Advertorial

Forum B20-G20 Dorong Inklusivitas untuk Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan

Kompas.com - 26/09/2022, 14:22 WIB


KOMPAS.com – Engagement group resmi Group of 20 (G20) yang berisikan komunitas bisnis global Business 20 (B20) menyelenggarakan forum B20-G20 Dialogue Trade and Investment Task Force (T&I TF) 2022 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (23/9/2022).

Forum itu menjadi wadah dialog publik antara para menteri dari negara G20, pelaku usaha, serta pemangku kepentingan global untuk mengulas urgensi perdagangan dan investasi dalam mendorong perkembangan, pembangunan, serta pemulihan ekonomi global.

Adapun B20 T&I TF sendiri sudah menyiapkan rumusan rekomendasi kebijakan yang dapat ditindaklanjuti oleh negara-negara G20.

Pada forum tersebut, Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani menekankan bahwa aspek inklusivitas dalam situasi global yang secara simultan sedang memulihkan diri pascapandemi Covid-19 telah menjadi terobosan dalam percepatan transformasi ekonomi sesuai dengan prioritas nasional dan kondisi global. Hal itu juga mendorong perdagangan dan investasi berkelanjutan.

“Dalam kesempatan ini, saya ingin menekankan pada dua legacy B20 Indonesia, khususnya yang terkait dengan B20 T&I TF, yakni B20 Wiki dan Carbon Center of Excellence,” kata Shinta dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (26/9/2022).

Shinta menjelaskan bahwa B20 Indonesia terus mendukung pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan bisnis mereka sehingga bisnis yang dijalani dapat memasuki rantai pasok global.

“Sementara itu, Carbon Center of Excellence akan membantu dan memandu dunia usaha dalam memahami perdagangan karbon melalui hub pengetahuan serta best practice sharing center,” ujar Shinta.

Shinta yang juga Chief Executive Officer (CEO) Sintesa Group melanjutkan bahwa permintaan pasar karbon secara sukarela diperkirakan akan tumbuh enam kali lipat pada 2030.

Hal tersebut dapat menciptakan peluang bagi negara-negara G20 untuk berkontribusi secara substansial dari kredit karbon, khususnya negara emerging market. Selain itu, program warisan B20 akan memberi dukungan dengan membuka akses terhadap pendanaan, pengetahuan, serta best practices.

Pada kesempatan sama, Chair of Trade & Investment Task Force B20 Arif Rachmat menyampaikan bahwa T&I TF telah membahas empat rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, yakni free trade, digital economy, inclusivity, serta green economy.

Arif menyebutkan, rekomendasi dan kebijakan perdagangan bebas bertujuan menciptakan kondisi perdagangan yang lebih efisien, terbuka, transparan, berkelanjutan, dan berasas keadilan bagi semua anggota negara G20, baik itu negara tertinggal, berkembang, maupun negara maju.

Kebijakan itu juga dapat mendorong pemanfaatan teknologi digital secara optimal untuk perbaikan ekonomi dunia.

Arif yang juga Executive Director of Triputra Group menyampaikan bahwa salah satu fokus utama dalam rekomendasi tersebut adalah menjadikan UMKM sebagai roda penggerak pemilihan ekonomi, baik di level nasional maupun global.

“Melalui Inclusive Closed Loop System, UMKM akan didukung oleh multi-stakeholder, mulai dari komunitas bisnis, pemerintah, financial institution, akademisi, hingga single societies,” jelas Arief.

Reformasi WTO dan sistem perdagangan bebas

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menegaskan bahwa perdagangan dan investasi adalah katalisator untuk ketahanan serta pertumbuhan ekonomi yang kompetitif.

“Akan tetapi, sektor industri dapat berdampak pada produksi dan nilai tambah sehingga menjaga stabilitas neraca perdagangan juga perlu diperkuat,” jelas Airlangga.

Lebih lanjut Airlangga menambahkan bahwa tantangan global hanya dapat diatasi secara efektif melalui kerja sama multilateral. Untuk itu, Indonesia perlu mendukung penguatan mekanisme multilateral.

“Utamanya, dalam iklim bisnis adalah dengan mengurangi hambatan ekspor dan impor, mempertahankan penerapan rantai pasokan global yang relevan dan inklusif, serta regulasi perdagangan yang adil. Salah satunya melalui peran penting B20,” ujar Airlangga.

Selain Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan juga memberikan pidato dalam forum B20-G20 tersebut. Dalam pidatonya, Agus menyoroti urgensi industri berkelanjutan terutama di negara-negara berkembang untuk percepatan kemajuan ekonomi global di masa depan.

“Presidensi B20-G20 Indonesia mendorong adanya solusi konkret dalam mengatasi krisis global. Dalam pertemuan menteri perdagangan negara-negara G20, kami menyepakati melakukan reformasi World Trade Organization (WTO) terkait perdagangan bebas, memperkuat sistem perdagangan multilateral, dan mendukung produksi vaksin Covid-19 yang adil, merata dan terjangkau, serta penguatan perdagangan digital dan rantai nilai berkelanjutan,” papar Zulkifli.

Sementara itu, Deputy Chair of Trade & Investment Task Force B20 yang juga CEO Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan bahwa diskusi publik itu telah membahas aspek penting dari kerja sama global dalam perdagangan dan investasi.

“Hal yang tak kalah penting, tentu saja, adalah bagaimana perdagangan, investasi, dan industri telah memainkan peran yang sama pentingnya dalam pemulihan dari pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa rekomendasi yang diajukan T&I TF sangat selaras dengan prioritas dan hasil yang ingin kita tuju. Untuk itu, kami ingin mengajak seluruh komunitas bisnis global untuk hadir dan berpartisipasi dalam KTT B20 di Bali pada November mendatang,” ujar Dharma. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com