Advertorial

Data Regsosek Bisa Dioptimalkan Generasi Muda untuk Ikut Bangun Negeri

Kompas.com - 01/11/2022, 15:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Pembuatan basis data kependudukan tunggal melalui Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) dapat dioptimalkan oleh generasi muda untuk berkontribusi pada pembangunan negeri.

Pasalnya, data yang tengah dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak Sabtu (15/10/2022) hingga Senin (14/11/2022) mencakup profil, kondisi sosial, ekonomi, dan tingkat kesejahteraan. Data ini juga terhubung dengan basis data kependudukan lain hingga tingkat desa atau kelurahan.

Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Maliki mengamini hal tersebut.

"Regsosek sebagai salah satu big data dapat menjadi instrumen bagi generasi muda untuk bersikap kritis, mendorong, dan menyadarkan masyarakat untuk melakukan perubahan sosial yang positif," ujar Maliki dalam acara Regsosek Talk bertajuk "Generasi Muda Membangun Negeri", di Jakarta, Senin (31/10/2022).

Maliki menambahkan, generasi muda merupakan pengguna utama internet dan media sosial (medsos) di Tanah Air. Di sisi lain, mereka dikenal cakap mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta familier dengan big data sebagai bagian dari teknologi.

Oleh karena itu, generasi muda dapat berperan dalam menentukan kebijakan strategis di bidang teknologi, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Dengan demikian, pembangunan yang dilaksanakan pemerintah dapat terintegrasi, tidak tumpang tindih, dan efisien.

"Data Regsosek membantu pemuda untuk mengidentifikasi kelompok yang paling membutuhkan dukungan dan memerlukan perubahan. Dengan data yang baik, mereka dapat mengambil peran mengisi kesenjangan untuk kesejahteraan rakyat,” papar Maliki.

Berdasarkan data BPS 2022, imbuh Maliki, Indonesia memasuki periode puncak bonus demografi pada 2020 hingga 2030. Adapun lebih dari 63 persen populasi Indonesia pada periode itu merupakan generasi muda yang lahir setelah 1981.

“Inovasi generasi muda dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mencapai transformasi ekonomi, memberantas kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas,” terangnya.

Selain itu, lanjut Maliki, generasi muda juga berperan untuk mengembangkan, memperkuat, menggunakan, dan membantu menjaga pembaruan data Regsosek.

Peran pemuda dalam masyarakat dan organisasi kemasyarakatan juga dipandang strategis untuk menjaga kualitas dan kebaruan data.

“Melalui Regsosek, (kompetensi) pemuda pun dapat berkembang menjadi lebih optimal karena ketepatan sasaran program untuk meningkatkan kemampuan dan daya saingnya,” terang Maliki.

Modal manusia berkualitas

Pada kesempatan sama, tim asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede juga menyoroti peran krusial generasi muda untuk mendorong Indonesia keluar dari jebakan kelas menengah atau middle income trap.

Raden menyebutkan, Indonesia masih memiliki peluang untuk keluar dari jeratan middle income hingga kira-kira 2035. Momentum ini dinilai penting bagi generasi muda untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki bagi kemajuan bangsa.

"Setelah melewati 2034, kesempatan untuk keluar dari middle income trap akan hilang. Potensinya kecil. Berdasarkan patokan tahun tersebut, Indonesia masih punya waktu 12-14 tahun untuk melakukan berbagai upaya keluar dari jerat tersebut," terang Raden.

Raden menjelaskan sejumlah negara di Asia Timur yang berhasil keluar dari middle income trap, di antaranya Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan China.

Adapun middle income trap memiliki pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita sekitar 4.000 dollar AS. Sementara, negara yang berhasil keluar dari status tersebut memiliki PDB per kapita di atas 12.400 dollar AS.

"Negara-negara tersebut berhasil menerapkan industrialisasi, menyediakan lapangan kerja, dan mengentaskan angka kemiskinan. Ini upaya yang dapat mendorong mereka keluar dari middle income trap. Bila suatu negara didominasi orang tua, kesempatan keluar dari jebakan tersebut sulit diwujudkan," jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Raden, modal manusia (human capital) muda berkualitas menjadi kunci penting agar Indonesia dapat keluar dari middle income trap. Terkait Regsosek, menurutnya, modal manusia berbeda dengan konteks sumber daya manusia (SDM) atau human resource.

Adapun keberadaan SDM yang melimpah tak mengindikasikan suatu bangsa memiliki modal manusia berkualitas.

Ia pun menyarankan, data Regsosek juga harus tepat dalam memetakan kebutuhan generasi muda sehingga pemerintah dapat mengakomodasi program yang relevan untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki.

“Kalau hanya SDM, ini belum dapat menjadi modal. Hal yang kami harapkan bagi Indonesia adalah modal manusia muda dan produktif untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Potensi mereka harus dimaksimalkan,” kata Raden.

Peran penting Regsosek bagi generasi muda

Publik figur Tasya Kamila yang turut hadir pada kesempatan tersebut juga memandang penting kehadiran Regsosek bagi generasi muda untuk melakukan sejumlah aksi sosial bagi masyarakat.

Tasya turut menceritakan pengalamannya mengembangkan sebuah proyek energi di salah satu desa yang belum teraliri listrik di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), bersama yayasan lingkungan hidup Green Movement Indonesia.

“Aku pernah membuat satu proyek energi bersih di Sumba. Pada awalnya, aku berasumsi bahwa teknologi yang bisa digunakan untuk mengaliri listrik di desa tersebut dalam skala komunitas adalah panel surya,” kata Tasya.

Namun, seiring waktu berjalan, serta berbagai kegiatan focus group discussion (FGD) bersama warga lokal dan pemangku kepentingan, lanjut Tasya, panel surya ternyata tak relevan dengan kebutuhan masyarakat di lapangan.

Berdasarkan hasil FGD, imbuh dia, teknologi yang sesuai dengan karakteristik lingkungan dan masyarakat di sana adalah biodiesel.

“Sejak saat itu, saya belajar bahwa pendataan secara inklusif bisa dijadikan acuan dalam mengambil keputusan, termasuk kebijakan yang berkaitan dengan masyarakat luas. Dengan data yang lebih inklusif, berbagai pihak bisa memberikan solusi tepat guna, bukan berdasarkan asumsi,” paparnya.

Dengan data Regsosek yang terus terbarui dan terintegrasi, berbagai program, termasuk pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), dapat diwujudkan secara tepat sesuai kondisi riil di lapangan.

Tasya menambahkan, data Regsosek memiliki cakupan luas, mulai dari pemerintah pusat, daerah, hingga kelurahan. Dengan begitu, upaya Indonesia memiliki satu data (big data) dapat terwujud.

“Menurutku, Regsosek merupakan inovasi yang baik dan sangat diperlukan untuk membantu berbagai pihak untuk melakukan berbagai program tepat sasaran. Tak terkecuali generasi muda yang ingin berkontribusi bagi negeri,” kata Tasya.

Sebagai informasi, pelaksanaan Webinar Regsosek III merupakan upaya Kementerian PPN/Bappenas bersama BPS dalam mendukung pemahaman masyarakat akan peran penting pembangunan data sosial ekonomi melalui Regsosek.

Hal itu sejalan dengan amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato Rancangan Undang-Undang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU RAPBN) 2023 beserta Nota Keuangannya mengarahkan perbaikan basis data penerima melalui pembangunan data Regsosek.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com