Advertorial

Pertamina Gelar Coaching untuk 50 UMKM Semifinalis Pertapreneur Aggregator

Kompas.com - 13/10/2022, 15:49 WIB

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menggelar pembinaan atau coaching dan pendampingan kepada 50 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang masuk babak semifinal kompetisi Pertapreneur Aggregator. Para peserta akan mendapatkan kesempatan berdiskusi dengan fasilitator eksekutif secara privat untuk persiapan di babak semifinal.

Pertapreneur Aggregator sendiri merupakan salah satu program environmental, social, and governance (ESG) Pertamina dalam upaya mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) di seluruh wilayah operasional perseroan.

Program tersebut juga merupakan bagian dari tanggung jawab lingkungan sosial (TJSL) Pertamina dalam mewujudkan manfaat ekonom di masyarakat.

Vice President Corporate Social Responsibility (CSR) and Small Medium Enterprise Partnership Program (SMEPP) Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, coaching dilakukan agar pelaku UMKM bisa menjadi aggregator. Dengan begitu, mereka mampu membangun network collaboration dengan UMKM mitra binaan Pertamina lain.

Menurutnya, kolaborasi antar-pelaku usaha penting dilakukan sebagai upaya percepatan pertumbuhan sektor UMKM di Indonesia. Langkah ini juga dinilai dapat mendorong dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) melalui digitalisasi.

“Kolaborasi yang dilakukan antarmitra binaan diharapkan bisa dirancang secara matang sehingga benar-benar menguntungkan kedua belah pihak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” kata Fajriyah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (13/10/2022).

Lebih lanjut Fajriyah menjelaskan bahwa Pertamina juga menjalankan program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Upaya ini dilakukan Pertamina agar mendorong setiap mitra binaan bisa naik kelas dan go global.

“Pertamina ingin selalu menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi, energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan,” ujar Fajriyah.

Sebagai informasi, coaching Pertapreneur Aggregator dibagi menjadi enam break out room (BOR). Setiap BOR didampingi oleh fasilitator eksklusif dari MarkPlus selama satu jam.

Ada enam coach yang hadir dalam sesi tersebut, yakni Aurelius Kuhuwael, Nila Kresna, Arfani, Rininta Hanum, Magdalena Asmayasari, dan Satya Bilal.

Selama coaching berlangsung, peserta dapat berdiskusi dan membahas perbaikan yang diperlukan untuk mematangkan rencana bisnis yang akan dipresentasikan saat babak semifinal.

Peserta coaching diharapkan mampu melakukan analisis terhadap usaha dan potensi yang dimiliki, mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi di usaha masing-masing, menganalisis peluang serta menempatkan ide untuk kolaborasi dan inovasi, serta menganalisis peluang untuk implementasi inovasi.

Inovasi peserta coaching

Salah satu peserta kompetisi program Pertapreneur Aggregator adalah mitra binaan Pertamina asal Salatiga, Jawa Tengah (Jateng), Jegg Boy and Girl. UMKM itu bergerak di bidang jasa layanan ojek lokal untuk belanja di pasar tradisional.

Pemilik Jegg Boy and Girl Sahono mengatakan, konsep dari usahanya adalah “dibelanjain”. Ia menawarkan layanan belanja ke pasar tradisional untuk mengangkat pasar tradisional agar bisa bertahan dan tidak tergerus pasar modern.

Sahono bercerita bahwa sebelumnya, ia telah melakukan pendekatan dengan para pedagang di pasar tradisional. Kemitraan ini bertujuan untuk memenuhi permintaan kebutuhan pangan konsumen.

“Pendekatan yang dilakukan terkait ketersediaan barang yang berkualitas dan kesepakatan harga. Kami bermitra dengan para pedagang di dua pasar besar. Kami juga menyiapkan tas belanja ramah lingkungan agar pengguna jasa tidak perlu pakai kantong plastik,” jelas Sahono.

Sahono menilai, kolaborasi yang dilakukan dengan para pedagang di pasar tradisional tersebut menguntungkan satu sama lain. Kolaborasi mendorong para pedagang ikut berperan serta bertanggung jawab untuk menyediakan produk yang segar, bersih, dan berkualitas.

“Sementara, kami memberikan pelayanan yang baik agar loyalitas konsumen tetap terjaga. Hingga saat ini, sudah ada 230 driver aktif yang siap melayani konsumen untuk berbelanja. Sekitar 40 persen pengemudinya adalah perempuan dan berusia di bawah 35 tahun,” papar Sahono.

Sama seperti Sahono, Bambang Trimulyo sedang mengembangkan usahanya bernama Mina Bahari 45. Bambang mengembangkan factory sharing atau rumah produksi bersama. 

Fasilitas ini mewadahi UMKM dalam melakukan sterilisasi dan pengalengan produk olahan, seperti ikan laut, aneka sambal, gudeg, dan produk olahan makanan lain.

Sebagai informasi, Mina Bahari 45 milik Bambang telah mengantongi sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) internasional untuk ekspor. 

Selain itu, rumah produksi bersama itu juga telah melakukan kolaborasi dengan 35 UMKM yang tersebar di wilayah Pulau Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. 

“Para pelaku usaha dapat melakukan pengalengan makanan dengan kemasan industrial dan higienis. Jadi, mereka tinggal membawa produknya ke Mina Bahari 45 untuk dikemas, lalu siap dijual,” jelas Bambang.

Bambang menambahkan bahwa makanan kalengan yang dikemas di Mina Bahari 45 merupakan makanan ready-to-eat dengan ketahanan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet. Produk tersebut bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu diolah dan dipastikan sudah aman.

“Harapannya, saya bisa terus lolos di kompetisi Pertapreneur Aggregator agar bisa memperkenalkan exotic food khas Nusantara yang dihasilkan para UMKM ke mancanegara,” ucap Bambang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com