Advertorial

Komitmen Jaga Ketahanan Energi Nasional, Pertamina Optimalisasi Kinerja Operasi

Kompas.com - 08/08/2022, 15:31 WIB

KOMPAS.com – Pertamina terus berupaya memaksimalkan kinerja operasinya demi menjaga ketahanan energi nasional.

Hingga Juni 2022, Pertamina berhasil meningkatkan produksi minyak dan gas bumi (migas) di sektor hulu sebesar 965 million barrel oil equivalent per day (MBOEPD) dari 850 MBOEPD pada periode sama tahun lalu.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pencapaian tersebut dapat diraih berkat upaya optimal yang dilakukan para perwira Subholding Upstream Pertamina.

Adapun unit tersebut melakukan peningkatan aktivitas pengeboran dan kerja ulang sebagai upaya optimasi sumur existing. Kemudian, dilakukan pula peningkatan aktivitas fasilitas produksi dan sarana pendukung serta implementasi teknologi dan transformasi digital di Subholding Upstream Pertamina.

Selain itu, salah satu upaya optimalisasi yang ditunjukkan oleh Subholding Upstream Pertamina adalah keberhasilan Pertamina Hulu Rokan (PHR) dalam melaksanakan alih kelola Blok Rokan pada satu tahun terakhir.

"PHR mampu melewati proses transisi yang mencakup cultural engagement dengan melakukan penyesuaian pada proses bisnis, budaya kerja, dan sistem manajemen keselamatan, serta sharing best practice dengan entitas Pertamina lainnya. Dengan demikian, operasional Blok Rokan berjalan lancar," ujar Nicke dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (8/8/2022).

PHR sebagai pengelola Blok Rokan terbaik

Nicke menyampaikan, dengan kompleksitas tinggi dan skala terbesar di regional Asia Tenggara, pengelolaan Blok Rokan oleh PHR berhasil menjadi model alih kelola terbaik.

Pasalnya, dalam satu tahun alih kelola, PHR berhasil melakukan 370 pengeboran. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat ketimbang sebelumnya, yaitu 105 pengeboran sumur dengan eksekusi 15.000 kegiatan work over (WO) dan well intervention well services (WIWS). Upaya ini pun menyerap 60 tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk menggerakkan perekonomian nasional.

Kegiatan pengeboran yang masif tersebut, kata Nicke, secara otomatis meningkatkan jumlah rig pengeboran aktif sebanyak dua kali lipat, dari 9 menjadi 21 rig. Jumlah ini akan terus meningkat menjadi 27 rig hingga periode akhir triwulan 2022.

“Demikian juga dengan penggunaan rig workover well service (WOWS). Pada awal alih kelola, PHR memanfaatkan 25 rig WOWS dan kini telah menjadi 32 rig WOWS. Jumlah ini akan terus meningkat hingga 52 rig WOWS pada triwulan IV 2022," ujarnya.

Nicke melanjutkan, pengeboran yang masif dan agresif oleh PHR menghasilkan peningkatan produksi migas. Sebelum alih kelola, rata-rata jumlah produksi minyak adalah 158,7 MBOPD. Saat ini, rata-rata produksi menjadi 161 MBOPD.

Tak hanya itu, volume cadangan pun meningkat. Pada awal transisi, didapatkan volume sebesar 320,1 million barrels of equivalent (MMBOE). Setelah satu tahun alih kelola, jumlah volume meningkat menjadi 370,2 MMBOE.

Hadapi tekanan bisnis dengan optimasi program

Nicke mengatakan, kenaikan harga minyak global memang menyebabkan dampak positif untuk bisnis hulu Pertamina. Akan tetapi, kondisi ini juga memberikan tekanan pada bisnis penyediaan bahan bakar minyak (BBM).

Adapun tekanan bisnis penyediaan BBM, sambung Nicke, dipengaruhi oleh kondisi geopolitik luar negeri dan permintaan produk BBM dalam negeri yang terus meningkat. Padahal, kilang existing Pertamina belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu, sebagai upaya penanggulangan, lini bisnis Pertamina melakukan beragam optimasi kinerja operasional sebagai bukti komitmen Pertamina dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional.

Sebagai upaya mempertahankan intake sesuai rencana optimasi hilir, Nicke menuturkan bahwa perusahaan akan meningkatkan keandalan melalui program preventive, predictive maintenance, dan turn around.

“Kami juga mengupayakan pengembangan dan pembangunan kilang sesuai amanat pemerintah melalui proyek refinery development master plan (RDMP) dan grass root refinery (GRR)," ujarnya.

Selain itu, optimasi operasional juga dilakukan oleh lini bisnis lain, yakni Subholding Power, New, and Renewable Energy (PNRE) Pertamina.

Lini bisnis tersebut berupaya memaksimalkan produksi listrik melalui peningkatan aktivitas pada fasilitas produksi dan sarana pendukung, seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPb). Upaya ini juga sekaligus bertujuan untuk menekan unplanned shutdown.

Subholding Gas Pertamina pun turut berupaya memaksimalkan operasional dengan menghadirkan sejumlah program. Adapun program tersebut di antaranya adalah PGN Sayang Ibu dan PGN Masuk Desa. Unit ini juga terus menjalankan operational excellence, meningkatkan cost optimization program, serta meningkatkan kapasitas jaringan gas dan trading liquefied natural gas (LNG).

Sementara itu, Subholding Integrated Marine and Logistics Pertamina juga berusaha melakukan optimasi. Upaya ini diwujudkan dengan meningkatkan sinergi dengan berbagai stakeholder, baik internal maupun eksternal.

Mengusung konsep green marine logistics, Subholding yang dinakhodai oleh PT Pertamina International Shipping (PIS) tersebut agresif mengembangkan pasar regional.

"Hal terpenting yang selama ini menjadi garda terdepan distribusi energi ke seluruh pelosok negeri adalah upaya optimasi operasional yang dilakukan oleh Subholding Trading and Commercial melalui berbagai intensif program. Program tersebut meliputi BBM Satu Harga, Pertashop, OVOO, Pertamina One Solution, MyPertamina, NFR, Ecosystem EV, dan Subsidi Tepat Saran," ujar Nicke.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com