Advertorial

Serba-serbi Kanker Paru-paru, dari Penyebab hingga Penanganan

Kompas.com - 04/11/2022, 10:11 WIB

KOMPAS – Kanker paru-paru merupakan penyakit kanker paling mematikan nomor satu di Indonesia.

Sebagai gambaran, menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian akibat kanker di Indonesia mencapai 234.511 orang pada 2020. 

Sementara itu, kasus kematian akibat kanker paru-paru mencapai 30.843 jiwa atau 9,6 persen dari seluruh kematian akibat kanker.

Spesialis Kanker Paru-Paru, Konsultan Senior, sekaligus Dokter Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Singapura, dr Chin Tan Min mengatakan, seperti kanker jenis kanker lain, kanker paru-paru tidak berkembang dalam semalam.

Dia menjelaskan bahwa kanker paru-paru terdiri atas dua jenis, yakni kanker paru-paru sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC) dan kanker paru-paru nonsel kecil atau non-small cell lung cancer (NSCLC).

“SCLC lebih jarang dijumpai dibandingkan NSCLC. Jenis ini terjadi pada sekitar 15 persen pasien kanker paru-paru. Sebagian besar pasien SCLC adalah perokok,” ujar dr Chin dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (28/10/2022).

Dia menjelaskan, SCLC merupakan bentuk kanker paru-paru yang lebih agresif dan dapat menyebar dengan cepat ke bagian tubuh lain.

Adapun tingkat kelangsungan hidup penderita kanker paru-paru dengan stadium lanjut cenderung lebih rendah jika dibandingkan penderita dengan status stadium awal.

Sementara itu, NSCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang lebih umum dijumpai. Jenis ini terjadi pada 85 persen penderita kanker paru-paru.

Pada kesempatan itu, dr Chin menjelaskan bahwa perokok memiliki risiko terbesar untuk terkena kanker paru-paru.

“Perokok memiliki kemungkinan 15 hingga 30 persen lebih besar untuk terkena kanker paru-paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Semakin dini seseorang mulai merokok, semakin besar risiko untuk terkena kanker paru-paru. Semakin cepat dia berhenti merokok, semakin rendah pula risiko terkena kanker paru-paru,” jelas dr Chin.

Seperti diketahui, jumlah perokok pria lebih banyak ketimbang perokok wanita. Oleh sebab itu, kanker paru-paru lebih umum dijumpai pada pria.

Namun, kanker paru-paru masih menduduki peringkat ketiga sebagai kanker yang paling umum dijumpai pada wanita di Singapura.

Sekitar 8 dari 10 wanita yang menderita kanker paru-paru bukanlah perokok atau pernah menjadi perokok.

Meski demikian, lanjut dr Chin, seseorang yang tidak merokok juga dapat terkena kanker paru-paru. Risiko ini bisa muncul akibat seseorang menghirup asap rokok orang lain (perokok pasif), terpapar bahan kimia tertentu, seperti asbes dan karsinogen, serta memiliki riwayat kanker paru-paru dalam keluarga.

Untuk diketahui, batuk kronis tidak selalu menjadi tanda kanker paru-paru. Namun, dr Chin menyarankan agar penderita batuk kronis segera memeriksakan diri ke dokter.

“Bila mengalami batuk terus-menerus selama lebih dari satu bulan, Anda harus pergi ke dokter dan memeriksakannya,” ujar dr Chin.

Spesialis Kanker Paru-Paru, Konsultan Senior, sekaligus Dokter Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Singapura, dr Chin Tan Min. 

Dok. Parkway Cancer Centre Singapura Spesialis Kanker Paru-Paru, Konsultan Senior, sekaligus Dokter Onkologi Medis Parkway Cancer Centre Singapura, dr Chin Tan Min.

Menurut dia, banyak kasus kanker paru-paru yang terdiagnosis ketika penyakit ini telah berada pada stadium lanjut.

Selain batuk kronis, gejala yang umum pada penderita kanker paru-paru adalah batuk darah, sesak napas, rasa lelah, kurang nafsu makan, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, dan nyeri dada.

Dokter Chin mengatakan, belum ada pemeriksaan penanda tumor yang spesifik untuk kanker paru-paru. Rontgen dada dan computerized tomography (CT) scan tidak terbukti efektif menurunkan angka kematian pada kanker paru-paru. Terlebih, keduanya menimbulkan efek radiasi terhadap tubuh.

“Kami biasanya tidak merekomendasikan CT scan kecuali bila pasien berisiko tinggi kanker paru-paru, misalnya perokok berat atau memiliki riwayat kanker paru-paru. Di samping itu, pasien juga harus melakukan evaluasi secara mendalam,” ucap dr Chin.

Pengobatan kanker paru-paru

Dokter Chin menjelaskan, jika sudah terdiagnosis kanker paru-paru, terutama stadium 1 dan 2, pasien direkomendasikan untuk melakukan operasi secara total guna membasmi sel-sel tumor yang terlokalisasi.

Operasi merupakan upaya terbaik untuk penyembuhan kanker. Dalam beberapa kasus, kami menindaklanjutinya dengan kemoterapi tambahan untuk mengurangi kemungkinan kembalinya kanker,” papar dr Chin

Sementara pada stadium lanjut, dokter akan mengombinasikan terapi radiasi dengan kemoterapi. Bahkan, pasien juga bisa mendapatkan terapi terarah dan imunoterapi.

Dengan kemoterapi, lanjut dr Chin, penderita kanker paru-paru stadium 4 memiliki tingkat kelangsungan hidup sekitar enam hingga delapan bulan.

“Pada 2004, kami mulai menggunakan terapi terarah. Pada 2015, kami menggunakan imunoterapi. Kedua terapi ini memperbaiki tingkat kelangsungan hidup yang cukup signifikan. Pasien kanker paru-paru stadium 4 rata-rata bertahan hidup selama dua hingga tiga tahun,” jelas dia.

Dokter Chin menjelaskan, terapi terarah menggunakan obat-obatan dapat menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker.

Perlu diketahui, sel-sel kanker paru-paru, terkadang memiliki mutasi dalam gen reseptor faktor pertumbuhan epidermal atau epidermal growth factor receptor (EGFR). Mutasi ini menyebabkan sel-sel kanker tumbuh dan membelah diri dengan cepat.

Selain terapi terarah, kanker paru-paru juga bisa ditangani dengan imunoterapi yang dapat menghambat kinase limfoma anaplastik atau anaplastic lymphoma kinase (ALK).

“Pasien yang menggunakan penghambat ALK dapat terus hidup selama dua hingga tiga tahun tanpa kambuh. Imunoterapi adalah peningkatan sistem kekebalan tubuh seseorang untuk membunuh sel-sel kanker,” jelas dr Chin.

Menurut dia, sel-sel kanker memiliki kemampuan untuk “berkamuflase” sehingga sel tersebut tidak terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Dengan imunoterapi, hal ini dapat dicegah. Sebab, sistem pengobatan ini dapat membuka selubung sel-sel tumor itu sehingga sistem kekebalan tubuh dapat memerangi mereka.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa imunoterapi dapat memperbaiki tingkat kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru secara signifikan.

Sebagai informasi, guna memberikan perawatan maksimal bagi penderita kanker paru-paru, Parkway Cancer Center menyediakan CanHOPE.

Layanan konseling serta dukungan kanker noprofit tersebut didukung oleh tim berpengalaman yang memberikan perawatan holistik dan berkualitas.

Melalui berbagai kegiatan, layanan itu mengampanyekan kesadaran terhadap penyakit kanker, pentingnya deteksi dini, dan berbagai pilihan pengobatan.

Informasi selengkapnya mengenai CanHOPE Jakarta dapat Anda temukan melalui layanan telepon dan WhatsApp di nomor 08111-934-673, e-mail jakarta@canhope.org, atau mengunjungi https://www.canhope.org/id/tentang-canhope/tentang-kami.

.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com