencegah, mendiagnosis, atau mengobati penyakit.

Chief Executive Officer (CEO) Laboratorium Klinik Cito dr Haryadi Ibnu Junaedi, SpB mengatakan bahwa inovasi tersebut bertujuan untuk memudahkan pemilihan obat yang tepat terhadap individu (personalized medicine) berdasarkan profil genetik. Dengan demikian, pasien bisa terhindari dari reaksi obat yang tidak diinginkan atau adverse drug reaction (ADR).

Hal tersebut dikatakan dr Haryadi dalam launching produk farmakogenomik Laboratorium Klinik Cito. Gelaran ini juga dihadiri oleh dr Dyah Anggraeni MKes, SPPk, dr Lonah, SpFK, dan Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD.

Ia menambahkan, pemeriksaan farmakogenomik bermanfaat untuk membantu dokter dalam menemukan obat yang tepat dan aman untuk dikonsumsi pasien.

"Farmakogenomik juga melihat bagaimana deoxyribonucleic acid (DNA) memengaruhi cara tubuh dalam merespons obat. Dalam beberapa kasus, DNA dapat memiliki reaksi buruk terhadap suatu obat. Dengan pemeriksaan ini, bisa dibuktikan apakah obat itu membantu atau tidak," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (18/7/2022).

Gen, reaksi obat, dan penyakit

Grand launching produk layanan pemeriksaan farmakogenomik CitoGen Pharmaco-GX oleh Laboratorium Klinik Cito Dok. Laboratorium Klinik Cito Grand launching produk layanan pemeriksaan farmakogenomik CitoGen Pharmaco-GX oleh Laboratorium Klinik Cito

Farmakogenomik adalah contoh penting dalam bidang precision medicine. Sebab, pemeriksaan ini bertujuan untuk menyesuaikan tata laksana medis bagi setiap atau sekelompok orang. Untuk mengetahui pentingnya pemeriksaan ini, dr Haryadi menjelaskan kaitan gen terhadap reaksi obat dan penyakit.

Menurut dr Haryadi, farmakogenomik didasarkan pada keragaman etnik yang memengaruhi gen manusia. Hal ini mencakup perbedaan parameter morfologi, seperti warna kulit, warna dan tekstur rambut, serta tinggi badan. Secara genomik, perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya sejumlah gen yang bertanggung jawab terhadap perbedaan fenotipe dari masing-masing etnik.

Saat ini, lanjutnya, varian DNA baru yang lebih banyak dipakai sebagai penanda (marker) adalah singlenucleotide polymorphisms (SNPs). SNPs terjadi ketika satu jenis nukleotida dalam posisi tertentu tersubstitusi dengan jenis nukleotida lainnya pada individu lain.

"Sebagian besar perbedaan manusia dipengaruhi oleh adanya perbedaan SNPs pada genomnya. Hal ini berhubungan dengan jenis penyakit tertentu serta respons tubuh terhadap penggunaan obat," ujar dr Haryadi.

Beberapa SNPs yang berada pada lokasi non-coding regions, lanjutnya, ternyata juga dapat memengaruhi stabilitas messenger ribonukleat acid (mRNA) dan kecepatan transkripsinya. Perbedaan sekecil apa pun dapat memengaruhi fungsinya.

"Oleh sebab itu, dapat diduga bahwa perubahan dalam struktur dan fungsi protein yang menjadi target kerja obat akan memengaruhi respons obat dalam tubuh," ujarnya.

Adapun beberapa gen yang bertanggung jawab pada sandi ekspresi dari enzim-enzim metabolisme obat tersebut terdiri dari CYP2C19, CYP2D6, CYP2C9, dan SLCO1B1. Variasi struktur dan fungsi dari enzim-enzim ini yang dapat menyebabkan peningkatan efek samping dari berbagai jenis obat.

"Hingga 70 persen dari reaksi obat yang merugikan bagi seorang individu memiliki hubungan genetik yang tinggi. Hal ini berarti bahaya tersebut dapat dengan mudah dihindari dengan pengujian genetik," jelas dr Haryadi.

CitoGen Pharmaco-GX

Grand launching produk layanan pemeriksaan farmakogenomik CitoGen Pharmaco-GX oleh Laboratorium Klinik Cito Dok. Laboratorium Klinik Cito Grand launching produk layanan pemeriksaan farmakogenomik CitoGen Pharmaco-GX oleh Laboratorium Klinik Cito

Berdasarkan latar belakang tersebut, Laboratorium Klinik Cito menghasilkan produk farmakogenomik terbaru bernama CitoGen Pharmaco-GX.

Dokter Haryadi mengatakan, produk tersebut dianalisis menggunakan software berbasis genetik yang menggunakan bioinformatika ras Asia. Software ini berfungsi untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dihasilkan dari staf Laboratorium Klinik Cito.

“Hasil dari pemeriksaan produk ini juga terdapat rekomendasi-rekomendasi yang akan membantu dokter untuk memberikan obat yang sesuai untuk pasiennya dengan menganalisis empat gen yang paling sering menyebabkan reaksi obat yang merugikan," ujarnya.

Untuk diketahui, Laboratorium Klinik Cito menyediakan 10 panel pemeriksaan farmakogenomik. Adapun panel yang paling lengkap mencakup sekitar 160 jenis obat.

Setelah mengikuti pemeriksaan dan menerima hasil, pasien dapat berkonsultasi kepada dokter yang menangani penyakitnya selama ini. Apabila mengikuti medical check-up di Laboratorium Cito, pasien dapat berkonsultasi ke dokter spesialis farmakologi klinik secara virtual atau dokter medical check-up Cito secara offline.

Sebagai informasi, pemeriksaan farmakogenomik di Laboratorium Klinik Cito memerlukan biaya mulai dari Rp 1,7-2 juta untuk kategori per penyakit. Kategori tersebut meliputi diabetes melitus (DM), hipertensi, antikolesterol, terapi antitrombosit, beta blocker, dan tamoxifen.

Ada pula PPI, obat yang menghambat asam lambung. Kemudian, NSID, antiinflamasi nonsteroid atau kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan menurunkan demam.

Sementara, apabila ingin mendapatkan data base untuk 160 lebih jenis obat, termasuk obat-obatan yang telah disebutkan sebelumnya, pasien dapat mengikuti pemeriksaan Ready Rx dengan biaya Rp 2,5 juta.

Peserta medical check-up dapat mengikuti pemeriksaan Ready Rx yang cukup lengkap sehingga pasien memiliki data baseresponse terhadap terapi berdasarkan genetik masing-masing.

“Pasien yang menderita penyakit kronis, seperti terapi hipertensi, DM, penyakit jantung, dan gastritis juga perlu mengikuti pemeriksaan ini akan menggunakan obat-obatan dalam jangka panjang,” ujar dr Haryadi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com