Advertorial

Terbukti Berkualitas Tinggi, Pertamina Renewable Diesel Andalan PT KPI Siap Tembus Pasar Eropa

Kompas.com - 01/10/2022, 20:31 WIB

KOMPAS.com – Pertamina memperkuat langkah transisi energi dengan menghadirkan Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD). Sejak diluncurkan, produk ini menjadi salah satu produk energi hijau andalan Pertamina.

Debut Pertamina RD di ranah internasional akan diawali dengan mengekspor produk bahan bakar nabati hydrotreated vegetable oil (HVO) ke Singapura. Kegiatan ini dimulai pada Agustus hingga Oktober 2022.

Selain itu, Pertamina Group juga tengah melakukan penjajakan kerja sama penjualan Pertamina RD ke pasar Eropa.

Upaya penetrasi ke pasar Eropa tersebut didukung oleh beberapa perusahaan sub-holding Pertamina, yaitu PT Kilang Pertamina Internasional, PT Pertamina Internasional Shipping, dan PT Pertamina Patra Niaga melalui Pertamina International Marketing and Distribution (PIMD).

Untuk diketahui, Pertamina RD yang merupakan salah satu produk bahan bakar ramah lingkungan berbasis HVO diproduksi oleh kilang hijau Biorefinery Cilacap dan Biorefinery Dumai.

Saat ini, Biorefinery Cilacap tercatat mampu menghasilkan HVO hingga 3.000 barrel per hari dan ditargetkan terus meningkat hingga 6.000 barrel per hari. Sementara, Biorefinery Dumai memiliki kapasitas produksi HVO hingga 1.000 barrel per hari.

HVO yang diproduksi PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sendiri telah dipastikan keandalannnya. Pasalnya, bahan bakar ini mengantongi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) yang diimplementasikan di Uni Eropa.

Sertifikasi yang dibuat untuk memenuhi kebijakan Renewable Energy Directive (RED) dan Fuel Quality Directive (FQD) tersebut juga menjadi bukti bahwa HVO berkontribusi pada penurunan emisi karbon. Dengan begitu, produk ini layak disebut sebagai green product.

Bahkan, HVO pernah digunakan untuk mendukung ajang internasional Jakarta E-Prix 2022 yang diselenggarakan pada Sabtu (4/6/2022).

Selain HVO, Kilang Pertamina juga mampu mengembangkan energi hijau lainnya, yaitu Bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Pengembangan HVO dan SAF melalui kilang Pertamina pun menjadi salah satu langkah strategis perseroan dalam mendukung transisi energi nasional. Langkah ini juga diambil untuk menjawab permintaan energi hijau yang mulai meningkat di berbagai negara.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan, Pertamina sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Tanah Air yang bergerak di bidang energi akan terus berkomitmen mendukung program pemerintah untuk mempercepat transisi energi.

Hal itu juga sejalan dengan salah satu fokus utama Presidensi Group of Twenty (G20) Indonesia 2022 yang mendorong tindakan percepatan transisi energi bersih. Transisi ini merupakan strategi kunci pemerintah Indonesia untuk mencapai nol emisi karbon atau karbon netral pada 2060.

“Pertamina merupakan perusahaan energi terintegrasi yang memiliki komitmen kuat terhadap transisi energi menuju energi terbarukan sesuai dengan target net zeroemission (NZE) Indonesia pada 2060,” ujar Nicke melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (1/10/2022).

Nicke menambahkan, transisi energi harus direncanakan dengan baik untuk memastikan ketahanan energi dan aksesibilitas energi bagi seluruh masyarakat tetap terjaga.

Pertamina sendiri telah merancang roadmap transisi hijau yang didasarkan pada tiga pilar bisnis utama, yakni Program Low Carbon Solutions, Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, serta Pengembangan Electric Vehicle (EV) Ecosystem.

“Pertamina juga mendukung target Nationally Determined Contribution berupa penurunan emisi sebesar 29 persen pada 2030 dan visi NZE Indonesia melalui berbagai inisiatif, baik secara internal maupun kolaborasi antar-BUMN,” lanjut Nicke.

Selama kurang lebih satu dekade terakhir, Pertamina juga terus berupaya mengurangi konsentrasi gas rumah kaca yang selama ini menjadi penyebab pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman laut, dan kerusakan aneka ragam hayati.

Upaya tersebut dapat dikatakan sukses. Sebab, dalam kurun waktu 2010-2021, Pertamina mampu mengurangi produksi karbon dioksida (CO2) hingga 7,4 juta ton ekuivalen.

Di tingkat nasional, Pertamina juga merancang program Green Refinery. Program tersebut dibuat untuk mendukung program pemerintah dalam Rencana Umum Energi Nasional 2025 tentang dekarbonisasi dan pertumbuhan energi terbarukan.

Sementara itu, di tingkat global, Pertamina akan terus melakukan pengembangan produk bahan bakar nabati HVO yang diproyeksikan mampu mengurangi emisi sebesar 78.000 ton CO2 per tahun. Adapun target tersebut ditetapkan berdasarkan target NDC pada 2030 dan NZE pada 2060.

“Pertamina juga terus berkomitmen mengelola pengembangan Biorefinery melalui unit-unit kilang lainnya,” lanjut Nicke.

Seperti diketahui, Biorefinery merupakan proyek energi bersih Pertamina yang memanfaatkan bahan baku renewable feedstock untuk pengolahan kilang. Bahan baku tersebut di antaranya adalah minyak kelapa sawit (RBDPO) dan minyak jelantah (UCO).

Adapun produk energi bersih yang dikelola PT KPI, antara lain Green Gasoline di PT KPI Unit Plaju dan Cilacap, Green Diesel di PT KPI Unit Dumai, serta Green Avtur J2 di PT KPI Unit Cilacap.

“Pertamina akan memastikan terselenggaranya transisi energi yang adil, tertib, dan terjangkau bagi Indonesia,” tandas Nicke.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com