Advertorial

Hutan Pertamina-UGM Berpotensi Kurangi Lebih dari 170.000 Ton CO2 dan Berdayakan Masyarakat

Kompas.com - 19/09/2022, 16:06 WIB

KOMPAS.com – Hampir dua pertiga lapisan ozon Bumi diprediksi lenyap pada 2065. Akibatnya, radiasi sinar ultraviolet (UV) yang tak tersaring oleh lapisan ozon dapat menyebabkan kanker kulit, mutasi deoksiribonukleat (DNA), dan kulit terbakar hanya dalam lima menit.

Dampak tersebut diprediksi oleh ilmuwan National Aeronautics and Space Administration (NASA), Universitas John Hopkins, dan Netherlands Environmental Assessment Agency.

Untuk mencegah hal tersebut sekaligus memperingati Hari Ozon Internasional, PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Foundation menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meresmikan Hutan Pertamina-UGM di Kampus Lapangan Getas, Blora, Jawa Tengah (Jateng), Minggu (18/9/2022).

Reforestasi Hutan Pertamina-UGM dinilai mampu mengurangi karbon dioksida (CO2) yang merusak lapisan ozon dan berpotensi memangkas emisi gas rumah kaca setara 170.544 ton CO2 selama 10 tahun.

Peresmian Hutan Pertamina-UGM dilakukan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) Bambang Hendroyono, Rektor UGM Profesor Ova Emilia, dan Direktur Sumber Daya Manusia PT Pertamina Erry Sugiharto.

Bambang mengatakan, Hutan Pertamina-UGM merupakan wujud komitmen dan aksi kolaborasi untuk mengendalikan perubahan iklim di Indonesia.

“Kementerian LHK sangat mendukung dan berharap nantinya banyak stakeholder, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bisa mewujudkan aksi nyata seperti ini dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda),” ujar Bambang dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (19/9/2022).

Sejumlah tokoh juga hadir dalam peresmian tersebut, di antaranya Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Hartono Prawiraatmadja, Bupati Blora Arief Rohman, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, serta Vice President Corporate Social Responsibility and Small Medium Enterprise Partnership Program (CSR and SMEPP) Pertamina Fajriyah Usman.

Ada pula Direktur Utama Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perhutani) Wahyu Kuncoro dan Dekan Fakultas Kehutanan UGM Sigit Sunarta.

Bambang menambahkan, luas total Hutan Pertamina-UGM melalui pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Getas-Ngandong mencapai 10.867 hektare (ha). 

"Lahan tersebut sebagian berlokasi di Kabupaten Blora, Jateng, yakni seluas 8.613 ha dan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Jatim), seluas 2.254 ha," kata Bambang.

Pada kesempatan sama, Erry mengatakan bahwa proyek tersebut dilakukan melalui skema penanaman agroforestridan menambah kepadatan hutan hingga sekitar sepertiganya.

Selain itu, diterapkan juga pengelolaan penanaman tanaman produktif terorganisasi pada lahan seluas 3.000 ha melalui reforestasi bertahap.

“Hutan Pertamina-UGM menjadi salah satu program Hutan Pertamina yang saat ini secara keseluruhan terdapat 267 program dengan penanaman lebih dari empat juta pohon,” terang Erry.

Upaya tersebut, imbuh Erry, dapat mereduksi emisi karbon sebesar 120.000 ton setara karbon dioksida (Co2eq) per tahun serta memberdayakan lebih dari 4.700 masyarakat sekitar.

“Kami berharap, program tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan untuk menjaga Bumi dan mendukung tujuan net zero emission,” kata Erry.

Skemaagroforestri

Selain penyerapan karbon, skema agroforestri Hutan Pertamina-UGM juga mendukung Desa Energi Berdikari Pertamina melalui pemenuhan kebutuhan biofuel green refinery di Kabupaten Cilacap, Jateng. Limbah tanaman juga dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak dan pupuk kompos.

Ova menjelaskan, program tersebut memberdayakan 8.000 pesanggem atau penggarap lahan dari berbagai desa di area KHDTK Ngandong-Getas.

Selain itu, kehadiran Hutan Pertamina-UGM menjadi upaya konservasi flora fauna endemik melalui program Keanekaragaman Hayati Pertamina.

Ke depan, kata Ova, Hutan Pertamina-UGM mampu mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan menjadi laboratorium riset dan penelitian bagi masyarakat awam, akademisi, dan peneliti.

“Bagi UGM, program tersebut merupakan salah satu bentuk kolaborasi dan kontribusi dari universitas kepada stakeholders terkait. Jadi, tugas UGM adalah memfasilitasi sekaligus menggunakan Hutan Pertamina-UGM sebagai obyek pembelajaran, penelitian, dan pengembangan inovasi,” jelasnya.

Upaya tersebut, lanjut Ova, dilakukan dengan skema agroforestri. Tidak hanya sebagai penyerapan karbon, tetapi juga penghasil energi seperti biofuel yang hasilnya akan dikembalikan kepada masyarakat.

Agus Mashud menambahkan, setelah peresmian Hutan Pertamina-UGM, Blue Carbon Initiative masih memiliki tiga proyek lain, yaitu Bontang-Mahakam Project, Lembata Project, dan Cenderawasih Kwatisore Project.

Ia menilai, peresmian Hutan Pertamina-UGM menjadi pembuka dari empat project nature based solution untuk menurunkan laju degradasi-deforestasi dan emisi gas rumah kaca. Selain itu, juga memanfaatkan energi baru terbarukan bagi masyarakat lokal.

“Terima kasih kepada Kementerian LHK, Fakultas Kehutanan (Fahutan) UGM, Bupati Blora dan Ngawi, serta CSR Pertamina yang sepenuhnya mendukung kami dalam berkarya, bergerak, dan berbagi untuk kesejahteraan masyarakat dan umur bumi yang lebih panjang,” kata Agus.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com