Advertorial

Penanganan Stunting Jadi Kunci Kemajuan Bangsa

Kompas.com - 20/07/2022, 19:53 WIB

KOMPAS.com - Penurunan angka prevalensi stunting dapat meningkatkan generasi produktif di masa depan. Oleh karena itu, pencegahan stunting menjadi salah satu kunci kemajuan bangsa.

Hal tersebut disampaikan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk “Kepoin Genbest: Stunting Hilang, Ciptakan Generasi Cemerlang” di Pasuruan, Selasa (19/7/2022). 

Wiryanta menjelaskan, Indonesia akan menghadapi era bonus demografi pada 2030. Era ini ditandai dengan jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar akan didominasi oleh generasi Z dan milenial. Itu berarti, pada era tersebut, jumlah angkatan kerja usia produktif di Indonesia akan berjumlah di atas 50 persen.

“Golongan usia sangat produktif ini bisa meningkatkan produktivitas nasional. Kunci dari kemajuan bangsa sebetulnya terletak pada produktivitas,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (20/7/2022).

Wiyanta melanjutkan, cita-cita bersama mewujudkan Indonesia emas pada 2045 akan sangat mungkin tercapai apabila angka stunting rendah. Dengan begitu, sumber daya manusia yang produktif dan kompeten dapat dihasilkan.

Sementara itu, dokter Clarin Hayes mengatakan bahwa stunting tidak hanya memengaruhi pertumbuhan anak, tetapi juga perkembangannya.

Stunting bisa berpengaruh ke kognitif, kemampuan otak untuk berpikir. Fokusnya juga akan terganggu, pertumbuhan gigi juga terhambat, serta wajahnya juga akan lebih muda dari anak seusianya,” kata Clarin.

Ia menambahkan, stunting bisa dicegah sejak awal, yakni pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

“1.000 HPK dihitung sejak konsepsi atau pembuahan terjadi. Untuk itu, remaja perempuan yang nanti akan hamil sangat penting untuk menjaga asupan nutrisi dan menjaga tumbuh kembang janin sejak dalam kandungan,” jelasnya.

Pada kesempatan sama, Sub-Koordinator Bina Ketahanan Remaja, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Timur, Yuyun Evriana, menuturkan bahwa prevalensi stunting di Jawa Timur masih tinggi, yaitu 23,5 persen.

Angka tersebut masih berada di atas standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan angka stunting normal di bawah 20 persen. Oleh karena itu, Yuyun mengimbau masyarakat untuk mencegah stunting, terutama bagi calon pengantin yang akan melahirkan generasi berikutnya di masa depan.

Stunting banyak sekali dampaknya. Ekonomi juga terpengaruh kalau banyak yang terkena stunting. Strategi pencegahan stunting ini dari hulu. Jauh-jauh hari di masa pra-konsepsi sudah kita siapkan. Terpenting sebelum menikah adalah cek kesehatan reproduksi dan gizi,” tegas Yuyun.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye Generasi Bersih dan Sehat (GenBest). Forum ini merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com