Advertorial

Waspada Kanker Prostat di Usia Senja, Kenali Gejala dan Penanganannya

Kompas.com - 16/09/2022, 09:58 WIB

KOMPAS.com - Prostat merupakan kelenjar kecil berbentuk kenari yang terletak di bawah kandung kemih pria. Organ ini bertugas menghasilkan cairan mani yang berfungsi untuk memelihara dan mengangkut sperma.

Seiring bertambahnya usia, terdapat potensi pembesaran prostat yang bersifat jinak pada pria. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat terjadi akibat potensi kanker ganas.

Sebagai informasi, kanker prostat adalah salah satu dari lima kanker yang paling banyak dialami pria. Awalnya, sel kanker tumbuh perlahan dan terbatas pada kelenjar prostat serta tidak menyebabkan kerusakan serius.

Pada tahap lanjut, sel-sel abnormal itu tumbuh secara agresif dan menyebar dengan cepat ke organ sekitar, bahkan hingga ke organ lain yang jauh dari area prostat.

Kanker prostat yang terdeteksi secara dini akan lebih mudah ditangani dan memiliki kemungkinan sembuh yang lebih tinggi. Sebab, stadium awal kanker ini umumnya masih terbatas pada kelenjar prostat.

Curiga jika muncul gejala

Kebanyakan kasus kanker prostat tidak disadari oleh penderitanya karena tidak bergejala. Namun, seiring waktu, penyakit ini memunculkan tanda dan gejala sehingga harus diperhatikan lebih lanjut.

Ciri paling umum kanker prostat adalah merasa kesulitan buang air kecil. Selain itu, terdapat penurunan pada pancuran aliran urine. Dalam tahap ini, biasanya akan tampak warna darah pada urine atau air mani.

Gejala tersebut bisa muncul bersamaan dengan nyeri tulang serta disfungsi ereksi. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas juga menjadi gejala yang umum terjadi pada penderita kanker prostat.

Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

Faktor dan risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker prostat pada pria. Salah satunya, pembesaran prostat jinak seiring penambahan usia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Umumnya, gejala ini dirasakan pria berusia di atas 50 tahun. Jika pembesaran ini muncul dengan gejala-gejala lainnya, Anda harus mulai waspada.

Selain usia, ras seseorang juga berpengaruh cukup besar. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa orang berkulit hitam dan keturunan Afro-Amerika berisiko lebih besar terkena kanker prostat ketimbang ras lain. Bahkan, kanker prostat pada ras kulit hitam dilaporkan cenderung lebih agresif.

Bila orangtua atau saudara kandung Anda memiliki riwayat kanker prostat, risiko penyakit ini diturunkan juga meningkat. Apalagi, jika Anda memiliki berat badan berlebih atau obesitas. 

Risiko kanker prostat juga semakin tinggi apabila Anda tidak menerapkan pola hidup sehat, terutama jika Anda merupakan perokok aktif.

Jangan tunggu sampai komplikasi

Secara umum, hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab kanker, termasuk kanker prostat. Namun, berdasarkan penelitian, kanker prostat bisa menyebar (metastasis) ke organ terdekat, seperti vesikula seminalis, kandung kemih, dan kelenjar getah bening sekitar. 

Jika tidak segera ditangani, kanker prostat juga dapat menyebar ke organ lain melalui aliran darah atau sistem limfatik, mulai dari tulang, liver, paru, hingga ke otak.

Kanker prostat juga dapat mengganggu retensi urine yang menyebabkan kesulitan buang air kecil (BAK) serta gangguan fungsi ginjal.

Untuk mencegah penyebaran kanker prostat, Anda dapat melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin dengan melakukan skrining kesehatan organ prostat dan saluran kemih. 

Kunjungi dokter untuk menerima penanganan tepat jika Anda telah menyadari gejala dan risiko terkena kanker prostat.

Biopsi prostat bisa jadi solusi

Biopsi adalah pemeriksaan baku emas atau gold standard dalam menentukan keganasan kanker prostat atau kanker pada organ lainnya. Prosedur biopsi prostat umumnya dilakukan melalui tindakan pengambilan sampel jaringan dari kelenjar prostat untuk memastikan ada atau tidaknya keganasan kanker.

Biopsi prostat dilakukan oleh dokter spesialis urologi di ruang operasi guna mengurangi rasa nyeri pasien dan mencegah komplikasi. Prosedur ini dapat dilakukan secara one-day care. Artinya, pasien diizinkan pulang pada hari yang sama setelah pulih dari efek anestesi.

Pasien kanker prostat boleh mendapat tindakan biopsi prostat jika kadar protein pada prostate specific agent (PSA) tinggi berdasarkan temuan saat pemeriksaan atau deteksi dini melalui uji laboratorium.

Selanjutnya, pasien harus melakukan pemeriksaan fisik digital rectal examination (DRE) yang dilakukan dokter.

Biopsi prostat juga diberikan kepada pasien dengan kelainan pada hasil magnetic resonance imaging (MRI) dan skor Prostate Imaging Reporting and Data System (PIRADS) lebih dari sama dengan 3. Selain itu, jika hasil pemeriksaan biopsi sebelumnya negatif, tetapi riwayat kadar PSA meningkat secara persisten, pasien pun akan diberlakukan tindakan yang serupa.

Kenali metode pengobatan

Ada beberapa metode biopsi dalam penanganan pasien kanker prostat, yaitu biopsi konvensional, Robot Targeted MRI-US Fusion Biopsy, dan laparoskopi. Pada metode biopsi konvensional, pemeriksaan menggunakan panduan ultrasonografi (USG) transrectal (TRUS)

Sementara, metode Robot Targeted MRI-US Fusion Biopsy atau biopsi prostat robotik merupakan metode pengambilan sampel lesi target pada jaringan prostat secara invasif minimal. Metode ini memiliki akurasi yang lebih tinggi dalam mendeteksi kanker prostat karena menggunakan teknologi terkini, yaitu robot.

Ilustrasi pemeriksaan biopsi kanker prostat.Dok. Shutterstock Ilustrasi pemeriksaan biopsi kanker prostat.

Metode tersebut mengombinasikan pencitraan MRI dan USG secara bersamaan sehingga dapat meminimalisasi risiko kegagalan, pemeriksaan biopsi berulang, nyeri, hingga infeksi.

Dalam melakukan biopsi prostat robotik, ada beberapa prosedur yang harus dilewati oleh pasien, di antaranya melakukan konsultasi dan pemeriksaan fisik dengan dokter spesialis urologi. Pemeriksaan dilanjutkan dengan MRI untuk menentukan lokasi lesi yang dicurigai menjadi pusat keganasan kanker.

Laparoskopi untuk kanker prostat

Pada bidang urologi atau yang berkaitan dengan saluran kemih, laparoskopi juga bisa dilakukan untuk operasi kista, rekonstruksi saluran kencing, serta operasi kanker pada ginjal, prostat, dan kandung kemih.

Spesialis Urologi Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan Dokter Syamsu Hudaya SpU(K) menjelaskan bahwa pada kasus pengangkatan kelenjar prostat menggunakan laparoskopi 3 dimensi (3D), waktu operasi dapat lebih singkat dan pendarahan menjadi lebih sedikit. Selain itu, kemampuan BAK pasien dapat kembali normal lebih cepat.

“Kanker prostat dan ginjal cukup tinggi kasusnya di Indonesia. Kami berpengalaman melakukan operasi invasif minimal dengan laparoskopi 3D/4K. Studi untuk kasus-kasus bedah urologi memang sudah membuktikan bahwa semakin advanced alat laparoskopi yang digunakan, contohnya 2D versus 3D, maka outcome klinis untuk pasiennya juga lebih baik,” kata dr Syamsu dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Kamis (15/9/2022).

Sebagai informasi, Mayapada Hospital telah menggunakan laparoskopi dengan teknologi terbaru, yaitu 3D dengan ketajaman 4K atau ultra high definition (Ultra HD). Ditunjang dengan keahlian dokter spesialis yang berpengalaman dan alat yang canggih, pasien diharapkan mendapatkan manfaat serta penanganan terbaik di Mayapada Hospital.

Adapun Tahir Uro-nephrology Center dan Oncology Center Mayapada Hospital juga menyediakan layanan yang komprehensif dalam penanganan keganasan prostat, ginjal, saluran kemih, dan kanker lainnya.

Mayapada Hospital menghadirkan penanganan kanker prostat dengan peralatan terkini serta kolaborasi multispesialisasi dokter, deteksi dini, diagnosis, terapi tindakan bedah, kemoterapi, imunoterapi dan radioterapi, hingga rehabilitasi medis saat proses penyembuhan.

Kunjungi laman https://mayapadahospital.com/ untuk informasi lanjut mengenai penanganan kanker prostat dan masalah kesehatan lainnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com