Advertorial

Jadi Kunci Kebangkitan Indonesia, BPIP Ingin Nilai Pancasila Dikenal Dunia

Kompas.com - 25/08/2022, 18:47 WIB

KOMPAS.com – Setelah sukses dengan episode pertama, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kompas TV kembali menyelenggarakan Seminar Pancasila 2022, Rabu (24/8/2022). Adapun series kedua seminar ini mengusung tema “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat Dengan Gotong Royong”.


Seminar yang dipandu News Anchor Kompas TV Frisca Clarissa itu dibuka oleh sambutan dari Ketua BPIP Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, PhD.

Yudian menjelaskan bahwa tema yang diangkat merupakan pujian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada Indonesia karena berhasil menangani pandemi Covid-19.

“Selama lebih dari dua tahun dilanda pandemi Covid-19, dunia belum sepenuhnya pulih. Di tengah tantangan yang melanda, masyarakat Indonesia sepatutnya bersyukur karena Indonesia termasuk dalam lima besar negara yang dianggap mampu mengendalikan Covid-19,” kata Yudian dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (25/8/2022).

Seminar Pancasila 2022 Series 2 dibuka oleh sambutan dari Ketua BPIP Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, PhD. 
Dok. BPIP Seminar Pancasila 2022 Series 2 dibuka oleh sambutan dari Ketua BPIP Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, PhD.

Yudian melanjutkan, beberapa negara cenderung stagnan, bahkan ada yang menurun kinerjanya dalam penanganan pandemi. Belum lagi, ada sejumlah negara yang mengalami akibat perekonomian yang tidak kunjung membaik.

“Saya bersyukur karena Indonesia berhasil menekan varian penyebaran virus corona secara drastis,” ujarnya. 

Yudian menambahkan, semua keberhasilan itu adalah buah kerja sama dari berbagai pihak di berbagai bidang. 

Selain berkat bantuan dari obat dan vaksin, keberhasilan penanganan pandemi merupakan bentuk gotong royong masyarakat, pemerintah daerah, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), tenaga medis, dan organisasi-organisasi sosial yang paling bawah, seperti di desa-desa.

Tak hanya itu, penerapan konsep ekonomi Pancasila dan sistem pengelolaan ekonomi Indonesia juga berhasil mengedepankan nilai-nilai religiositas, humanitas, nasionalitas, demokrasi, dan keadilan sosial. 

Ekonomi Pancasila, kata Yudian, memprioritaskan keberpihakan kelompok ekonomi kecil, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta organisasi koperasi yang menjadi pilar utama pembangunan ekonomi nasional.

“Pemerintah sudah semestinya mendorong kebangkitan dan pertumbuhan UMKM dan koperasi dengan berbagai kebijakan. Nilai-nilai Pancasila di Indonesia sifatnya universal dan dapat dijadikan landasan bagi pertumbuhan pembentukan norma, baik untuk kenegaraan maupun moral bagi bangsa Indonesia serta bangsa lain,” ucapnya.

Dengan alasan itu, Yudian berharap agar kekuatan gotong royong Indonesia dapat diketahui oleh dunia, khususnya dengan momen Presidensi Group of Twenty (G20) yang sedang berlangsung hingga akhir 2022.

“Saya ingin, seluruh masyarakat bisa menyebarluaskan kekuatan gotong royong Pancasila yang mempererat Indonesia pulih dari pandemi lebih cepat dan menghadirkan paket ekonomi yang lebih kuat ke seluruh dunia melalui G20,” tutur Yudian.

Semangat gotong royong untuk pulih dan bangkit

Sebagai informasi, konsep gotong royong yang menjadi pedoman Indonesia dalam menghadapi pandemi dimuat dalam buku Lahirnya Pancasila yang dicetak Penerbit Guntur pada 1947. 

Buku itu memuat pidato Presiden Indonesia pertama Soekarno atau dikenal sebagai Bung Karno dalam pertemuan dengan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.

Buku yang ditulis Mualif Nasution itu menyebut bahwa Bung Karno selalu membawa semangat gotong royong dalam pidatonya, baik di dalam maupun di luar negeri. Gotong royong merupakan paham kekeluargaan yang dinamis serta mengedepankan kepentingan bersama.

“Gotong royong perlu diterapkan pada segala lapisan masyarakat Indonesia untuk mencari jawaban atas segala tantangan yang dihadapi bangsa dan negara,” kata Prof Dr Ermaya Suradinata, SH, MH, MS yang turut hadir dalam acara itu. 

Dia melanjutkan, gotong royong diperlukan untuk menggali semangat bersatu dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersama-sama dari berbagai suku, budaya, serta adat istiadat.

“Oleh karena itu, ideologi gotong royong yang berlandaskan Pancasila perlu dilestarikan demi mewujudkan persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia dan kesejahteraan masyarakat dunia,” ujar Ermaya.

Seminar Pancasila 2022 Series 2 menghadirkan narasumber inspiratif dari berbagai latar belakang, yaitu Ketua Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) RI H Bambang Soesatyo, SE, MBA, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Prof. Dr. Hendrawan Supratikno, peneliti vaksin Astrazeneca sekaligus Ikon Prestasi Pancasila 2021 Carina Joe, serta peneliti hak asasi manusia (HAM) Gustika Jusuf.

Ketua Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) RI H Bambang Soesatyo turut menjadi pembicara dalam Seminar Pancasila 2022.

Dok. BPIP Ketua Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) RI H Bambang Soesatyo turut menjadi pembicara dalam Seminar Pancasila 2022.

Dalam kesempatan itu, Bambang Soesatyo memaparkan bahwa Indonesia dapat membawa nilai gotong royong dalam menghadapi krisis global pada kesempatan Presidensi G20. Situasi politik ekonomi dunia yang memanas tidak akan bisa dihadapi sendiri sehingga perlu kerja sama antarnegara.

“Belum lepas dari pandemi Covid-19, muncul tantangan baru seperti konflik Ukraina dan Rusia, perang dagang antara Amerika-China, dan masalah global lain yang mempersulit negara-negara untuk bangkit,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia termasuk beruntung karena memiliki komoditas yang memadai selama pandemi. Sementara, sebagian besar negara di dunia terancam bangkrut.

Untuk itu, Bambang berharap, pemerintah Indonesia mampu memanfaatkan situasi dengan mendorong nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong demi membangun solidaritas antarbangsa dalam pertemuan G20 yang akan dilaksanakan di Bali, November 2022.

“Pandemi yang dihadapi dunia menggambarkan ketimpangan satu sama lain. Masyarakat sepatutnya bersyukur karena telah bergerak cepat dalam hal vaksin sehingga lebih cepat pulih,” ucapnya.

Bambang juga meminta pemerintah agar siap menghadapi ancaman lain di bidang kesehatan dengan munculnya virus monkeypox atau cacar monyet. Untuk menghindari fenomena seperti Covid-19, pemerintah perlu meminimalisasi risiko penyebaran cacar monyet sesegera mungkin.

“Untuk menangani permasalahan itu, tentunya diperlukan juga solidaritas dunia untuk menangani ancaman monkeypox,” imbuh Bambang.

Hendrawan turut memaparkan pendapatnya terkait cara membangkitkan solidaritas antarbangsa. Menurutnya, dunia yang diwarisi dari masa lalu ini tidak adil.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Prof. Dr. Hendrawan Supratikno, peneliti vaksin Astrazeneca sekaligus Ikon Prestasi Pancasila 2021 Carina Joe dalam Seminar Pancasila 2022. 

Dok. BPIP Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Prof. Dr. Hendrawan Supratikno, peneliti vaksin Astrazeneca sekaligus Ikon Prestasi Pancasila 2021 Carina Joe dalam Seminar Pancasila 2022.

Ia berpendapat bahwa hal tersebut bisa saja disebabkan karena ideologi imperialisme, kolonialisme, dan hubungan-hubungan yang timpang di masa lalu. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa dibutuhkan usaha berlapis-lapis dalam upaya menciptakan keadilan dunia.

“Ada baiknya usaha tersebut dimulai dari keadilan di dalam negeri terlebih dulu. Ekonomi Indonesia sebelumnya dibawa ke arah yang lebih liberalistik sehingga salah satunya melahirkan Undang-Undang Cipta Kerja. Karena itu, di tahap selanjutnya, saya ingin mengusulkan Undang-Undang Cipta Keadilan,” kata Hendrawan.

Lebih lanjut, Hendrawan menjelaskan bahwa kata “adil” disebut dua kali dalam Pancasila, yaitu pada sila kedua dan sila kelima. Tujuannya, agar tidak hanya berfokus pada ketimpangan pasar, tetapi juga ketimpangan sosial.

“Nyatanya, pandemi menciptakan situasi yang membuat orang kaya makin kaya dan yang miskin tetap terpuruk. Untuk itu, saya mengusulkan agar ada etika global yang memayungi upaya-upaya sinergisitas dan gotong royong pada tingkat dunia,” ujar Hendrawan.

Perbincangan dilanjutkan oleh Gustika yang mewakili kalangan pemuda untuk memaparkan pentingnya mengakui peran masyarakat dalam bergotong royong dalam menciptakan keadilan. Gustika memberikan contoh kasus tentang inisiatif memberikan bantuan pada masa pandemi yang lahir dari kelompok pemuda.

Selain itu, banyak pula gerakan masyarakat sipil yang turut membantu pemerintah dalam pengambilan kebijakan. Misalnya, gerakan Lapor Covid saat awal pandemi. Program itu yang menjadi perhatian sebagai gerakan pemerintah dalam membantu masyarakat.

“Jadi, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah atau pengambil kebijakan dan masyarakat sipil dalam menciptakan keadilan,” kata Gustika.

Carina juga turut membagikan kisahnya dalam bekerja sama dalam meneliti vaksin Astrazeneca. Ia pun sempat hampir menyerah. Akan tetapi, dengan semangat gotong royong menghadapi pandemi bersama tim peneliti, akhirnya berhasil mencapai tujuannya.

“Mungkin, dunia ini belum sempurna dan ideal dalam menampakkan keadilan. Namun, saya dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya terus berupaya dan gotong royong sebagai peneliti,” kata Carina.

Ia melanjutkan bahwa meskipun tidak terlibat politik, tetapi para ilmuwan tetap bergotong royong. Mulai dari riset, uji klinis, hingga manufaktur vaksin diperlukan kerja sama banyak pihak.

Carina dan tim berupaya agar vaksin yang diproduksi dapat dirasakan banyak pihak, baik di negara-negara maju maupun negara berkembang. Dengan distribusi vaksin tanpa profit, semua negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan vaksin.

“Hal tersebut merupakan contoh nyata gotong royong yang melibatkan banyak pihak demi mengatasi suatu masalah,” ujar Carina.

Penyebaran nilai Pancasila pada masyarakat dan dunia

Melihat keterlibatan masyarakat dan anak muda dari berbagai bidang yang dipaparkan oleh Gustika dan Carina, Bambang pun menyatakan rasa bangganya terhadap kepedulian generasi muda di tengah situasi sulit. Banyak anak muda menyumbangkan kebutuhan, bahkan turun langsung ke pelosok Tanah Air demi membantu sesama.

“Artinya, nilai gotong royong yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus ditularkan dengan bangsa-bangsa lain,” kata Bambang.

Di samping itu, ia menilai komitmen untuk saling membantu antarnegara harus diperluas lagi dalam bentuk-bentuk yang lebih spesifik. Menurutnya, penduduk dunia bukan hanya penduduk negara-negara yang maju saja, tetapi semua negara.

“Karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia agar bukan hanya sekadar bicara ‘Saya Pancasila’, tetapi bagaimana penerapan Pancasila yang menciptakan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia dan kesejahteraan bagi rakyat dunia,” ujarnya.

Menurut Bambang, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) nantinya harus mengeluarkan filosofi Pancasila ke seluruh dunia. Caranya, dengan memberikan contoh bagaimana masyarakat Indonesia sebagai bangsa mampu membangun solidaritas sejati juga mencapai penanggulangan konflik.

Sebagai gambaran besar, Bambang menambahkan bahwa Indonesia memiliki enam agama yang resmi dan puluhan aliran kepercayaan yang juga diperbolehkan. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan ribuan pulau, tiga zona waktu, ribuan suku, dan ratusan bahasa daerah. Dengan keberagaman itu, Indonesia tetap bersatu karena berpedoman pada Pancasila. 

“Selama lebih 77 tahun, masyarakat Indonesia hidup dalam keadaan damai berkat penerapan nilai-nilai Pancasila. Poin inilah yang harus disosialisasikan kepada dunia,” ujar Bambang.

Sementara itu, Hendrawan juga mengatakan urgensi narasi gotong royong diterapkan dalam dunia nyata. Sebelum menawarkan Pancasila beserta nilai-nilainya ke tingkat global, ada baiknya negara terlebih dahulu menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Hendrawan pun menyepakati hal tersebut dengan tetap memikirkan agar bagaimana Pancasila diejawantahkan dalam tiap sel-sel kehidupan masyarakat.

“Intinya, jangan sampai Pancasila hanya berakhir menjadi slogan saja, marilah semua pihak berpikir untuk membangun bangsa secara nyata berbasis Pancasila,” kata Hendrawan.

Sementara itu, Carina pun tetap menerapkan nilai-nilai yang ada pada Pancasila sekalipun sedang merantau di luar negeri. Nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan persatuan menjadi nilai utama yang dipegang dan diterapkan dalam keseharian Carina.

Carina mencontohkan penerapan Pancasila dari sisi seorang peneliti. Menurutnya, menerapkan nilai-nilai Pancasila dapat lebih bermanfaat lagi banyak orang di masa mendatang.

“Nilai-nilai Pancasila perlu ditanamkan sedini mungkin untuk menciptakan generasi yang ideal,” ujar Carina.

Sependapat dengan Carina, Gustika menjelaskan bahwa penerapan Pancasila mungkin belum teraplikasi secara merata, terutama bagi kelompok minoritas atau marginal.

“Oleh karena itu, diperlukan pendekatan seimbang yang bisa mengakomodasi orang-orang dengan latar belakang berbeda, baik dari sisi kebijakan maupun dari kehidupan masyarakatnya,” ucap Gustika.

Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno turut menyampaikan urgensi gotong royong untuk menghadapi kesulitan bangsa seperti saat pandemi. Wakil Presiden ke-6 RI ini mengatakan, gotong royong merupakan bentuk kekeluargaan yang lebih dinamis untuk mencapai suatu tujuan.

“Untuk mencapai tujuan tertentu, terutama tujuan bersama, tentu prinsip gotong royong lebih bagus daripada perorangan. Kerja sama banyak pihak, seperti pemerintah, relawan, dan masyarakat, akan menanggulangi mengurangi penderitaan,” ujar Try.

Seminar Pancasila 2022 Series 2 juga membuka sesi tanya jawab dari mahasiswa. 

Dok. BPIP Seminar Pancasila 2022 Series 2 juga membuka sesi tanya jawab dari mahasiswa.

Diskusi Seminar Pancasila 2022 Series 2 juga menghadirkan sesi tanya jawab oleh mahasiswa yang hadir di studio. Salah satu pertanyaan menarik dari mahasiswa terkait indikasi gejala apatisme di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

Menjawab pertanyaan tersebut, Bambang mengatakan bahwa perlu kesadaran dan konsistensi dari para generasi tua yang sedang dipercaya untuk memimpin bangsa.

“Masih banyak elite politik yang tidak mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, sikap buruk tersebut bukan mustahil ditiru masyarakat luas, termasuk generasi muda,” ujar Bambang.

Ia menambahkan bahwa Pancasila adalah ideologi yang berhasil membawa Indonesia merdeka, bahkan tetap relevan hingga bertahun-tahun setelahnya. Ketua MPR periode 2019-2024 itu berharap, Pancasila tidak akan berubah sampai masa depan dan golongan yang lebih tua bisa memberikan contoh pada golongan yang muda.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com