Advertorial

Kemenkominfo: Generasi TikTok Adalah Agen Perubahan Masa Kini

Kompas.com - 02/11/2022, 15:54 WIB

KOMPAS.com – Penggunaan media sosial (medsos) ibarat pisau bermata dua. Satu sisi dapat memberikan dampak negatif, sementara di sisi lain banyak memberikan dampak positif.

Apalagi, di tengah gempuran berita hoaks, ujaran kebencian, radikalisme, dan pornografi. Oleh karena itu, generasi muda diharapkan bisa memanfaatkan medsos untuk memproduksi konten positif, berkarya, dan memperlihatkan bakatnya.

Salah satu generasi muda yang memanfaatkan medsos untuk hal yang positif adalah Aida Fitri. Ia rajin membuat dan mengunggah koreografi kreasinya ke platform berbagi video itu. Bahkan, salah satu koreo yang dibuatnya dipakai oleh grup boyband asal Korea Selatan, Treasure.

Aida terharu saat Treasure menampilkan koreografi untuk lagu Darari ciptaannya saat mengadakan konser di Olympic Park Hall, Seoul, Korea Selatan. Tarian itu merupakan salah satu koreografi paling fenomenal yang membuat Aida viral di TikTok, bahkan di platform medsos lain.

Saking viralnya, tarian kreasi Aida melahirkan tren "Darari Challenge" yang diikuti oleh banyak orang, mulai dari figur publik Indonesia hingga idol Korean Pop (K-Pop), seperti personel Winner Hoony, Jeon Somi, Sandara Park, dan Haechan dari NCT.

Berkat "Darari Challenge", followers Aida di TikTok dan Instagram pun meningkat pesat. Mahasiswa yang berkuliah di Universitas Syiah Kuala, Aceh, itu juga mengaku banyak mendapat tawaran endorse di medsos.

Aida pun banyak diundang untuk mengisi seminar dan panggung hiburan untuk membahas terkait menjadi influencer di medsos. 

"Alhamdulillah, followers saya meningkat pesat dan penawaran endorse pun semakin banyak. Saya sangat berterima kasih kepada warga TikTok karena (membuat viral) sampai dilihat oleh artis Indonesia dan Korea. Rasanya seperti mimpi," kata Aida dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (2/11/2022).

Aida mengungkapkan, ide untuk menciptakan koreografi lagu Darari muncul ketika sedang melihat TikTok pada tengah malam. Saat itu, ia melihat lagu-lagu Treasure di beranda TikTok. Ia pun langsung merekam koreografi ciptaannya dan mengunggah di akun miliknya.

Serupa dengan Aida, Mega Dwi Cahyani juga memanfaatkan TikTok untuk kegiatan positif. Awalnya, Mega ingin berkuliah, tetapi kedua orangtuanya tidak mampu membiayai.

Kemudian, Mega mencoba mengekspresikan dirinya melalui medsos, seperti YouTube dan TikTok. Bermodal sejumlah percobaan, ternyata video kreasi Mega menarik banyak perhatian. Bahkan, Mega dijuluki sebagai Ratu TikTok karena jumlah pengikutnya paling banyak di Indonesia.

"Uang yang saya dapatkan dari YouTube dan TikTok dipakai untuk membangun rumah orangtua. Saya juga bisa membeli kendaraan secara tunai dan tanah seluas 990 meter. Selanjutnya, saya ingin membiayai umrah dan haji kedua orangtua," ujar Mega.

Aida dan Mega adalah dua dari 191,4 juta pengguna medsos di Indonesia. Berdasarkan data dari We Are Social yang dihimpun pada 2021, jumlah pengguna medsos di Indonesia setara dengan 68,9 persen dari total populasi. Sementara itu, sebanyak 63,1 persen dari jumlah tersebut merupakan pengguna TikTok.

Melihat fenomena itu, Direktur Informasi dan Komunikasi Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia (Polhukam) Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) Bambang Gunawan menjelaskan, kebanyakan pengguna medsos adalah generasi muda dengan rentang usia antara 15 sampai 34 tahun.

Bambang menambahkan, kebanyakan dari mereka terlahir sebagai digital native. Hal itu menjadi ciri mereka dengan menjadikan internet sebagai bagian dari integral kehidupan.

"Mereka banyak melakukan perubahan di medsos. Untuk itu, (mereka) harus diberikan arahan yang jelas tentang bagaimana menggunakan medsos yang baik agar tidak terjerumus ke hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain," ujar Bambang.

Bambang menambahkan bahwa dengan cara itu, medsos akan menjadi ruang informasi yang kondusif dan sebagai cara baru dalam membentuk peradaban yang positif.

"Generasi TikTok bukan hanya anak-anak yang menggunakan TikTok, melainkan sebagai representasi generasi zaman sekarang yang banyak menghabiskan waktu di medsos serta melakukan gerakan sosial atau hal positif melalui platform tersebut," papar Bambang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com