KOMPAS.com - Penggunaan sumber energi baru terbarukan (EBT) dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi alternatif untuk mendorong gaya hidup sehat dan kepedulian terhadap lingkungan. Salah satunya, penggunaan panel surya.
Penggunaan panel surya dinilai dapat membantu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). Pasalnya, perangkat ini dapat digunakan untuk memanaskan, mendinginkan dan menerangkan ruangan dengan emisi yang relatif rendah. Selain itu, panel surya juga dapat menghemat biaya listrik rumah.
Pemanfaatan panel surya tidak hanya dapat diimplementasikan di rumah tangga saja, tetapi juga dapat digunakan di tempat usaha, sekolah, rumah ibadah, rumah sakit, dan universitas.
Sejak 10 Februari 2022 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama United Nations Development Programme (UNDP) melalui proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency (MTRE3) telah meluncurkan program hibah Sustainable Energy Fund (SEF) insentif untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Program tersebut didanai oleh Global Environment Facility (GEF) dan didistribusikan oleh Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH).
Program SEF sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia pada Climate Change Conference of the Parties (COP 26) untuk mencapai target nol emisi pada 2060 serta melawan krisis iklim.
Total alokasi insentif SEF sebesar Rp 23 miliar diharapkan dapat mendorong nilai investasi PLTS Atap menjadi Rp 67,5 miliar.
Pemberian insentif tersebut diharapkan dapat membantu PLTS Atap untuk menghasilkan kapasitas terpasang 20,9 megawatt peak (MWp) yang dapat dapat menyuplai 2.154 pelanggan.
Dari angka tersebut, sebesar 4,3 megawatt (MW) akan dialokasikan untuk pelanggan dari kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Dari tiga penyaluran yang telah dilakukan hingga Juli 2022, sebanyak 117 orang telah menerima insentif dengan total nilai yang disalurkan sebesar Rp 2,37 miliar.
Distribusi hibah insentif tersebut telah mendorong investasi di sektor PLTS Atap sekitar Rp 9,8 miliar dengan dan total kapasitas PLTS Atap yang terbangkitkan sebesar 1.676 kilowatt peak (kWp).
Selain itu, hibah insentif ini dapat menurunkan emisi GRK sebesar 1.458 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2eq).
Salah satu penerima insentif kategori Rumah Tangga, Adi Gunadi (52), mengatakan bahwa inovasi dan aksesibilitas PLTS Atap tidak hanya menyokong kebutuhan listrik hariannya, tetapi juga membuka pintu masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
“PLTS Atap membawa banyak perubahan positif dalam kehidupan saya sehari-hari, termasuk membuat saya lebih berhati-hati dalam menggunakan listrik,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (15/8/2022).
Ia pun merasa senang karena mengetahui listrik yang digunakan bersumber dari EBT. Menurutnya, hal ini tidak hanya mengurangi dampak kerusakan, lingkungan tetapi juga berkontribusi pada pengurangan emisi.
Sementara itu, Director PT Miltonia Warna Asia Hesti mengatakan bahwa pemasangan PLTS Atap mampu mengurangi biaya tagihan listrik perusahaannya.
“Semenjak melakukan pemasangan PLTS Atap, kami dapat mengalami penurunan tagihan listrik bulanan yang sangat signifikan, yakni sekitar 25-40 persen tergantung kondisi cuaca,” ujarnya.
Kondisi tersebut, lanjut Hesti, sangat membantu untuk menekan biaya operasional bisnis dan menjaga cash flow perusahaan.
Sebagai informasi, proyek insentif tersebut menargetkan pelanggan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari kategori Rumah Tangga (R1-R3), Bisnis (B1-B3), Industri (I1-I3), dan Sosial (S2-S3).
Informasi lebih lengkap terkait kriteria, persyaratan, dan alur permohonan hibah SEF untuk insentif PLTS Atap dapat diakses melalui situs web www.isurya.mtre3.id.