Advertorial

Desa Keliki, Desa Energi Berdikari Pertamina yang Berbasis Energi Terbarukan

Kompas.com - 29/09/2022, 18:35 WIB

KOMPAS.com – Desa Keliki, Ubud, yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali, menjadi salah satu proyek percontohan program Desa Energi Berdikari Pertamina berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Desa itu juga menjadi tujuan studi para delegasi negara-negara Group of 20 (G20) yang tergabung dalam Energy Transition Working Group (ETWG) G20 pada awal September 2022.

Penanggung Jawab Sementara (Pjs) Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, pembangunan EBT di Desa Keliki merupakan salah satu wujud komitmen Pertamina dalam penerapan prinsip environmental, social and governance (ESG).

Desa itu, lanjut Fajriyah, juga merupakan upaya Pertamina dalam mengimplementasikan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 7, yakni menyediakan energi bersih dan terjangkau. Kemudian, poin 8, yakni memberikan pekerjaan layak, mendukung perekonomian, dan kemandirian masyarakat.

“Desa Berdikari Pertamina di Keliki menjadi pilot project pengembangan EBT sekaligus bentuk dukungan perseroan terhadap Presidensi G20 Indonesia yang berfokus pada transisi energi bersih,” ujar Fajriyah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (29/9/2022).

Sebagai desa berbasis EBT, Desa Keliki memiliki delapan titik solar photovoltaic (PV) berkapasitas 28 kilowatt peak (kWp) yang dapat memenuhi kebutuhan energi bagi 1.200 kepala keluarga (KK).

Pemanfaatan solar PV di Desa Keliki dinilai dapat mengurangi emisi karbon hingga 37.750 kilogram (kg) karbon dioksida (CO2) per tahun.

Adapun energi bersih tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan masyarakat, seperti pengoperasian tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, dan recycle (TPS3R), pembangunan eco-village, serta pengelolaan agrikultur berbasis EBT.

Sebagai informasi, pemasangan panel surya di Desa Keliki dilakukan oleh tim GoGerilya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Society of Renewable Energy (SRE), serta mahasiswa Universitas Udayana.

Fajriyah menjelaskan, kehadiran EBT mendorong masyarakat Desa Keliki untuk melakukan berbagai inovasi, seperti pembuatan kompos organik dari limbah domestik guna kebutuhan pertanian, pembangunan desa ramah lingkungan berbasis alam, serta pengolahan sampah untuk peningkatan nilai ekonomi.

Selain itu, kehadiran EBT juga mendorong warga desa dalam penggunaan air tanah untuk sistem pengairan sawah.

Tercatat, kawasan tersebut memiliki tujuh pengairan khas Bali atau yang dikenal subak, yakni Subak Tain Kambing, Subak Uma Desa Sebali, Subak Uma Desa Keliki, Subak Jungut, Subak Umelikode, Subak Bangkiangsidem, dan Subak Lauh Batu.

Fajriyah menuturkan, Pertamina memiliki 11 Desa Energi Berdikari di seluruh Indonesia. Pengembangan desa itu melibatkan sejumlah generasi muda yang berkontribusi langsung dalam proses transisi energi di Indonesia.

Desa-desa itu adalah Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Wringinputih Magelang, Jawa Tengah (Jateng), dengan kapasitas 1,2 kWp, Balkondes Karangrejo Magelang 1,2 kWp, Desa Wisata dan Budi Daya Kepiting Cilacap, Jateng, 6,6 kWp, Life Energy Karang-Karangan Solar Home System Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel), 4,4 kWp, serta Energi Pelosok Cindako, Maros, Sulsel, 6,6 kWp.

Kemudian, Wisata Edukasi Kampung Sekoja Jambi sebesar 2,2 kWp, Desa Energi Berdikari Krueng Raya Aceh Besar, Aceh, 4,4 kWp, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pemberdayaan Kelompok Tani Desa Wayame Ambon, Maluku, 4,4 kWp, Walahar Eco Green Karawang, Jawa Barat (Jabar), 2,2 kWp, Pusat Konservasi Elang Kamojang Garut, Jabar, 6,6 kWp, dan Desa Keliki Gianyar 28 kWp.

Adapun Desa Keliki merupakan Desa Energi Berdikari Pertamina berbasis EBT terbesar di Indonesia.

Fajriyah menambahkan, Pertamina juga memiliki 47 program EBT yang dikemas dalam Desa Energi Berdikari. Program tersebut meliputi Solar Energy (29 program), Hybrid Energy (1 program), Biogas and Biomethane (11 program), Micro Hydro Energy (4 program), dan Biodiesel Energy (2 program).

Secara keseluruhan, program tersebut mampu mengurangi emisi karbon hingga 530.000 ton CO2 per tahun dan memberikan multiplier effect mencapai Rp 1,8 miliar per tahun bagi 2.750 rumah tangga.

Fajriyah menegaskan, melalui Program Desa Energi Berdikari, Pertamina membuka akses energi bersih dan terjangkau.

“Pertamina bersama masyarakat mengoptimalkan pemanfaatan energi bersih untuk menggerakkan perekonomian masyarakat desa,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com