Advertorial

Presidensi G20 Jadi Momentum Tunjukkan Indonesia sebagai Negara Ramah Investasi

Kompas.com - 12/10/2022, 15:49 WIB

KOMPAS.com – Presidensi Group of 20 (G20) Indonesia pada 2022 menjadi momentum pemerintah untuk menunjukkan kepada negara-negara dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki daya saing dan ramah investasi.

Seperti diketahui, Presidensi G20 menjadi wadah dialog publik antara pemerintah dari negara anggota G20, pelaku usaha, serta pemangku kepentingan global untuk mengulas urgensi perdagangan dan investasi dalam mendorong perkembangan, pembangunan, serta pemulihan ekonomi global. 

Untuk mewujudkan negara ramah investasi, pemerintah telah melakukan sejumlah upaya. Pada regulasi, misalnya, pemerintah sudah menelurkan Undang-Undang (UU) No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Dilansir dari laman bkpm.go.id, UU yang dikenal sebagai omnibus law itu dibuat untuk memperbaiki iklim investasi dan mewujudkan kepastian hukum. Dengan demikian, kebijakan horizontal serta vertikal tidak saling berbenturan dan tak ada lagi regulasi yang tumpang tindih sehingga bisa memberikan kemudahan dalam membuka usaha.

Selain regulasi, pemerintah juga menjaga kondisi ekonomi agar bisa pulih selepas pandemi Covid-19. Hasilnya, kondisi makroekonomi termasuk stabil di antara negara-negara lain.

Jika ditilik dari tingkat inflasi per Mei 2022 berdasarkan data yang dimuat di laman tradingeconomics.com, Indonesia merupakan negara dengan inflasi terendah keempat di antara negara anggota G20 setelah China, Arab Saudi, dan Jepang.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, keberhasilan pemerintah dalam membendung krisis ekonomi di Indonesia disumbang oleh kebijakan peningkatan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) hingga lebih dari tiga kali lipat.

“Kalau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak kuat, tidak bisa melakukan fungsi sebagai shock absorber. APBN sebagai shock absorber bertujuan untuk mengendalikan inflasi, menjaga daya beli rakyat, dan menjaga momentum pemulihan," jelas Menkeu saat menjadi pembicara pada acara UOB Economic Outlook 2023, Kamis (29/9/2022).

Dengan kondisi tersebut, tak heran Indonesia dipercaya oleh perusahaan-perusahaan global sebagai tujuan investasi, sekalipun ekonomi dunia sedang tidak stabil.

Di sektor manufaktur, terdapat 10 perusahaan global tercatat sudah membenamkan modal di Kabupaten Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Terbaru, investor dari negara anggota G20 menyatakan minat membenamkan modal di sektor pariwisata.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyebut, para investor tersebut tertarik berinvestasi pada lima destinasi superprioritas (DSP) dan delapan kawasan ekonomi khusus (KEK) dengan investasi berbasis green tourism (ekowisata). 

“Ada minat dari Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, India, Rusia, Spanyol, dan dari beberapa negara anggota G20," ujar Sandiaga dalam Weeky Press Briefing yang digelar hybrid, Rabu (28/9/2022).

Kesiapan Bali

Selain pembenahan regulasi dan kondisi makroekonomi, tingkat daya saing investasi Indonesia bisa ditunjukkan lewat kesiapan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) di Bali, Selasa (15/11/2022) dan Rabu (16/11/2022).

Pada jumpa pers #G20Updates bertema “Kesiapan Pulau Dewata Sukseskan KTT G20” yang digelar Tim Komunikasi dan Media G20 secara virtual di Jakarta, Selasa (11/10/2022), Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali Gede Pramana mengatakan bahwa masyarakat Bali menyukseskan penyelenggaraan KTT G20. Selain itu, masyarakat Bali juga siap memanfaatkan peluang yang tercipta dari gelaran tersebut.

Gede Pramana menjelaskan, sejak rangkaian Presidensi G20 digelar di beberapa lokasi, termasuk di Bali, masyarakat, khususnya pelaku ekonomi, telah berbenah.

“Pendukung utama perekonomian Bali adalah sektor pariwisata. Oleh sebab itu, Presidensi G20 Indonesia membuat masyarakat Bali semakin optimistis untuk memacu kembali pergerakan ekonomi usai hantaman pandemi Covid-19,” ujar Gede Pramana dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa.

Dia berharap, kebangkitan sektor pariwisata tidak hanya mendongkrak perekonomian daerah, tetapi juga perekonomian masyarakat sekitar, terutama dalam upaya pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Pada kesempatan sama, Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengakui, seluruh rangkaian Presidensi G20 Indonesia 2022, mulai dari side event hingga KTT, akan membangkitkan sektor pariwisata Bali.

Terdapat tiga hal utama yang menjadi perhatiannya. Pertama, ajang internasional negara-negara G20 tersebut akan menjadi booster ekonomi. Seiring dengan perbaikan penanganan pandemi Covid-19, Presidensi G20 memicu kunjungan wisatawan ke Bali.

“Hotel-hotel mengalami peningkatan kunjungan. Bahkan, bisa dikatakan (bahwa kunjungan tersebut) menuju normal,” kata Agung.

Kedua, penyelenggaraan KTT G20 memberikan citra positif bahwa Bali layak menggelar event berskala internasional. Bali pun aman untuk dikunjungi.

Ketiga, pembangunan dan perbaikan infrastruktur menjadi faktor penting untuk menunjang pemulihan sektor pariwisata.

“Beberapa pembangunan yang dilakukan demi menyukseskan Presidensi G20 akan berdampak pada sektor pariwisata,” ujar dia.

Geliat sektor pariwisata Bali, kata Agung, terlihat dari tingkat kunjungan wisatawan nasional dan internasional. Tercatat, sekitar 10.000-15.000 wisatawan berkunjung ke Bali per hari.

Untuk diketahui, sebelum pandemi Covid-19 melanda, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mencapai 30.000 orang per hari. Artinya, geliat pariwisata di Pulau Dewata sudah menyentuh separuh angka jika dibandingkan pada kondisi normal.

“Hal tersebut membangun semangat kami. Terlebih, pemerintah pusat serta daerah juga terus membangun komunikasi dan kerja sama dengan kami untuk bersama-sama menumbuhkan kembali geliat ekonomi, khususnya di sektor pariwisata,” imbuh Agung.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com