Advertorial

Redakan Nyeri Kronis Jangka Panjang dengan Spinal Cord Stimulation

Kompas.com - 24/07/2022, 22:50 WIB

KOMPAS.com — Pernahkah Anda mengalami nyeri kronis? Nyeri ini menyerang bagian tubuh dan berlangsung lebih dari 12 minggu. Bahkan, rasa sakitnya masih mengganggu, walaupun penyebab utama nyeri telah diatasi.

Dilansir dari The American Chronic Pain Association, nyeri kronis atau neuropatik dihasilkan dari kerusakan sistem saraf setelah cedera atau penyakit. Gejala nyeri kronis dapat berupa rasa sakit yang tajam, intens, atau menusuk.

Dalam jangka panjang, nyeri kronis bisa menyebabkan rasa tidak nyaman, baik secara fisik maupun emosional. Kondisi ini pun dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup pasien.

Gejala nyeri kronis yang dirasakan umumnya bersifat subyektif dan dapat berbeda pada setiap individu. Oleh karena itu, pengobatannya bisa berbeda. Jadi, jika mengalami hal tersebut, segera periksakan ke dokter sehingga Anda bisa mendapat diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Untuk diketahui, nyeri kronis bisa diobati dengan terapi neuromodulasi, yakni terapi yang menyasar langsung pada saraf dengan mengubah aktivitas saraf melalui pengiriman stimulus pada area target. Terapi ini biasa dilakukan dengan alat bernama spinal cord stimulation.

Dokter Spesialis Ortopedi Konsultan Tulang Belakang Mayapada Hospital Jakarta Selatan Starifulkani, SpOT(K) Spine mengatakan, spinal cord stimulation adalah teknik yang paling mutakhir dan efektif dalam meredakan nyeri neuropatik kronis.

“Terapi ini juga dinilai dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dalam jangka panjang,” ujar dr Starifulkani dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (22/7/2022).

Tentang spinal cord stimulation

Spinal cord stimulation adalah alat yang ditanam di bawah kulit untuk menghasilkan dan mengirimkan stimulus listrik bertegangan rendah ke spinal cord atau sumsum tulang belakang. Alat ini berfungsi untuk meredakan nyeri kronis.

Alat tersebut terdiri dari elektroda dan generator. Dengan terapi tersebut, elektroda ditempatkan di antara spinal cord dan tulang belakang (epidural space). Sementara, generator akan ditempatkan di bawah kulit pada area sekitar bokong atau perut.

Adapun cara kerjanya, pasien dapat mengirimkan stimulus listrik dengan bantuan remote control dari spinal cord stimulation saat merasa nyeri. Saat dioperasikan, arus listrik bertegangan rendah akan mengalir dari generator ke saraf untuk menghambat sinyal rasa sakit.

Pemasangan spinal cord stimulation pun tidak bisa dilakukan sembarangan. Dokter yang memasang alat ini memerlukan pelatihan khusus dalam bidang interventional pain management. Pasalnya, alat ini dipasang menggunakan guidance x-ray.

“Keberhasilan terapi spinal cord stimulation tergantung ketepatan indikasi dan penguasaan teknik dalam penempatan elektroda pada titik tulang belakang yang tepat,” ujar dr Starifulkani.

Kasus nyeri yang membutuhkan spinal cord stimulation

Spinal cord stimulator digunakan ketika pengobatan secara konvensional nonbedah tidak dapat meredakan rasa nyeri. Alat ini biasa digunakan untuk mengobati berbagai jenis nyeri kronis akibat neuropati diabetes, yakni kerusakan saraf akibat kadar gula darah tinggi yang umumnya merusak saraf di tungkai dan kaki.

Gejala yang biasa dialami di antaranya kesemutan, mati rasa, nyeri tajam, kelemahan otot, serta masalah pada kaki, seperti luka, infeksi, dan gangguan sendi.

Selain neuropati diabetes, nyeri kronis yang dapat diterapi dengan spinal cord stimulation adalah persistent spinal pain syndrome (sindrom nyeri tulang belakang yang menetap) dan complex regional pain syndrome (sindrom nyeri regional kompleks yang biasanya dirasakan pada tangan dan kaki). Terapi ini juga bisa dilakukan pada penderita cancer pain atau nyeri akibat kanker.

Sejumlah penelitian menilai bahwa penggunaan spinal cord stimulation memakan biaya lebih murah ketimbang konsumsi obat jenis opioid. Selain itu, obat opioid juga dapat menimbulkan berbagai efek samping jika dikonsumsi dalam jangka panjang, seperti pusing, mual, muntah, konstipasi, ketergantungan obat, dan gangguan pernapasan.

“Jika nyeri kronis dan pengobatan manajemen nyeri dirasa tidak efektif, konsultasikan kondisi Anda untuk melihat apakah terapi spinal cord stimulation dapat membantu,” ujar dr Starifulkani.

Sebagai informasi, Mayapada Hospital Orthopedic Center menyediakan rangkaian pelayanan yang lengkap, mulai dari diagnosis, bedah ortopedi, dan terapi, termasuk terapi spinal cord stimulation.

Mayapada Hospital Orthopedic Center juga memiliki tim yang telah terkualifikasi dan radiografer berpengalaman yang siap menangani x-ray, ultrasound, dan scan magnetic resonance imaging (MRI).

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut terkait layanan Mayapada Hospital, silakan kunjungi situs web https://mayapadahospital.com/.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com