Advertorial

Berkenalan dengan Metode BESS, Pengobatan Nyeri Tulang Belakang Minim Komplikasi

Kompas.com - 22/08/2022, 15:05 WIB

KOMPAS.com – Gangguan nyeri tulang belakang dapat dialami oleh segala kelompok usia, baik kalangan orang tua maupun anak muda. Gangguan kesehatan ini bisa disebabkan sejumlah faktor, seperti usia, kecelakaan, atau kelainan genetik.

Jika tak segera diatasi, nyeri tulang belakang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Bahkan, bisa menyebabkan kaki lemah dan kelumpuhan.

Salah satu pasien Mayapada Hospital pernah mengalami gangguan tersebut. Pasien perempuan berusia 43 tahun ini menderita nyeri punggung bagian bawah dan menjalar ke paha bagian kanan. Gangguan ini dialami pasien karena pernah jatuh dalam posisi terduduk.

Sebelum mengunjungi Mayapada Hospital, ia hanya mengonsumsi obat antinyeri untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul. Namun, nyeri tak kunjung hilang. Padahal, konsumsi obat antinyeri sudah berlangsung dalam jangka waktu lama.

Di Mayapada Hospital, ia mendapatkan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) Spine atau tulang belakang dan didiagnosis herniated nucleus pulposus (HNP) L3-4. Hasil pemeriksaan menunjukkan telah terjadi jepitan saraf akibat tonjolan bantalan ruas tulang belakang.

HNP atau yang dikenal dengan saraf terjepit adalah kondisi bantalan tulang belakang menonjol dan menekan saraf tulang belakang.

Gejala yang ditimbulkan HNP tergantung bagian saraf tulang belakang yang terkena, mulai dari leher, punggung, hingga punggung bawah. Gejala yang sering dialami meliputi nyeri punggung bawah atau tulang ekor, nyeri seperti tertusuk di daerah bokong menjalar ke salah satu kaki, serta rasa kesemutan dan kelemahan di kaki.

Selain HNP, gangguan tulang belakang lain yang menyebabkan nyeri adalah spondylolisthesis. Meski memiliki gejala mirip, HNP dan spondylolisthesis ternyata berbeda.

Untuk diketahui, spondylolisthesis adalah suatu kondisi ketidakstabilan tulang belakang yang menyebabkan pergeseran dan menekan saraf. Kondisi ini menimbulkan nyeri punggung bagian bawah.

Gejala spondylolisthesis yang perlu diwaspadai meliputi nyeri punggung bawah yang menjalar hingga ke jari kaki, mati rasa atau kesemutan pada bagian punggung ke kaki, nyeri atau sensasi tegang pada otot paha belakang, serta rasa lemas atau kelemahan di kaki.

Spondylolisthesis dapat disebabkan oleh proses degenerasi karena faktor usia, cedera tulang belakang atau retak tulang belakang, dan faktor genetik. Diagnosis spondylolisthesis dapat ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan MRI Spine.

Dokter Spesialis Bedah Ortopaedi Konsultan Spine Mayapada Hospital Kuningan dr Nicko Perdana Hardiansyah, SpOT (K) Spine mengatakan, penanganan gangguan tulang belakang akibat jepitan saraf kini tidak perlu dilakukan operasi bedah terbuka.

Sebagai gantinya, tindakan biportal endoscopic spine surgery (BESS) bisa dilakukan untuk mengatasi nyeri akibat gangguan tulang belakang pada kedua kasus tersebut.

“BESS adalah tindakan minimal invasif dengan menggunakan alat endoskopi untuk mengatasi masalah tulang belakang,” ujar dr Nicko dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (20/8/2022).

Minim komplikasi, pulih lebih cepat

Dokter Spesialis Orthopaedi Konsultan Spine Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Starifulkani, SpOT (K) Spine menjelaskan, pada prosedur BESS, jepitan saraf dibebaskan dengan sayatan kecil dan minimal sehingga pemulihan pasien bisa berjalan lebih cepat.

Karena dilakukan dengan tindakan minimal invasif, dr Starifulkani menjelaskan, prosedur BESS dapat dilakukan pada pasien lanjut usia (lansia). Risiko komplikasi yang terjadi pada tindakan ini juga sangat minim dan waktu pemulihannya lebih cepat sehingga aman untuk pasien lansia.

“Hal terpenting adalah segera lakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gejala agar mendapatkan terapi yang tepat dan mencegah komplikasi,” terang dr Starifulkani.

Lebih lanjut, Dokter Spesialis Orthopaedi Konsultan Spine Mayapada Hospital Kuningan dr Putu Bagus Didiet, SpOT (K) Spine menambahkan, teknologi BESS juga menguntungkan pasien.

“Tingkat keberhasilan tinggi dengan sayatan minimal dan durasi perawatan singkat dapat membuat pasien terbebas dari keluhan sehingga dapat segera beraktivitas kembali pascatindakan,” jelasnya.

Untuk mengetahui lebih lanjut terkait prosedur BESS di Mayapada Hospital, klik tautan berikut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com