Advertorial

Urgensi Pemenuhan Gizi di 1.000 HPK untuk Cegah Stunting

Kompas.com - 20/08/2022, 10:20 WIB

KOMPAS.com – Angka prevalensi stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih tergolong tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kekurangan asupan gizi.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah kembali mengingatkan masyarakat akan urgensi asupan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) atau sejak janin terbentuk, masa kehamilan, hingga anak berusia 2 tahun.

“Kita harus bergotong royong untuk menurunkan angka prevalensi stunting. Terutama, saya garis bawahi untuk diperhatikan 1.000 HPK hingga usia bawah dua tahun (baduta),” kata Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (20/8/2022).

Pernyataan tersebut disampaikan Wiryanta saat membuka acara Diseminasi Informasi dan Edukasi Percepatan Penurunan Stunting bertajuk “Kepoin GenBest: Stunting Akibat Kurang Gizi? Yuk, Bongkar Rahasianya di Sini” yang diselenggarakan di Kupang, NTT, Jumat (19/8/2022).

Wiryanta menjelaskan, stunting di Provinsi NTT harus menjadi perhatian seluruh masyarakat. Agar angka prevalensi stunting mencapai 14 persen pada 2024 sesuai target pemerintah, masyarakat dan pemerintah daerah (pemda) perlu bekerja keras.

Sebagai informasi, berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, angka prevalensi stunting di NTT mencapai 37,8 persen atau yang tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Angka ini juga masih di bawah angka stunting nasional yaitu 24,4 persen.

Setidaknya, masih ada 15 kabupaten di NTT yang berkategori merah dalam kasus stunting. Penyematan status merah tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan memiliki prevalensi stunting di atas 30 persen.

Dokter spesialis anak Andreas yang menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan bahwa perkembangan manusia yang paling pesat terletak pada 1.000 HPK dan pada usia remaja.

“Jadi, ada dua pertumbuhan yang paling besar. Pertama, dari usia kehamilan sampai usia dua tahun. Kedua, di usia remaja saat terjadi pertumbuhan yang amat sangat cepat. Makanya, perlu pemenuhan nutrisi seimbang,” tutur Andreas.

Pemenuhan nutrisi seimbang kaya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral sangat penting diperhatikan. Semua nutrisi ini wajib terpenuhi dengan baik di masa remaja.

“Kenapa masa remaja adalah masa pertumbuhan terbesar kedua setelah 1.000 HPK? Karena remaja akan mempersiapkan generasi berikutnya,” kata Andreas.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT Emma MF Simatupang mengatakan, selain gizi, masalah stunting juga disebabkan oleh berbagai sektor. Oleh karena itu, masalah ini perlu perhatian semua pihak.

“Kalau kita cek kembali, tarik ke belakang, dan kita analisis, penyebabnya berkaitan dengan ekonomi atau pendapatan rumah tangga. Artinya, masalah stunting yang kita bicarakan hari ini berurusan dengan semua sektor. Tidak hanya kesehatan saja, tetapi ada pertanian, pemberdayaan ekonomi masyarakat, pembangunan masyarakat desa, dan lain-lain,” ujar Emma.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye Generasi Bersih dan Sehat (GenBest) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, dan reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com