Advertorial

Wujudkan Ekonomi Pancasila lewat Pemanfaatan Teknologi Digital

Kompas.com - 23/09/2022, 16:00 WIB

KOMPAS.com – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kompas TV kembali menyelenggarakan Seminar Pancasila 2022. Seminar edisi ketiga bertema “Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Optimasi Perekonomian Rakyat” ini diadakan secara hibrida di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ), Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rabu (21/9/2022).

Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno hadir secara daring menyampaikan sambutan pada pembukaan seminar. Menurutnya, tema seminar kali ini merupakan bahasan strategis dan up-to-date dengan sasaran yang perlu dicermati, yakni perekonomian yang meliputi ekonomi Indonesia serta ekonomi Pancasila.

Try mengatakan, perkembangan teknologi digital membawa dampak positif dan negatif bagi ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat perlu menyikapi kemajuan teknologi dengan semangat Pancasila.

“Teknologi hanyalah sarana dan penggunanya tetap manusia. Oleh karena itu, sebagai bangsa, Indonesia harus tetap mengamalkan konsep dasar Pancasila dalam situasi kapan pun,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (23/9/2022).

Try melanjutkan, Indonesia sendiri termasuk negara yang paling besar dalam penggunaan teknologi. Terlebih, sejak pandemi Covid-19, hampir semua sektor berhubungan dengan teknologi digital. Hal ini mendorong masyarakat dan pelaku bisnis untuk ikut mengimplementasikan teknologi digital.

Hal tersebut bisa terlihat dari perusahaan rintisan atau start-up yang semakin menjamur. Fenomena ini membawa Indonesia menduduki posisi kelima sebagai negara dengan jumlah perusahaan rintisan terbanyak di dunia. Nilai ekonomi digital Indonesia juga tercatat sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara, yakni sebesar 70 miliar dollar AS. Jumlah tersebut diperkirakan mampu mencapai 146 miliar dollar AS pada 2025.

Merujuk tren tersebut, Try mengatakan, keterlibatan rakyat sebagai bagian dari bisnis digital dan pemanfaatan teknologi digital bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) perlu ditingkatkan. Penggunaan teknologi digital di sejumlah sektor, seperti bidang seni, budaya, pertanian, kerajinan, dan usaha, perlu diperkuat sehingga perekonomian rakyat bisa berkembang.

Dengan demikian, ekonomi Pancasila bisa tercipta demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa tercipta.

Senada dengan Try, Rektor UPNVJ Prof Dr Erna Hernawati, Ak, CPMA, CA mengatakan bahwa topik seminar sangat relevan dengan UPNVJ selaku tuan rumah karena merupakan kampus bela negara.

Selain itu, menurut Ema, materi seminar terkait teknologi digital Pancasila relevan dengan kehidupan masa kini. Sebab, pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku dan memaksa masyarakat untuk memanfaatkan teknologi digital.

“Hal tersebut mendorong kelahiran perilaku berbasis digital serta membawa berbagai perubahan. Pasalnya, ada banyak dampak dari digitalisasi, salah satunya membuat arus informasi di dunia maya semakin deras. Akibat informasi tanpa batas melalui berbagai media, sangat memungkinkan terjadi pergeseran budaya luhur bangsa sendiri,” ujarnya.

Meski begitu, Ema menekankan bahwa digitalisasi membutuhkan kesiapan sumber daya manusia (SDM). Sebab, jika dikaitkan dengan perekonomian rakyat, Indonesia memiliki pelaku UMKM yang sangat dominan dalam mendukung perekonomian bangsa.

“Penerapan digitalisasi tersebut mungkin menjadi sarana untuk mahasiswa dalam berkontribusi mempersiapkan para pelaku UMKM mengikuti digitalisasi. Bila tidak siap, mereka berisiko menghadapi kejahatan (digital, misalnya) pencurian data,” katanya.

Langkah pemerintah majukan ekonomi Pancasila

Seminar Pancasila 2022 edisi ketiga.

Dok. KompasTV Seminar Pancasila 2022 edisi ketiga.

Seminar Ekonomi Pancasila 2022 menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Wakil Ketua Majelis Perwakilan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) Ahmad Basarah dan Staf Khusus (Stafsus) Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Agus Santoso.

Kedua narasumber tersebut mengemukakan pendapatnya terkait ekonomi Pancasila dan langkah pemerintah untuk memajukannya.

Basarah memaparkan, falsafah merupakan pedoman menuju bangsa yang besar. Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu berpegang teguh pada Pancasila yang merupakan saripati dari budaya Indonesia.

Ideologi bangsa Indonesia sendiri, kata Basarah, memiliki tujuan akhir untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Hal ini tercantum pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyebutkan sila-sila Pancasila. Pada penyebutan sila kelima diawali dengan kalimat “untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Selain itu, tujuan prinsip berbangsa dan bernegara Indonesia juga terlihat pada kalimat “mencerdaskan bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

“Jadi, baik pada janji maupun tujuan negara yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, menurut saya itulah yang menjadi dasar mengapa Pancasila senantiasa relevan bagi bangsa Indonesia. Sebab, itulah jiwa bangsa,” terangnya.

Menurut Basarah, meski membuka peluang ekonomi bagi rakyat, negara perlu melindungi masyarakat di era disrupsi teknologi informasi agar praktik kapitalisme tidak terjadi.

Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merespons perkembangan digital di era disrupsi dengan menghadirkan negara untuk mengusulkan atau merumuskan rancangan peraturan regulasi, baik setingkat UU, peraturan pemerintah, maupun peraturan presiden, terkait dengan perlindungan masyarakat di bidang digital.

Selain itu, kata Basarah, pemerintah perlu mengupayakan sistem produksi yang bisa dilakukan secara digital dengan memanfaatkan teknologi. Menurutnya, hal ini juga bisa dibarengi dengan perizinan bagi masyarakat untuk mengangkat sumber ekonomi negara.

Di sisi lain, rakyat Indonesia harus lebih bangga menggunakan produk dan jasa dalam negeri. Peningkatan produksi barang dan jasa dalam negeri akan sangat membantu perekonomian Indonesia.

“Di sini, generasi muda dapat memegang peranan besar. Selain memaksimalkan teknologi bagi diri sendiri, mereka juga dapat mengedukasi generasi pendahulunya,” ujarnya.

Menambahkan buah pikir Basarah, Agus setuju bahwa negara harus hadir dengan membuat kebijakan yang mendukung ekonomi kerakyatan. Kebijakan tersebut memerlukan payung dari UU yang disusun oleh pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

“Untuk membangun ekosistem ekonomi, pemerintah jangan sampai membiarkan pelaku UMKM sendirian. (Ekosistem ini) bisa diwujudkan melalui prinsip Pancasila, yaitu bergotong royong. Salah satu caranya, bisa dengan menggandeng perusahaan swasta besar serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” ujar Agus.

Mayor Jenderal TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya yang hadir pada seminar tersebut juga mengemukakan pendapatnya terkait ekonomi yang berpihak pada rakyat sesuai Pancasila. Menurutnya, poin terpenting dalam korelasi teknologi dan ekonomi adalah soft skill SDM.

“Hal tersebut dikarenakan nilai-nilai Pancasila lebih sulit dipelajari ketimbang kemajuan teknologi itu sendiri,” ujar Wisnu.

Manfaat digitalisasi bagi ekonomi masyarakat

Dari sisi masyarakat sebagai pelaku UMKM, hadir figur publik dan pelaku kegiatan ekonomi digital Meisya Siregar, serta Ikon Pancasila 2019 dan pendiri e-Tani Davyn Sudirdjo.

Kedua narasumber tersebut merupakan contoh masyarakat yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membangkitkan perekonomian.

Terkait semangat ekonomi digital, Meisya membagikan pengalamannya dalam mengembangkan bisnis UMKM yang sudah dimulai sejak 2008. Usaha Meisya bergerak di bidang kuliner, yakni berupa rendang dan bakso, serta produk fesyen.

Meisya mengaku memilih jalur online karena tidak memiliki bujet untuk menyewa ruko. Saat pertama kali mendirikan usaha, Meisya memasarkan produknya hanya lewat Facebook dan BlackBerry Messenger karena marketplace belum ramai seperti saat ini.

“Selain itu, belum banyak juga figur publik berbisnis sehingga perlu perjuangan untuk bisa menembus pasar online. Saya mulai mengunggah dagangan secara online dan menawarkannya ke lingkungan terdekat,” tuturnya.

Dengan kemajuan digital, terutama e-commerce yang sudah menjamur pada 2022, Meisya merasa bersyukur. Sebab, hal ini memunculkan banyak peluang keuntungan bagi pelaku UMKM lain untuk mengembangkan bisnis tanpa perlu mengeluarkan banyak bujet.

Terlebih, generasi saat ini jauh lebih fasih dalam memanfaatkan internet atau media sosial. Hal ini dibarengi juga dengan kemunculan beragam profesi baru seperti TikToker, food blogger, hingga fashion blogger yang bisa diseriusi.

Lebih lanjut, Meisya juga menyemangati para perempuan, khususnya ibu rumah tangga, untuk membantu menggerakkan ekonomi keluarga lewat digitalisasi UMKM. Menurutnya, zaman sekarang sangat wajar pelaku wirausaha ataupun UMKM tidak hanya dari pihak suami. Untuk ide bisnis, para ibu bisa mulai membuat produk dari dapur rumah.

“Walaupun dengan bujet minim, banyak upaya bisa kita lakukan. Dengan catatan, kita sudah harus melek teknologi, termasuk para pelaku UMKM seperti ibu-ibu rumah tangga yang mungkin (baru) mulai berjualan di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka,” tutur Meisya.

Dalam skala yang lebih besar, Davyn selaku pendiri e-Tani memanfaatkan teknologi untuk menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia, khususnya petani.

Tujuan pembuatan e-Tani, kata Davyn, adalah untuk menghubungkan para petani dengan konsumen. Hal ini didasarkan pada ketergantungan petani terhadap tengkulak sehingga rantai pemasaran pertanian menjadi panjang. Akibatnya, para petani hanya mendapatkan sekitar 20 persen dari yang dibayar konsumen.

Dengan menyediakan wadah penghubung petani, konsumen bisa membeli produknya langsung di supermarket. Dengan begitu, petani bisa mendapatkan harga jual yang lebih baik.

“Saat ini, e-Tani juga mencari beberapa kesempatan untuk terus menumbuhkan pertanian Indonesia, misalnya melalui ekspor,” ujar Davyn.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com