Advertorial

Di Tengah Tantangan Global, Pertamina Sukses Hemat Anggaran hingga Rp 6 Triliun

Kompas.com - 29/08/2022, 20:47 WIB

KOMPAS.com – Kondisi harga minyak dunia yang terus meningkat berdampak pada kenaikan biaya produksi bahan bakar minyak (BBM). Hal ini membuat PT Pertamina (Persero) melakukan berbagai program efisiensi.

Hingga Juli 2022, Pertamina sukses menghemat biaya operasional hingga Rp 6 Triliun.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, menuturkan bahwa keberhasilan itu tak lepas dari langkah strategis penghematan biaya yang dilakukan oleh Pertamina Group sejak 2022 awal. 

Nicke menjelaskan, perusahaan energi dihadapkan pada situasi yang berat di tengah disrupsi mata rantai pasokan energi global sebagai dampak konflik Rusia dan Ukraina.

Hal tersebut membuat mobilitas perdagangan global yang sedang menuju pemulihan pascapandemi tersentak dengan keterbatasan pasokan dan berujung krisis energi. 

Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat melalui subsidi BBM merupakan langkah yang tepat untuk mempercepat pemulihan ekonomi.

Hasilnya bahkan sudah terasa dan tecermin dari peningkatan konsumsi BBM untuk mobilitas masyarakat serta aktivitas usaha.

Sayangnya di sisi lain, peningkatan konsumsi BBM tersebut menyebabkan kenaikan beban subsidi pemerintah.

"Kami memahami beratnya beban subsidi pemerintah. Untuk itu, Pertamina melakukan berbagai program penghematan biaya dalam rangka membantu menurunkan beban subsidi pemerintah," tutur Nicke dalam rilis yang diterima Kompascom, Senin (29/8/2022).

Ia menerangkan, porsi terbesar dalam produksi BBM adalah biaya pembelian minyak mentah. Persentasenya mencapai 92 persen dari biaya pokok produksi.

Dia menambahkan, investasi upgrading kilang minyak Pertamina yang telah dijalankan dalam empat tahun terakhir telah berhasil meningkatkan fleksibilitas minyak mentah. 

Artinya, jika selama ini kilang Pertamina hanya dapat memproses minyak mentah tertentu saja yang harganya mahal, maka mulai 2021, Pertamina sudah mampu memproses minyak mentah dengan sulphur content lebih tinggi yang sumbernya banyak dan harganya lebih murah.

“Inilah langkah strategis Pertamina yang telah berhasil secara signifikan menurunkan biaya produksi BBM,” imbuhnya.

Selain itu, Pertamina juga telah melakukan efisiensi energi di seluruh area operasional dari hulu ke hilir. Hal ini berdampak pada penghematan biaya yang signifikan, selain memberikan kontribusi pada penurunan emisi karbon. 

“Terobosan pasca-restrukturisasi yang juga signifikan untuk mencapai efisiensi Pertamina Group adalah sentralisasi pengadaan barang dan jasa, serta integrasi dan optimalisasi seluruh aset dari hulu ke hilir,” paparnya. 

Meningkatkan pendapatan lewat ekspor produk

Nicke menjelaskan, Pertamina Group juga berhasil meningkatkan pendapatan dengan melakukan ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi, seperti green diesel atau hydrated vegetable oil (HVO), yakni D100—bahan bakar berbasis kelapa sawit—dan low sulfur fuel oil

Saat ini, permintaan dunia terhadap produk-produk low carbon terus meningkat. Dengan upgrading kilang yang telah dilakukan Pertamina, pihaknya mampu menghasilkan produk-produk tersebut. Dengan kata lain, Pertamina berhasil menangkap peluang yang prospektif tersebut.

"Bagi kami, penghematan biaya bukan sekadar cutting cost, tapi mengubah operating model serta memperbaiki bisnis proses. Dengan begini, seluruh program tetap terlaksana dan seluruh target pun tercapai, meski biaya yang dikeluarkan lebih rendah,” papar Nicke.

Ia melanjutkan, Pertamina akan terus melakukan berbagai upaya penghematan biaya dan berupaya menurunkan emisi karbon.

“Kami (Pertamina) mendukung transisi energi Indonesia," jelas Nicke.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com