Advertorial

PLN Dapatkan Sejumlah Pendanaan untuk Wujudkan Target NZE 2060

Kompas.com - 07/11/2022, 19:50 WIB

KOMPAS.com - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mendapatkan sejumlah pendanaan untuk mewujudkan target net zero emission (NZE) pada 2060.

Pendanaan tersebut didapat berkat sejumlah langkah strategis yang dilakukan PLN dalam menarik minat berbagai pihak.

Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly mengatakan, pembiayaan yang dibutuhkan untuk mencapai target tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 700 miliar dollar Amerika Serikat (AS).

Besaran dana tersebut membuat PLN membutuhkan dukungan tambahan selain dari lembaga keuangan pemerintah.

Oleh karena itu, PLN menerbitkan dokumen Pernyataan Kehendak atas Kerangka Kerja Pembiayaan Berkelanjutan atau Statement of Intent on the Sustainable Financing Framework.

Dokumen tersebut diterbitkan sebagai salah satu strategi perseroan untuk mendapatkan bantuan dari sektor green financing.

Selain itu, PLN bersama pemerintah Indonesia juga menawarkan skema investasi yang inklusif untuk mencapai target dekarbonisasi melalui skema energy transition mechanism (ETM).

“Berkat upaya tersebut, PLN berhasil mendapatkan dukungan finansial sebesar 500 juta dolla AS dari perbankan internasional. Perseroan berhasil mendapatkan jaminan dari Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) yang merupakan anggota dari Grup Bank Dunia,” ujar Sinthya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (7/11/2022).

PLN akan lakukan early retirement untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dok. PLN PLN akan lakukan early retirement untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Tak sampai di situ, lanjut Sinthya, PLN juga memperoleh pembiayaan dari program Sustainable and Reliable Energy Access Program dari Asian Development Bank (ADB) sebesar 600 juta dollar AS.

Kemudian, PLN memperoleh dana pinjaman sebesar 610 juta dollar AS dari World Bank untuk proyek pumped storage pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berkapasitas 1.040 Megawatt (MW). Proyek ini merupakan pilot project PLN dalam pengembangan PLTA pumped storage di Indonesia.

“PLN pun telah menyelesaikan kerangka keuangan hijaunya untuk fasilitas green loan sebesar 750 juta dollar AS dengan beberapa bank internasional. Berikutnya, PLN akan menyusun ESG Framework dan ESG Linked Financing,” jelas Sinthya.

Sinthya menambahkan, dukungan juga dibutuhkan untuk membantu early retirement pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Langkah ini diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mengakselerasi penurunan emisi.

Selain dukungan biaya, dibutuhkan juga kerangka kebijakan yang mengatur tentang early retirement PLTU, jaminan ketahanan energi, dan diberlakukannya mekanisme perdagangan karbon atau pasar karbon.

"Kami selalu terbuka atas peluang kerja sama, baik melalui skema investasi maupun pengembangan teknologi. Ini demi mencapai target NZE 2060. Maka dari itu, kami terus membuka diskusi dengan semua mitra bisnis. Kami juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia untuk membantu menurunkan emisi karbon global," kata Sinthya.

Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly jelaskan bahwa PLN miliki peta jalan untuk wujudkan NZE 2060. Dok. PLN Direktur Keuangan PLN Sinthya Roesly jelaskan bahwa PLN miliki peta jalan untuk wujudkan NZE 2060.

Sebagai informasi, selain langkah strategis terkait pendanaan, PLN juga telah membuat peta jalan untuk mencapai target NZE 2060.

Adapun peta jalan tersebut terdiri dari tiga fase. Pertama, jangka pendek. Fase ini memiliki periode selama 10 tahun, yakni mulai dari 2021 hingga 2030. Pada jangka pendek, PLN tidak akan lagi membangun pembangkit batu bara baru untuk menghasilkan listrik.

Kedua, jangka menengah. Periode fase ini akan berlangsung mulai 2031 hingga 2060. Di sini, PLN akan melakukan beberapa langkah. Salah satunya, menyiapkan penyimpanan baterai untuk menunjang pembangkit listrik yang ramah lingkungan.

Ketiga, jangka panjang. Pada fase ini, PLN akan membangun teknologi dan ekosistem untuk mendukung energi bersih, seperti penggunaan kendaraan listrik dan penyediaan sertifikat energi terbarukan atau renewable energy certificate.

"Selain menentukan jangka waktu, kami juga mengembangkan ekosistem dan membangun kemampuan baru untuk mendukung teknologi yang ada,” terang Sinthya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com