Advertorial

Cegah Risiko Kanker Payudara, Kenali Gejala dan Faktor Penyebabnya

Kompas.com - 30/09/2022, 07:37 WIB

KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. WHO memperkirakan bahwa kematian akibat kanker akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta kasus pada 2030.

Masalah kesehatan itu dialami di seluruh negara di dunia, tak kecuali di Indonesia. Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari WHO, sebanyak 234.511 orang di Indonesia dibayang-bayangi ancaman kematian akibat kanker pada 2020.

Data tersebut menunjukkan bahwa kanker payudara merupakan jenis kanker kedua sebagai penyakit paling mematikan di Indonesia, yaitu sebanyak 22.430 orang atau sekitar 9,6 persen.

Dengan banyaknya kasus itu, masyarakat perlu memahami pencegahan dan penanganan penyakit tersebut. Sama seperti kasus kanker lainnya, sel kanker pada kanker payudara tumbuh secara perlahan dalam tubuh manusia. Artinya, sel ini butuh waktu untuk berkembang sebelum berubah menjadi ganas.

Webinar bertajuk ?Open Dialogue with Breast Cancer Specialist? pada Selasa (19/9/2022) dengan mengundang Konsultan Senior sekaligus Onkologis Medis dari Parkway Cancer Center, Singapura, dr See Hui Ti.Dok. CanHOPE Webinar bertajuk ?Open Dialogue with Breast Cancer Specialist? pada Selasa (19/9/2022) dengan mengundang Konsultan Senior sekaligus Onkologis Medis dari Parkway Cancer Center, Singapura, dr See Hui Ti.

Sebagai bentuk edukasi tentang kanker payudara dan penanganannya, layanan konseling dan dukungan kanker non-profit, CanHOPE, mengadakan webinar bertajuk “Open Dialogue with Breast Cancer Specialist” pada Selasa (19/9/2022). Acara ini mengundang Konsultan Senior sekaligus Onkologis Medis dari Parkway Cancer Center, Singapura, dr See Hui Ti sebagai pembicara dalam pembahasan panel “Spesialis Kanker Payudara”.

Sebagai informasi CanHOPE merupakan layanan kesehatan yang disediakan oleh Parkway Cancer Centre. Didukung oleh tim yang berpengalaman, CanHOPE memberikan perawatan dan dukungan penanganan kanker yang holsitik, berkualitas, dan dipersonalisasi untuk mengampanyekan deteksi dini dengan menyediakan pilihan pengobatan serta kesadaran kanker melalui berbagai program kegiatan.

Harus waspada

Pada kesempatan itu, dr See mengatakan bahwa masyarakat dapat mencegah pertumbuhan sel kanker dengan memodifikasi gaya hidup. Hal itu dapat mengurangi faktor risiko yang dapat menyebabkan perkembangan sel kanker dalam tubuh.

Dalam webinar itu, dr See pun menjawab pertanyaan terkait pencegahan dan gejala kanker payudara yang umumnya dialami oleh wanita.

Dari beberapa pertanyaan yang muncul, dr See menangkap beberapa kesalahpahaman masyarakat mengenai kanker payudara. Salah satunya adalah ukuran payudara yang sering dikaitkan dengan risiko jenis kanker tersebut.

“Informasi ini sama sekali tidak benar. Tidak ada kaitan yang ditemukan jika ukuran payudara yang lebih besar berarti berisiko terkena kanker,” kata dr See dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (27/9/2022).

Ia menegaskan bahwa risiko kanker mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan usia. Kejadian kanker paling banyak ditemukan pada wanita berusia antara 55 dan 59 tahun.

Selain itu, dr See juga membahas tentang risiko kanker yang diturunkan dari orangtua. Jawaban itu diberikan untuk seorang wanita yang khawatir karena ibunya menderita kanker payudara selama tujuh tahun, meski kini sudah tidak kambuh lagi.

Menurut dr See, kanker bukanlah penyakit yang dapat diturunkan begitu saja. Namun, ia menyarankan agar wanita itu tetap melakukan pemeriksaan klinis lebih lanjut, paling tidak dalam rentang usia mendekati umur orangtuanya terkena kanker.

Ada baiknya, kata dia, pemeriksaaan klinis dilakukan lima tahun sebelum orangtuanya terkena kanker untuk jaga-jaga. Jadi, jika orangtua terkena kanker pada usia 42 tahun, anak wanitanya dapat memeriksakan diri ketika berusia 37 tahun.

"Kasus kanker payudara di Indonesia memang sangat banyak, tapi bukan berarti jika salah satu anggota keluarga memiliki riwayat kanker payudara, Anda langsung bisa terkena kanker juga," ujarnya.

Untuk itu, dr See menyarankan masyarakat, utamanya wanita, untuk melakukan pola hidup sehat. Ia mengajak masyarakat agar membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan sehat, mengurangi asupan lemak, menjaga berat badan, dan berolahraga secara teratur.

Dr See menyarankan masyarakat, utamanya wanita, untuk melakukan pola hidup sehat sebagai salah satu cara mencegah risiko kanker payudara.Dok. Freepik/Spukkato Dr See menyarankan masyarakat, utamanya wanita, untuk melakukan pola hidup sehat sebagai salah satu cara mencegah risiko kanker payudara.

Skrining untuk deteksi dini

Adapun dr See juga membahas soal tanda-tanda yang mungkin menjadi pemicu kanker payudara. Salah satu hal yang paling sering dicemaskan wanita adalah nyeri payudara yang datang satu minggu sebelum menstruasi dan berlangsung selama beberapa hari. Tanda ini masih sering dikaitkan dengan kemungkinan risiko kanker.

Menanggapi hal itu, dr See meyakinkan bahwa hal itu normal dialami wanita menjelang menstruasi. Karenanya, jika mengalami rasa nyeri pada payudara, pegal, dan merasa tak

nyaman, masyarakat tak perlu khawatir. Sebab, hal itu adalah gejala pramenstruasi. Rasa tak nyaman itu akan hilang ketika periode menstruasi dimulai.

"Sedangkan rasa sakit yang disebabkan karena kanker tidak akan datang dan pergi dengan perubahan siklus hormon. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika terdapat benjolan yang tidak kunjung hilang, perubahan pada bentuk puting, keluar cairan dari puting, atau terdapat ruam pada payudara yang tidak diketahui sebabnya," jelasnya.

Sebagai antisipasi, dr See menyarankan masyarakat untuk melakukan tes mamografi. Akan tetapi, tes sebaiknya tidak dilakukan satu minggu sebelum atau selama menstruasi. Sebab, hal itu dapat memengaruhi ketepatan pemeriksaan. Sebaiknya, lakukan pemeriksaan satu minggu setelah haid selesai.

Meski begitu, ia menekankan bahwa tes mamografi tidak selalu akurat. Apalagi, jika usia wanita masih sangat muda dan payudaranya masih padat.

"Sebagai gambaran umum, bila Anda berusia kurang dari 40 tahun, cukup lakukan pemeriksaan payudara secara rutin. Namun, jika Anda berusia 40 tahun ke atas, Anda dapat melakukan melakukan mamografi tahunan sekaligus sebagai pemeriksaan rutin," ucapnya.

Namun, dr See menjelaskan bahwa tes mamografi dan ultrasonografi dapat dilakukan pada wanita berusia di bawah 50 tahun yang memiliki payudara padat dan merasakan ada benjolan.

"Saya tetap merekomendasikan mamografi sebagai perangkat skrining yang dapat diandalkan karena mudah dilakukan dan lebih murah. Mamografi dapat mendeteksi benjolan kanker, bahkan sebelum dapat dirasakan oleh tangan," jelanya.

Potensi kanker kambuh

Dalam kesempatan itu, dr See juga menjawab pertanyaan salah satu pasien kanker payudara stadium 1B yang didiagnosis pada 2011. Dalam payudara pasien itu ditemukan adanya penanda tumor CA 15-3 sebesar 14,6- dan mengalami kenaikan sebesar 3 poin dari pemeriksaan sebelumnya.

Pasien itu khawatir jika dirinya sedang mengalami kekambuhan kanker secara bertahap. Namun, dr See menjelaskan bahwa penanda tumor biasanya digunakan untuk mengikuti jejak respons seorang pasien terhadap pengobatan dan kekambuhan kanker payudara.

Ia menambahkan bahwa penanda tumor tidak cukup sensitif atau spesifik untuk digunakan sebagai uji skrining kekambuhan kanker karena beberapa kondisi non-kanker juga dapat meningkatkan kadarnya.

"Terdapat beberapa alasan mengapa penanda tumor mengalami peningkatan, salah satunya karena kenaikan berat badan. Meski begitu, saya menyarankan agar pasien melakukan pemeriksaan darah dalam dua bulan mendatang untuk melihat apakah peningkatan tersebut benar adanya," jelas dr See.

Ia pun menyarankan agar pasien itu melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan melakukan skrining seluruh tubuh jika penanda tumor masih meningkat.

6 tanda kanker payudara

Dalam webinar tersebut, dr See juga memberikan informasi terkait tanda-tanda peringatan kanker payudara. Setidaknya ada enam tanda yang harus diperhatikan oleh wanita untuk mengenali gejala awal kanker payudara.

Adapun tanda-tanda tersebut yaitu, adanya benjolan di dalam payudara yang tidak menimbulkan nyeri, muncul rasa gatal dan ruam yang tak kunjung hilang di sekitar puting, pendarahan atau keluar cairan yang tidak biasa dari puting, bagian puting masuk atau tertarik ke dalam, kulit payudara membengkak dan menebal, serta kulit payudara berlesung atau mengerut.

“Faktor risiko terkena kanker payudara tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Cara terbaik untuk mengelola risiko adalah dengan melakukan skrining dan mendeteksi kanker sedini mungkin sehingga (kankernya) dapat diobati dengan sederhana dan efektif," jelasnya.

Faktor penyebab yang dapat dicegah

Selain gejala, Dr See juga menginformasikan faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara, di antaranya jika wanita memiliki anak lebih dari 5, berusia di atas 40 tahun, dan jarang berolahraga.

Faktor lainnya adalah jika memiliki anggota keluarga dengan riwayat kanker payudara, tidak menyusui, stres, dan memiliki Indek Masa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) yang tinggi.

Sementara itu, faktor yang dapat mengurangi risiko kanker payudara, yaitu dengan memiliki satu hingga tiga orang anak, melakukan terapi hormon, diet sehat, olahraga teratur, kegagalan ovarium prematur, mengonsumsi vitamin D, dan memiliki BMI yang rendah.

“Memahami faktor-faktor yang dapat dimodifikasi untuk meningkatkan ataupun mengurangi risiko kanker payudara dapat membantu wanita membuat perubahan positif pada gaya hidup mereka demi mencegah penyakit,” jelas dr See.

Dr See kemudian menyoroti bahwa obesitas dapat menyebabkan kanker payudara. Sayangnya, faktor obesitas kerap diabaikan.

Secara umum, semakin besar BMI seseorang, berarti akan semakin besar risiko kankernya. Sebab, adiposa atau jaringan penimbun lemak dalam tubuh dapat menyebabkan produksi estrogen yang lebih tinggi sehingga meningkatkan risiko kanker payudara.

“Untuk mempertahankan BMI normal, saya merekomendasikan strategi diet optimal yang menggabungkan asupan protein yang lebih tinggi, serat untuk nutrisi, dan karbohidrat untuk energi dengan mengurangi asupan gula serta melakukan olahraga ringan,” kata dr See.

Dalam kesempatan itu, dr See juga mengingatkan peserta webinar bahwa meskipun ada upaya terbaik untuk memodifikasi faktor gaya hidup, wanita tetap punya risiko terkena kanker payudara.

“Oleh karena itu, penting untuk menyadari tanda-tanda dan gejala kanker payudara dan mengetahui bagaimana menyaring kemungkinan penyakit ini sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan,” ujar dr See.

Jika membutuhkan informasi lebih lanjut tentang kanker payudara, tes skrining, dan perawatan pasien, Anda dapat menghubungi CanHOPE melalui link berikut atau bisa juga menghubungi melalui telepon atau WhatsApp +628111934673.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com