Advertorial

BRI Optimistis Perbankan Bakal Lebih Kebal Hadapi Masa Gelap Ekonomi Dunia

Kompas.com - 15/10/2022, 15:00 WIB

KOMPAS.com - Direktur Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI Sunarso meyakini bahwa perbankan akan jauh lebih kebal dalam menghadapi "era gelap" ekonomi dunia.

Keyakinan tersebut dinyatakan bukan tanpa alasan. Ia mengatakan, Indonesia sudah pernah mengalami krisis yang jauh lebih buruk pada Mei 1998.

“Episentrum krisis yang kelak populer dengan sebutan krisis moneter (krismon) 1998 itu memang berada di kawasan Asia dan sudah muncul sejak 1997,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (15/10/2022).

Dampak dari krisis tersebut, lanjut dia, mengakibatkan kurs rupiah melemah 54 persen terhadap dollar Amerika Serikat (AS)

Semula, nilai kurs 1 dollar AS masih setara Rp 2.500 per saham. Akibat krisis tersebut, nilai kurs 1 dollar AS menjadi setara Rp 16.000.

“Pertahanan perbankan nasional pun runtuh. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan saat itu sampai minus 15,7 persen,” jelas Sunarso.

Bahkan, imbuh dia, rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) mencapai level yang tidak terbayangkan sebelumnya, yaitu 48,6 persen.

Sunaso menjelaskan, pada masa itu, dampak krisis cukup luas hingga mencakup multidimensi, mulai dari sektor ekonomi, pasar keuangan hingga politik.

Meski berbagai sektor ikut kolaps, ia mengungkapkan bahwa krisis tersebut bukan satu-satunya yang pernah terjadi.

“Pada 2008 pernah terjadi krisis di AS dan Eropa yang turut berdampak pada pasar keuangan serta ekonomi dunia, termasuk Indonesia,” imbuh Sunarso di sela kegiatan Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2022.

Hal serupa, kata dia, juga terjadi pada 2013 dan 2020. Namun, menurut Sunarso, krisis pada 2020 merupakan hal yang paling berbeda.

Lebih lanjut Sunarso menjelaskan bahwa krisis 2020 diakibatkan adanya pandemi Covid-19.

Dampak dari pandemi tersebut telah menyebabkan kekuatan di sektor kesehatan, pasar keuangan, ekonomi hingga jaringan distribusi, dan daya beli masyarakat, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) goyah.

"Krisis 2020 ini memang paling mengejutkan, krisis yang pemicunya belum pernah kita alami seumur hidup generasi sekarang ini," ujar Sunarso.

Meski demikian, ia tak menampik jika Indonesia memang sering menghadapi krisis.

Adanya kejadian itu, menurut Sunarso akan dapat membuat imunitas perbankan, khususnya di Indonesia semakin membaik.

"Meski krisis saat ini mengejutkan dan terjadi merata di seluruh dunia, kami masih resilient. CAR sangat baik," tuturnya.

Hal tersebut dibuktikan dengan pencapaian CAR bank yang berada di level 24,25 persen, meski berada di tengah potensi terjadinya masa gelap ekonomi saat ini.

Selain CAR, Sunarso juga mengungkapkan bahwa NPL BRI saat ini jauh lebih baik dibanding pada krisis moneter 1998, hanya di kisaran 3,18 persen. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com