Advertorial

BRI Angkat Potensi Ekonomi di Wilayah 3T lewat Program Pemberdayaan Terstruktur

Kompas.com - 28/10/2022, 20:37 WIB

KOMPAS.com - Masyarakat Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), semakin merasakan manfaat peran PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI sebagai agent of development.

Melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, BRI berupaya menumbuh kembangkan UMKM sehingga potensi ekonomi lokal turut berkembang.

Dalam kunjungannya ke Kupang, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa perseroan berupaya menciptakan sumber pertumbuhan bisnis baru. Upaya ini dilakukan dengan memperhatikan aspek people, profit, dan planet secara berkelanjutan.

“BRI ingin senantiasa tumbuh guna mengantisipasi tantangan juga persaingan di masa depan. Upaya yang dilakukan BRI di Kupang merupakan contoh kecil supaya perseroan bisa tumbuh secara berkelanjutan,” kata Supari dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (28/10/2022).

Supari melanjutkan bahwa guna menjangkau dan mengoptimalkan pelaku usaha ultramikro, BRI bersama Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) bersinergi melalui holding Ultra Mikro (UMi). 

Kehadiran holding UMi dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan keuangan dari ketiga entitas tersebut dalam satu tempat saja, yakni co-location Sentra Layanan Ultra Mikro (Senyum).

Penjualan silang di UMi juga ditunjang oleh digitalisasi proses bisnis serta layanan yang memadai. Salah satunya, melalui layanan Senyum Mobile.

Platform tersebut didukung BRISPOT yang menjadikan pengajuan kredit lebih cepat serta sistem pengelolaan saluran penjualan Pegadaian, Selena, yang terdigitalisasi.

Pegadaian Unit Busalangga, lanjut Supari, merupakan salah satu outlet dengan kinerja terbaik dengan angka non-performing loan (NPL) yang rendah. Melalui sinergi holding UMi, Pegadaian Unit Busalangga mengalami peningkatan dari sisi outstanding dan jumlah nasabah.

“Dari sisi BRI, unit perseroan juga mendapatkan manfaat dari pembukaan rekening oleh nasabah Pegadaian sehingga kedua entitas saling mendapatkan manfaat,” tuturnya.

Pada kesempatan sama, Adjunct Lecturer Kebijakan Publik Harvard Kennedy School Profesor Jay K Rosengard mengungkapkan, BRI telah berhasil membangun ekosistem community banking. Pasalnya, BRI punya peranan besar dalam mewujudkan inklusi keuangan di Indonesia.

“Sebagai bank dengan jaringan terluas di Indonesia, BRI menghadirkan layanan yang dengan masyarakat melalui branchless banking Agen BRILink,” tutur Jay.

Program pemberdayaan BRI di Kupang

Adapun program pemberdayaan di Kupang, salah satunya dilakukan BRI melalui melalui mitra Agen BRILink.

Salah satu mitra Agen BRILink di Kupang, Elia, mengatakan bawah saat ini, masyarakat sekitar tidak perlu lagi menempuh perjalanan selama 30 menit ke kantor cabang BRI terdekat.

“AgenBRILink memiliki beragam layanan perbankan yang dapat dipenuhi kapan saja. Nasabah tinggal datang ke warung kelontong milik saya,” tutur Elia.

Pulau Rote di NTT. DOK. BRI Pulau Rote di NTT.

Elia yang bergabung menjadi Agen BRILink sejak empat tahun lalu menyebutkan bahwa dengan menambah layanan menjadi agen Mitra UMi, dirinya dapat membantu masyarakat yang ingin mendapatkan pinjaman modal usaha, seperti berdagang dan bertani.

Selain dapat membantu masyarakat sekitar, Agen BRILink juga dapat meningkatkan pendapatannya. Elia pun melayani nasabah yang datang dari 3-4 kecamatan lain.

“BRI membantu masyarakat Rote mendapatkan layanan perbankan melalui Agen BRILink. Selain itu, menjadi Agen BRILink juga membantu usaha saya semakin maju,” ujarnya.

Selain membantu inklusivitas keuangan masyarakat, BRI juga memiliki program binaan kelompok usaha untuk mengembangkan usaha masyarakat di Kupang.

Teranyar, BRI sukses melambungkan Klaster Tenun Ikat Janur Kuning di Pulau Rote. Seperti diketahui, tenun ikat merupakan warisan budaya masyarakat di sana.

Mulanya, klaster usaha yang didirikan pada 2002 itu beranggotakan 5 orang. Seiring waktu berjalan, kelompok usaha ini mampu menambah jumlah anggotanya hingga 35 orang.

Pemimpin Klaster Tenun Ikat Janur Kuning Monica mengatakan, klaster usahanya memproduksi kain tenun ikat tradisional dengan menggunakan alat sederhana.

Meski demikian, pihaknya berupaya menghasilkan produk yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan kesejahteraan anggota kelompok usaha.

Untuk pemasaran, Klaster Tenun Ikat Janur Kuning tidak hanya menjual produk di Pulau Rote, tetapi juga melalui media sosial.

“Dengan demikian, konsumen yang berada di luar NTT, seperti Jakarta, dapat membeli produknya,” ujar Monica yang juga merupakan nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.

Sebagai pengusaha, lanjut Monica, dirinya menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari harga bahan baku yang semakin mahal hingga keterbatasan modal.

Meski demikian, dirinya optimistis bahwa pulihnya sektor pariwisata pascapandemi Covid-19 serta pinjaman KUR dan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) BRI, membuat anggota kelompok usaha dapat mengembangkan usahanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com