Advertorial

Ini 4 Langkah yang Dilakukan Injourney Group untuk Dorong UMKM Naik Kelas

Kompas.com - 04/10/2022, 16:23 WIB

KOMPAS.com – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Terbukti, tidak semua UMKM dapat bertahan pada masa sulit tersebut.

Meski demikian, pelaku UMKM dapat kembali bangkit, maju, dan berkembang. Terlebih, kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini mulai terkendali.

Sebagai holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada sektor aviasi dan pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau Injourney berupaya untuk mendorong UMKM agar dapat terus tumbuh.

Direktur Sumber Daya Manusia dan Digital Injourney Herdy Harman mengatakan bahwa Injourney dan anak perusahaannya berkomitmen untuk membantu UMKM supaya dapat tumbuh dan naik kelas sehingga punya daya saing yang kuat.

“UMKM tidak dapat dilepaskan dari sektor pariwisata nasional. Injourney memiliki berbagai program yang memfasilitasi pelaku UMKM sehingga produk mereka dapat semakin dikenal,” ujar Herdy dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (4/10/2022).

Lebih lanjut Herdy menjelaskan Injourney dapat menghubungkan kekuatan anak perusahaan dari hulu ke hilir secara holistik, kolaboratif, dan inklusif. Kemampuan ini diharapkan dapat memberikan dampak bagi kemajuan sektor pariwisata, khususnya bagi masyarakat setempat dan pelaku UMKM.

Sebagai informasi, Injourney memiliki lima anak perusahaan, yaitu Sarinah, PT Angkasa Pura, Indonesian Development Corporation (IITDC), PT Hotel Indonesia Natour (HIN), dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC). Kelima anak perusahaan tersebut akan turut serta dalam mendorong kemajuan UMKM.

Menjadikan Sarinah sebagai panggung karya bagi UMKM

Salah satu program yang dimiliki Injourney adalah menjadikan produk UMKM lebih dekat ke masyarakat. Hal ini direalisasikan oleh anak perusahaan Injourney di sektor ritel yang kini telah bertransformasi, yaitu Sarinah,

Sebelumnya, Sarinah dikenal sebagai toko serbaada (toserba). Kini, Sarinah juga menyediakan wadah inovasi lintas komunitas, gelaran, serta penjualan produk unggulan UMKM dan wisausaha perempuan. Sejalan dengan digitalisasi 4.0, Sarinah turut serta dalam upaya eskalasi penjualan produk via daring.

Terdapat sekitar 500 UMKM unggulan dengan produk yang sudah dikurasi telah menjadi bagian dari Sarinah. Berbagai kesenian dan instalasi karya seni dari seniman juga ditampilkan di Sarinah.

Sarinah yang telah bertransformasi. 

Dok. Injourney Sarinah yang telah bertransformasi.

Mengusung konsep community mall, Sarinah menjadi meeting point untuk berbagai generasi. Hal ini tecermin dari konsep lima ruang yang ada di sana. Pertama, ruang belanja yang menjajakan produk UMKM. Kedua, ruang sosial sebagai tempat berkumpul antarkomunitas.

Ketiga, ruang budaya sebagai tempat pengenalan budaya. Keempat, ruang maya yang menyajikan digitalisasi untuk meningkatkan efektivitas dan pengembangan UMKM. Kelima, ruang gaya sebagai tempat modern di Ibu Kota dengan area hijau dan konsep ruang yang inklusif.

Selain memiliki berbagai ruang dan lantai untuk memamerkan produk UMKM, seperti fesyen dan kain, aksesori, homeware, serta makanan dan minuman, Sarinah juga memiliki program pembinaan UMKM bernama Sarinah Pandu.

Sarinah Pandu fokus pada pembinaan terhadap UMKM secara sistematis yang berlangsung selama tiga bulan. Selain melibatkan para ahli di bidangnya, program ini juga berkolaborasi dengan kementerian atau lembaga, BUMN, perbankan, kampus, LSM, dan pemerhati UMKM.

Program Sarinah Pandu telah menjalankan dua batch dan telah membina lebih dari 40 UMKM yang terkurasi.

Herdy mengatakan, Sarinah Pandu bertujuan untuk menciptakan model dan modul yang akan direplikasi oleh mitra secara kolaboratif.

“Selain itu, program Sarinah Pandu juga akan meluluskan produk dan brand UMKM terunggul per kategori. Nantinya, produk dan brand UMKM yang terpilih akan dikurasi, dipamerkan, dan dijual secara luring ataupun daring pada outlet, baik di dalam maupun luar negeri,” katanya.

Mendirikan Galeri UMKM di bandara

Sebagai gerbang udara Indonesia, bandara menjadi lokasi yang tepat untuk mempromosikan keanekaragaman Indonesia, termasuk kekayaan dan kebudayaan daerah.

Melalui PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II) selaku pengelola bandara, Injourney mewujudkan komitmen untuk mengembangkan UMKM dengan mendirikan Galeri UMKM di bandara.

Area seluas 24.489 meter persegi telah dialokasikan AP 1 untuk dijadikan Galeri UMKM di seluruh bandara yang dikelola. Area dengan beberapa konsep itu pun berpotensi melibatkan sebanyak 1.311 pelaku UMKM.

Adapun konsep tiap galeri akan berbeda di setiap bandara. Misalnya, Galeri UMKM Bandara I Ngurah Rai, Bali mengusung konsep Peken Teken atau Summer in Bali. Sementara, Galeri UMKM Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin, menghadirkan konsep Pasar Terapung.

Galeri UMKM di Bandara Internasional Yogyakarta. 
Dok. Injourney Galeri UMKM di Bandara Internasional Yogyakarta.

Selanjutnya, Galeri UMKM Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) yang mengusung konsep Pasar Kota Gede. AP I menyediakan area seluas 1.395 meter persegi untuk merangkul sekitar 500-600 pelaku UMKM lokal di Yogyakarta dan sekitarnya.

Galeri yang terdapat di terminal keberangkatan domestik itu menampilkan berbagai gerai produk batik, olahan coklat, olahan aloe vera, jamu herbal, dan makanan khas lokal.

Untuk menghadirkan Indonesia Experience, didirikan juga replica Tugu Malioboro di YIA. Di sini, para calon penumpang dan pengguna jasa bandara lain bisa menikmati suasana yang menyerupai suasana Tugu Malioboro di Kota Yogyakarta.

Pada area tersebut, AP I menghadirkan 20 stand UMKM di area seluas 889,2 meter persegi. Adapun Kawasan Tugu Malioboro YIA terletak di Gedung Penghubung YIA lantai Mezanin yang menghubungkan terminal penumpang dengan gedung parkir kendaraan YIA.

AP II juga menghadirkan Gerai Nusantara yang terletak di area kedatangan domestik Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Peresmian fasilitas ini dilakukan bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) AP II ke-38 pada Agustus 2022.

Masih di area Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, AP II juga menyiapkan satu lokasi khusus untuk pengembangan UMKM, yakni di Small, Micro & Medium Business Incubator with Learning and Experience Center (SMMILE Center) yang terletak di Plaza Terminal 3.

Pada area tersebut, pengembangan UMKM dilakukan mulai dari inkubasi, pelatihan, hingga pembiayaan. AP II juga aktif menggelar pameran di seluruh bandara yang dikelolanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk membantu UMKM dalam mendongkrak penjualan-penjualan produknya serta mendorong omzet para pelaku UMKM.

Melibatkan UMKM dalam acara di destinasi wisata

Kehadiran UMKM pada berbagai acara di sektor pariwisata dapat menjadi cara untuk meningkatkan penjualan juga eksposur produk lokal. Sebab, pengunjung dapat menikmati acara seni dan budaya sekaligus membeli produk UMKM yang khas dan unik.

Menyadari hal tersebut, anak perusahaan Injourney, ITDC, pun menyediakan wadah bagi pelaku UMKM di beberapa destinasi wisata. Salah satunya, di dalam dan sekitar kawasan The Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Melalui 302 stall di Bazaar Mandalika, pelaku UMKM dapat mempromosikan produk dan jasa yang dimiliki. Sebagai informasi, Bazaar Mandalika dibangun dengan konsep 5C, yaitu commerce, culture, creativity, culinary, dan community.

Bazaar tersebut terbagi menjadi tiga zona. Pertama, Cultural Zone yang menampilkan kearifan lokal melalui pementasan seni dan budaya. Kedua, Creative Zone yang menjual cendera mata berupa kerajinan dan produk-produk kreatif lokal. Ketiga, Culinary Zone yang menyajikan kuliner lokal.

Selain itu, ITDC juga menyediakan fasilitas yang dapat mendukung operasional usaha, mulai dari bangunan, listrik, dan air untuk pedagang di sekitar Pantai The Nusa Dua, Bali.

Sebagai informasi, Paguyuban Pedagang Pantai di Kawasan The Nusa Dua merupakan kelompok masyarakat desa penyangga yang dahulu berprofesi sebagai nelayan dan pedagang pantai. Mereka kemudian direlokasi ke suatu lokasi yang berhadapan dengan pantai Kawasan The Nusa Dua.

Saat ini, terdapat sembilan kelompok paguyuban pedagang pantai dengan total anggota kurang lebih 468 orang. Mereka memiliki berbagai jenis usaha untuk kebutuhan wisatawan di kawasan The Nusa Dua, seperti menjual suvenir, penyewaan papan surfing,makanan dan minuman, serta pijat.

Masih di Pulau Dewata, HIN berupaya untuk membangkitkan pertumbuhan pariwisata dan pemulihan ekonomi nasional melalui program “Jelajahin Livin Sanur Fest”.

HIN pun berkolaborasi dengan 60 pelaku UMKM di provinsi Bali dan menyediakan booth untuk memamerkan produk-produk mereka.

Herdy mengatakan bahwa Injourney berkomitmen untuk selalu melibatkan pelaku UMKM dalam setiap perhelatan event pariwisata. Hal ini sesuai dengan cita-cita perusahaan untuk mendukung pertumbuhan UMKM.

“Dengan demikian, (Injourney) dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal ataupun nasional,” ujar Herdy.

Terdapat juga berbagai atraksi-atraksi lain yang dilakukan dengan kolaborasi anak usaha Injourney yang melibatkan pelaku UMKM dan komunitas. Misalnya, Volkswagen Festival 2022 di Candi Prambanan dan Festival Balkonjazz di Gasblock Balkondes PGN Karangrejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Selain itu, pada perayaan HUT Angkasa Pura II ke-38 yang digelar Agustus 2022 disemarakkan dengan kehadiran 3.800 produk UMKM di seluruh bandara yang dikelola AP II. Capaian ini berhasil meraih penghargaan rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) dalam kategori Local Creative Festival.

Memberikan program pelatihan dan pendampingan

Tak hanya memberikan ruang bagi UMKM untuk menampilkan produk-produk unggulannya, Injourney dan anak usahanya juga berkomitmen untuk melakukan pendampingan bagi pelaku UMKM.

“Injourney bersama anak perusahaan berkomitmen untuk memberikan pendampingan bagi para pelaku UMKM nasional. Dengan demikian, mereka dapat terus meningkatkan kualitas produk yang dijual dan mampu meningkatkan pendapatan serta membangun masyarakat di sekitarnya,” kata Herdy.

Dengan pendampingan, lanjutnya, pelaku UMKM dapat terus belajar, tumbuh, dan meningkatkan daya saingnya. Hal ini dapat membantu pelaku UMKM untuk menjangkau pasar maupun pelanggan yang lebih luas lagi.

Salah satu pendampingan UMKM dilakukan oleh TWC melalui workshop untuk optimalisasi branding, packaging dan digital marketing bagi UMKM di Balkondes Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan teknologi digital untuk memperluas pangsa pasar.

Selain itu, dengan pelatihan tersebut, dapat menambah wawasan digital peserta dan memperluas networking. Dengan begitu, mereka dapat meningkatkan omzet penjualan sehingga pembayaran angsuran menjadi lancar.

Injourney bercita-cita agar UMKM dapat tumbuh dan berdaya saing tinggi. Dengan demikian, UMKM yang merupakan ciri khas ekonomi kerakyatan Indonesia dapat berkembang dan menjadi tuan rumah di Tanah Air.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com