Advertorial

Rayakan HUT ke-65, Pertamina Perkuat Aspek ESG Untuk Bisnis Berkelanjutan

Kompas.com - 03/11/2022, 15:52 WIB

KOMPAS.com — Memasuki usia ke-65, Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengelola aset negara di sektor energi, khususnya minyak dan gas (migas), berupaya menjalankan operasional bisnis yang ramah lingkungan, peduli dan bertanggung jawab secara sosial, serta bertata kelola baik.

Oleh karena itu, Pertamina berkomitmen akan menjalankan bisnis berkelanjutan dengan menerapkan konsep environmental, social, and governance (ESG) di seluruh lini bisnis perusahaan. Hal ini dilakukan mulai dari hulu hingga hilir pengolahan migas.

Adapun komitmen tersebut diwujudkan melalui 10 fokus program dan 16 gerakan inisiatif yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Penjabat Sementara (Pjs) Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari mengatakan, upaya bisnis berkelanjutan yang dilakukan oleh Pertamina didasari oleh kesadaran memelihara masa depan. Dengan begitu, generasi mendatang tidak harus mengorbankan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

“Oleh karena itu, di bidang lingkungan, kami mendukung upaya pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) dengan mengembangkan peta jalan yang meliputi dua pilar, yakni dekarbonisasi aset dan pembangunan bisnis hijau,” ujar Heppy dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (3/11/2022).

Pertamina, sambung Heppy, juga menerapkan tiga enabler, yaitu pelaporan dan penghitungan karbon, penguatan kapabilitas dan organisasi, dan keterikatan pemangku kepentingan.

Sejalan dengan upaya tersebut, katanya, Pertamina juga menjalankan delapan inisiatif transisi energi demi memproduksi energi baru terbarukan (EBT). Melalui inisiatif ini, perseroan menargetkan pengurangan emisi sebesar 30 persen pada 2030.

Proses pencapaian target pun sudah mulai dirasakan dengan penurunan emisi sebesar 7,4 juta metrik ton karbon dioksida ekuivalen (MmtCO2E) sepanjang 2010 hingga 2021.

Hasil tersebut diperoleh dari serangkaian upaya efisiensi energi di lini bisnis hulu dan pengolahan yang memanfaatkan kembali panas dari limbah dan aktivitas geotermal.

Pengolahan tersebut meliputi pemanfaatan flare gas untuk penggunaan sendiri dan suplai gas bagi konsumen di sektor hulu dan pengolahan, gasifikasi bahan bakar dan komersialisasi pelepasan karbon dioksida (CO2) kepada konsumen sektor hulu, serta optimalisasi aktivitas geotermal.

“Pertamina juga melibatkan mitra nasional dan internasional untuk mengeksplorasi kemitraan dalam rangka mendukung program dekarbonisasi dan mempercepat pertumbuhan EBT,” terangnya.

Di bidang sosial, sambung Heppy, Pertamina mengembangkan program corporate social responsibility (CSR) dengan pilar Pertamina Green untuk mendukung pelestarian lingkungan. Salah satunya, melalui program konservasi keanekaragaman hayati.

Melalui program tersebut, Pertamina berhasil menanam lebih dari 4,1 juta pohon dengan mengonservasi 95 jenis tumbuhan. Sementara untuk fauna, sebanyak 261 jenis hewan dengan total lebih dari 800.000 hewan berhasil dikonservasi.

“Pertamina juga berupaya membantu kebangkitan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) melalui program SMEXPO,” kata Heppy. 

Tak hanya itu, sejak 2019, Pertamina melakukan program affirmative recruitment bagi penyandang disabilitas. Bersama BUMN lain, Pertamina menjangkau kelompok jaringan penyandang disabilitas untuk menginformasikan peluang pekerjaan yang ada di Pertamina Group.

Pertamina pun membentuk komunitas pekerja perempuan bernama Srikandi dengan empat program utama, yakni Keberlanjutan, Pembangunan, Kesejahteraan, serta Kemitraan dan Komunikasi.

“Dari sisi sosial, Pertamina juga berkomitmen untuk mendukung perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia (HAM) dalam setiap kegiatan usaha,” tutur Heppy.

Dalam hal tata kelola, tambahnya, Pertamina telah memperoleh sertifikasi ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) untuk lingkup korporat. Sertifikasi tersebut menjadi bukti bahwa Pertamina sebagai holding BUMN migas telah menerapkan sistem manajemen antisuap di seluruh proses bisnis.

“Penerapan SMAP juga menjadi upaya kami dalam memperkuat tata kelola bisnis bersih dan transparan yang sejalan dengan komitmen pada pengelolaan ESG serta SDG,” kata Heppy.

Hingga 31 Desember 2021, ujarnya, tercatat ada 19 entitas Pertamina Group yang telah mengimplementasikan ISO 37000:2016. Dalam hubungan dengan pemasok, perusahaan juga menyertakan beberapa klausul terkait antikorupsi dalam proses registrasi pemasok sebagai bagian dari due diligence.

Komitmen tinggi Pertamina terhadap lingkungan, sosial, tata kelola, dan SDGs, mengantarkan Pertamina meraih skor sebesar 22,1 dalam pemeringkatan Lembaga ESG Rating Sustainalytics per Oktober 2022.

Lembaga tersebut menilai bahwa Pertamina berada pada peringkat risiko medium yang mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG. Peringkat risiko ini pun menempatkan Pertamina urutan kedua secara global dalam subindustri Integrated Oil and Gas.

Posisi tersebut, kata Heppy, melonjak tinggi dari tahun sebelumnya, yakni peringkat ke-8 dari 54 perusahaan.

“Komitmen keberlanjutan yang kuat tersebut berhasil mengantarkan kami dapat bersaing dengan perusahaan energi global lainnya,” katanya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com