Advertorial

Persembahan Indonesia Kita Ke-37 Tampilkan Perempuan-Perempuan Pilihan dalam Format Ludruk

Kompas.com - 15/09/2022, 09:00 WIB

KOMPAS.com – Indonesia Kita bersama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation menampilkan pementasan ludruk bertajuk Perempuan-Perempuan Pilihan. Acara akan dilaksanakan di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Jumat (16/9/2022) dan Sabtu (17/9/2022) pukul 20.00 Waktu Indonesia bagian Barat (WIB). 

Dalam lakon ke-37 yang juga didukung oleh PT Pertamina (Persero) itu, Indonesia Kita mengolah bentuk kesenian daerah menjadi ciri khas utama dan keunggulan dalam setiap pementasan.

Sebagai informasi, ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian dan ditampilkan di sebuah panggung. Cerita yang ditampilkan biasanya mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari dan cerita perjuangan yang diselingi dengan lawakan serta diiringi gamelan sebagai musik.

“Sejak muncul pada 2011, kami bersama kelompok Indonesia Kita berusaha menghibur, memberikan pesan moral, dan nilai-nilai kehidupan. Kami menggandeng banyak seniman, pegiat seni, dan juga pencinta seni melalui pementasan yang kental dengan kebudayaan Indonesia,” kata Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian, dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (13/9/2022).

Lebih lanjut, Renitasari menjelaskan bahwa kali ini, kelompok yang telah dibentuk sejak 11 tahun lalu itu juga konsisten memberikan sajian beberapa kali dalam setahun bagi para penikmat seni, mengemas pementasan dalam format ludruk, dan secara khusus dipersembahkan bagi perempuan Indonesia.

“Kami berharap, penampilan dari kelompok yang kerap menyuguhkan tawa ke hadapan para penikmat seni ini dapat menginspirasi, menghibur, serta menyebarkan semangat bagi generasi muda, terutama perempuan Indonesia,” ujar Renitasari.

Kisah tentang kepemimpinan perempuan

Perempuan-Perempuan Pilihan mengisahkan tentang kehidupan suatu negara yang makmur dan sejahtera berkat pemerintahan yang dipimpin oleh para perempuan. Seluruh penduduk negeri itu adalah perempuan. Bahkan, pemimpin negara, politisi, hakim, birokrat, dan pegawai, semuanya perempuan.

Dikisahkan dalam lakon tersebut bahwa para perempuan telah mampu membuat tatanan negara yang adil dan beradab ketika semua hal diselenggarakan dari perempuan, oleh perempuan, dan untuk perempuan. Itulah zaman keemasan perempuan.

Perempuan-Perempuan Pilihan mengisahkan tentang sebuah negara yang semua penduduknya adalah perempuan.Dok. Indonesia Kita Perempuan-Perempuan Pilihan mengisahkan tentang sebuah negara yang semua penduduknya adalah perempuan.

Sayangya, ketenangan dan kenyamanan itu mendadak terguncang akibat salah satu karakter perempuan tiba-tiba hamil. Bagaimana mungkin? Apakah itu keajaiban atau mukjizat?

Apalagi, muncul isu bahwa kehamilan yang ajaib itu adalah pertanda akan datang semacam "Juru Selamat" atau "Ratu Adil" seperti yang telah diramalkan. Isu tersebut kadung dipercaya para penduduk sehingga heboh mengguncang tatanan negara.

Ternyata, di balik kemapanan dan ketertiban, ada rahasia yang disembunyikan dan misteri yang berusaha terus diselubungi. Misteri apakah itu? Apakah tentang perselingkuhan, pembunuhan berencana, upaya rekayasa, atau penghilangan bukti dan saksi? Ataukah ada perseteruan para petinggi yang berebut pengaruh kekuasaan?

Metafora realitas perempuan dalam masyarakat

Lakon yang diproduksi oleh Kayan Production itu ditulis dan disutradarai oleh Agus Noor dan menampilkan pendiri Indonesia Kita, seperti Butet Kartaredjasa dan para pemain Indonesia Kita, yaitu Dira Sugandi, Rieke Diah Pitaloka, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Rosianna Silalahi, Sruti Respati, Wisben, Joned, Sri Krishna Encik, Mia Ismi, Merlyn Sopjan, SAHITA, dan Catur Benyek Kuncoro.

Suguhan tarinya dikoreografi oleh Maria Bernadetha Aprianti (Etty Kajol). Sementara, iringan musik diaransemen oleh Bintang Indrianto dan koor oleh Bianglala Voices semakin mewarnai pementasan Perempuan-perempuan Pilihan.

Selain itu, pementasan tersebut juga semakin meriah dan unik karena seluruh pemain yang tampil, meski itu pemain laki-laki, akan muncul dalam karakter perempuan.

Dengan lakon yang diusung itu, untuk kesekian kalinya, Indonesia Kita kembali mempersembahkan lakon untuk para perempuan setelah sebelumnya sukses menampilkan Nyonya-Nyonya Istana (2012), Nyonya Nomor Satu (2015), dan Princess Pantura (2018).

“Lakon ini ingin memperlihatkan sekaligus menyadarkan masyarakat. Pernahkah kita memberikan kesempatan yang layak dan sepantasnya kepada perempuan untuk mengemban tanggung jawab politik dan pemerintahan?” ujar pendiri Indonesia Kita Butet Kartaredjasa.

Direktur Artistik Indonesia Kita Agus Noor menjelaskan bahwa jalinan kisah Perempuan-Perempuan Pilihan menjadi sangat menarik dan kontekstual di tengah arus pemberitaan hangat yang beredar di media massa akan persiapan pencarian sosok pemimpin di masa depan, terutama menjelang pesta politik 2024.Dok. Indonesia Kita Direktur Artistik Indonesia Kita Agus Noor menjelaskan bahwa jalinan kisah Perempuan-Perempuan Pilihan menjadi sangat menarik dan kontekstual di tengah arus pemberitaan hangat yang beredar di media massa akan persiapan pencarian sosok pemimpin di masa depan, terutama menjelang pesta politik 2024.

Lebih lanjut, Butet menjelaskan bahwa lakon yang dihadirkan itu juga ingin memetaforakan situasi untuk mengajak masyarakat berpikir tentang situasi dominasi satu pihak menjadi jawaban untuk meraih kehidupan bernegara yang aman, sentosa, dan sejahtera

“Bukankah negara ini dibentuk dengan landasan Bhinneka Tunggal Ika yang seharusnya mampu memberikan tempat bagi keberagaman? Saya rasa, lakon ini tidak hanya semata-mata akan bicara tentang perempuan, tetapi juga sebuah situasi metafora yang menyadarkan kita akan fondasi negara yang disusun dari kontribusi semua pihak, golongan, dan gender,” jelas Butet.

Adapun Direktur Artistik Indonesia Kita Agus Noor menjelaskan bahwa jalinan kisah Perempuan-Perempuan Pilihan menjadi sangat menarik dan kontekstual di tengah arus pemberitaan hangat yang beredar di media massa akan persiapan pencarian sosok pemimpin di masa depan, terutama menjelang pesta politik 2024.

“Pertanyaan akan sosok pemimpin mau tidak mau akan juga dikaitkan dengan gender. Lewat lakon ini, kami justru ingin mengajak penonton untuk melihat bahwa gender bukanlah hal yang harus menjadi faktor dalam menilai kemampuan seseorang, apalagi dalam memimpin,” jelas Agus.

Ia melanjutkan bahwa Indonesia Kita ingin menunjukkan bentuk seni tradisi ludruk yang tak pernah membatasi para seniman yang tampil dalam pengkotak-kotakan gender sejak dulu.

“Justru konsep pemanggungan ludruk ini akan menantang seni peran para seniman,” ucap Agus.

Pementasan perdana Perempuan-Perempuan Pilihan dihadiri oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan bahwa Kementerian BUMN mendukung Indonesia Kita agar sektor seni pertunjukkan bisa bangkit kembali setelah pandemi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com