Advertorial

Antarkan UMKM Naik Kelas, BRI Perkuat Ekosistem Bisnis Berbasis Ekonomi Kerakyatan

Kompas.com - 27/10/2022, 20:59 WIB

KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mempertegas komitmennya dalam pemberdayaan ekosistem bisnis berbasis ekonomi kerakyatan. Komitmen ini diwujudkan melalui pendanaan hingga pendampingan usaha kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, langkah tersebut diambil perseroan demi menciptakan sumber pertumbuhan baru.

Hal itu ia sampaikan dalam acara Financial Inclusion Talk di Bali, Minggu (16/10/2022). 

Pada kesempatan itu, Supari mengatakan bahwa BRI menerapkan strategi go smaller, go shorter, serta go faster untuk memberikan nilai ekonomi dan sosial bagi masyarakat luas.

Pihaknya juga mengedepankan aspek-aspek pemberdayaan dan pendampingan dalam memperkuat ekosistem bisnis yang dirintis masyarakat di tataran akar rumput.

“Harapannya, akan terjadi akselerasi sehingga pelaku usaha dapat naik kelas atau skala usahanya semakin besar. Upaya ini kami harapkan dapat memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat,” kata Supari dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (27/10/2022).

Supari menambahkan, ketika kapasitas bisnis pelaku UMKM tumbuh, kebutuhan pendanaan juga akan semakin besar. Hal ini merupakan salah satu dari sumber pertumbuhan baru bagi bisnis BRI.

“Melalui penguatan ekosistem bisnis ini, kami optimistis sustainability pertumbuhan usaha masyarakat dapat terjaga dan semakin kuat,” ujar Supari.

Untuk itu, BRI terus mempertahankan optimisme tersebut dengan meningkatkan loyalitas dan keterlibatan masyarakat dengan memperluas akses serta mempercepat proses naik kelas bisnis UMKM.

“Melalui pemberdayaan yang sesuai dengan perilaku para pelaku usaha, kami juga mendampingi dan mengedukasi literasi dasar hingga digital dalam pengembangan usaha mereka,” papar Supari.

Pasar.id BRI yang memberdayakan UMKM

Peran BRI dalam menumbuhkembangkan UMKM telah diakui oleh Adjunct Lecturer di Kebijakan Publik Harvard Kennedy School Profesor Jay K Rosengard. Sebagai informasi, Jay memiliki pengalaman internasional selama 45 tahun dalam merancang, menerapkan, dan mengevaluasi kebijakan pembangunan.

Adjunct Lecturer di Kebijakan Publik Harvard Kennedy School, Professor Jay K Rosengard. 

Dok. BRI Adjunct Lecturer di Kebijakan Publik Harvard Kennedy School, Professor Jay K Rosengard.

Hasil riset Jay mengenai inklusi keuangan di Indonesia menyebutkan, peran BRI sangat besar dalam mendorong pelaku usaha untuk naik kelas.

“BRI menghadirkan model bisnis baru yang membuat perseroan dapat memiliki layanan yang efisien, infrastruktur, dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. (BRI) adalah salah satu contoh keberhasilan green revolution dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia,” ungkap Jay.

Jay menambahkan, kesimpulan tersebut merupakan hasil riset dan observasi yang dilakukannya di Provinsi Bali. Menurutnya, wilayah ini mengalami penguatan usaha pelaku UMKM berkat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI.

“Selain itu, adaptasi digital yang dilakukan BRI juga turut mendongkrak pelaku UMKM untuk memperluas pangsa pasar,” papar Jay.

Pada masa pandemi Covid-19, lanjut Jay, BRI telah melakukan inovasi melalui platform Pasar.id yang diimplementasikan di Pasar Kreneng, Denpasar, Bali.

“Upaya itu terus berlanjut dan dapat membantu memulihkan omzet pedagang serta retribusi kepada pengelola pasar. Mantri BRI yang bertugas di lokasi pun memiliki penguasaan potensi pasar yang sangat baik,” jelas Jay.

Sebagai informasi, dari total 337 pedagang yang terdaftar di Pasar.id, terdapat 288 pedagang atau sekitar 76 persen yang sudah menjadi nasabah BRI dengan total plafon mencapai Rp 8 miliar.

Bahkan, Pasar.id menjadikan Pasar Kreneng sebagai pasar unggulan terbaik di regional Denpasar. Rata-rata transaksi di wilayah ini mencapai 55 hingga 100 transaksi dengan omzet sekitar Rp 5 juta per hari.

Masih di daerah yang sama, Jay juga menemukan pemberdayaan kelompok Ubung 12. Kelompok ini merupakan nasabah binaan dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Mekaar yang tergabung dalam holding Ultra Mikro (UMi) sejak September 2021.

Kelompok binaan yang berdiri sejak 2020 itu memiliki 18 anggota dari berbagai usaha, salah satunya adalah kerajinan penjor. Besaran pinjaman kelompok usaha tersebut dimulai dari Rp 2 juta hingga Rp 4 juta dengan tenor 50 minggu dan angsuran Rp 100.000 per pekan.

Di wilayah Kuta, rekam jejak keberhasilan pemberdayaan BRI juga terlihat. Salah satunya, di workshop Arum Dalu Sekar milik Nawangsari Setyowati. 

Nawangsari bekerja langsung di lapangan dengan lebih dari 12 kelompok produsen yang berbeda dari berbagai ukuran dan di berbagai bidang produksi kerajinan tangan.

Ia pun mendukung kelompok produsen, mulai dari desain dan ide, dukungan teknis, masalah kontrol kualitas, administrasi, hingga pemasaran.

Saat ini, Nawangsari merupakan nasabah small medium enterprise (SME) Kanca BRI Kuta yang naik kelas. Dari plafon KUR sebesar Rp 500 juta, ia kini mendapatkan pembiayaan dengan plafon Rp 2,1 miliar.

Arum Dalu Sekar sendiri didirikan pada 1991 dengan 6 karyawan tetap. Karyawan UMKM ini memiliki keahlian dalam berbagai hal, seperti kontrol kualitas, pengepakan, dan komunikasi dengan produsen.

Arum Dalu Sekar mencakup spektrum besar kerajinan Indonesia, seperti aksesori wanita, perhiasan perak, tenun ikat, batik, fesyen, produk dekorasi interior, produk serat alam, dan peti mati biodegradable.

Workshop itu juga merupakan anggota Fair Trade Organization. Sebagai informasi, organisasi ini berperan dalam mendukung pembayaran harga yang wajar serta peningkatan standar sosial dan lingkungan pelaku usaha dan ekosistem bisnisnya.

Ekosistem usaha tersebut juga sangat kuat, bahkan jangkauan penjualannya pun menembus pasar global. Mayoritas produksi Arum Dalu Sekar saat ini berupa produk kerajinan peti mati biodegradable yang diekspor ke Inggris, Belanda, dan Australia.

Sebagian besar supplier bahan baku rotan Arum Dalu Sekar berasal dari Jawa Timur dan merupakan nasabah mikro BRI. Alur usaha yang saling beriirisan itu pun membentuk ekosistem UMKM BRI.

Selain Nawangsari, ada pula nasabah Dana Talangan Pasar Rakyat Indonesia (PARI) I bernama Nengah Suarsana. Ia merupakan nasabah binaan BRI Unit Denbantas Kanca Tabanan. 

Suarsana memiliki usaha di bidang pertanian sebagai pengepul gabah beras organik. Saat ini, Suarsana telah memiliki anggota sebanyak 128 petani dengan hasil produksi 10 hingga 20 ton hasil tani per bulan. Usaha tersebut telah berjalan sejak 2000.

Adapun pinjaman melalui PARI yang diterima Suarsana mencapai Rp 60 juta dengan tenor satu bulan. Dana talangan tersebut digunakan Suarsana untuk perputaran modal usaha pertanian.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com