Advertorial

Kementan Jalankan Strategi Baru Hadapi Krisis Pangan Global

Kompas.com - 05/09/2022, 13:51 WIB

KOMPAS.com – Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan strategi baru untuk menghadapi krisis pangan global.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, strategi baru memang perlu disusun karena pembangunan pertanian saat ini tengah dihadapkan pada berbagai masalah.

“Dunia sedang dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai, perubahan iklim, serta kondisi geopolitik akibat perang antara Rusia dan Ukraina,” ujar SYL dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (5/9/2022).

SYL menambahkan, setidaknya, terdapat tiga strategi utama yang akan dijalankan oleh Kementan.

Pertama, peningkatan kapasitas produksi untuk komoditas yang mengendalikan inflasi, seperti cabai dan bawang. Peningkatan kapasitas produksi ini juga dilakukan untuk menekan angka impor.

“Untuk menekan impor, kami akan tingkatkan kapasitas produksi kedelai, gula tebu, dan daging sapi,” jelas SYL.

Kedua, Kementan akan mengembangkan komoditas-komoditas yang dijadikan sebagai substitusi impor.

Adapun untuk pengganti gandum, Kementan akan mendorong budi daya ubi kayu, sorgum, dan sagu. Sementara, untuk pengganti gula tebu, Kementan akan fokus mengembangkan gula nontebu, seperti stevia, aren, dan lontar.

“Buat pengganti daging sapi, kami akan kembangkan daging kambing, domba, itik, dan ayam lokal,” sebutnya.

Ketiga, peningkatan ekspor. Komoditas-komoditas yang akan diprioritaskan pada strategi ini adalah sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.

SYL mengakui, tantangan yang dihadapi saat ini memang luar biasa sehingga diperlukan kerja sama semua pihak.

“Tantangan pertanian ke depan tidak ringan. Pada 2023, menurut International Monetary Fund (IMF) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi), (tantangan) yang akan dihadapi dunia nanti adalah bukan sesuatu yang biasa-biasa saja,” imbuh SYL.

Indonesia, lanjut SYL, baru saja mendapatkan penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI) atas ketangguhan sistem pangan dan pertanian dalam menghadapi tantangan yang tidak biasa.

Selain itu, Indonesia juga berhasil mendapat pengakuan atas kesuksesan dalam mencapai swasembada beras dalam tiga tahun terakhir.

“Penghargaan itu merupakan pengakuan terhadap capaian kinerja selama ini sekaligus menjadi penyemangat kita dalam hadapi krisis pangan global,” ucap SYL.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau