Advertorial

Akselerasi Ekonomi Sirkular dan Pengurangan Potensi Timbulan Sampah Jadi Kunci Pencapaian Target Pengurangan Sampah Plastik di Lautan

Kompas.com - 10/11/2022, 14:59 WIB

KOMPAS.com – Sampah plastik masih menjadi masalah serius yang dihadapi Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) mencatat, dari 68,5 juta ton limbah yang dihasilkan pada 2021, sebanyak 11,6 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik.

Sampah plastik bahkan menyumbang 90 persen sampah yang ada di lautan. Oleh sebab itu, sejak 2017, pemerintah telah menargetkan untuk menekan sampah plastik di lautan hingga 70 persen pada 2025.

Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian LHK Novrizal Tahar mengatakan, implementasi ekonomi sirkular dapat menjadi salah satu upaya untuk menekan timbulan sampah, termasuk sampah plastik. Upaya ini pun memerlukan komitmen seluruh pihak.

Hal tersebut ia sampaikan pada rangkaian acara Road to Group of Twenty (G20) “Beating Plastic Pollution from Source to Sea” yang digelar di Bali, Kamis (3/11/2022) dan Jumat (4/11/2022). Adapun acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama National Plastic Action Partnership (NPAP).

“Tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan yang diterapkan secara efektif dan sejalan dengan model ekonomi sirkular merupakan strategi yang tepat untuk mengurangi sampah plastik serta meningkatkan kualitas penanganan sampah dan daur ulang di Indonesia. Pada akhirnya, sampah plastik yang sampai di laut dapat berkurang,” ujar Novrizal dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (5/11/2022).

Sesuai Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah, lanjut Novrizal, tindakan prioritas di seluruh ekosistem pengelolaan sampah mencakup pengurangan penggunaan plastik, inovasi kemasan, serta pemulihan, daur ulang, dan pengumpulan sampah plastik.

Pada kesempatan sama, Sustainable Development Program Leader Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste André Rodrigues de Aquino mengatakan bahwa pihaknya mendukung pemerintah untuk menekan jumlah sampah plastik yang masuk ke lautan.

Dukungan itu dilakukan melalui berbagai penelitian, bidang teknis dan rekomendasi kebijakan, serta investasi.

“Mengacu pada National Policy Action Partnership Policy Roadmap, untuk mengurangi jumlah sampah yang terlepas ke laut, diperlukan pengurangan, desain ulang (redesign), penggunaan ulang (reuse), dan daur ulang (recycle) sampah dari sumbernya di darat,” jelas André.

Peran produsen dukung praktik ekonomi sirkular

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ignatius Warsito menekankan bahwa produsen juga berperan penting dalam mendukung praktik ekonomi sirkular dan mengurangi potensi timbulan sampah.

“Kami mengapresiasi para produsen yang telah memberikan respons positif terhadap peraturan tersebut. Salah satunya, Danone-Aqua,” kata Ignatius.

Dia menilai, Danone-Aqua merupakan salah satu produsen yang aktif melakukan kolaborasi multipihak untuk mendukung terciptanya pengelolaan sampah.

Untuk mendukung Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut (2019-2025), Kemenperin terus mendorong kolaborasi antara industri fast moving consumer good (FMCG) dan lembaga daur ulang untuk menerapkan ekonomi sirkular dalam berbagai sisi.

Sebagai contoh, sisi fasilitasi insentif, business matching antar-pemangku kepentingan terkait, dan penyusunan standar.

Kolaborasi itu, sambung Ignatius, diharapkan dapat memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan sampah plastik.

Ignatius mengatakan, salah satu contoh nyata peran penting produsen untuk mengakselerasi pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah di Indonesia adalah pembangunan tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Samtaku Jimbaran, Bali. Adapun fasilitas ini pun dikunjungi oleh para undangan gelaran tersebut.

Sementara itu, Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengatakan bahwa pihaknya mendukung penuh pemerintah untuk mengurangi sampah plastik di laut.

“Kami menyadari, kompleksitas pengelolaan sampah plastik hanya dapat diselesaikan jika semua pihak memberikan kontribusi yang nyata dan kuat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan multi-stakeholder dalam pengimplementasian Peta Jalan Pengurangan Sampah yang digagas Kementerian LHK,” jelas Vera.

Dalam mendukung upaya itu, lanjut dia, Danone-Aqua menginisiasi gerakan #BijakBerplastik sejak 2018. Gerakan ini memiliki tiga fokus utama, yaitu pengembangkan infrastruktur pengumpulan sampah, edukasi terhadap konsumen dan masyarakat, dan inovasi kemasan produk.

Vera menjelaskan, pihaknya juga berkomitmen untuk mengumpulkan lebih banyak sampah plastik dibandingkan yang digunakan pada 2025. Danone-Aqua juga memperluas jaringan edukasi di sekolah-sekolah untuk mencapai lima juta anak dan lebih dari 100 juta konsumen hingga 2025.

Selain itu, Danone-Aqua juga berkomitmen untuk menggunakan kemasan yang 100 persen dapat didaur ulang dan digunakan kembali ataupun dikomposkan, serta meningkatkan proporsi daur ulang kemasan botol hingga 50 persen.

Sementara untuk mengurangi potensi timbulan sampah, kata Vera, Danone-Aqua juga menggunakan kemasan galon guna ulang sejak 1983.

“Melalui model bisnis guna ulang, saat ini, 70 persen bisnis kami telah menerapkan ekonomi sirkular sesuai dengan visi pemerintah dalam mengakselerasi implementasi ekonomi sirkular,“ tambah Vera.

Sebagai informasi, studi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) menyebutkan, galon guna ulang Aqua berkontribusi menekan potensi timbulan sampah hingga 770.000 ton dan emisi karbon hingga 1,6 juta ton per tahun.

Untuk diketahui, Danone-Aqua merupakan pelopor air minum dalam kemasan (AMDK) dan minuman ringan di Indonesia yang didirikan pada 1973.

Sebagai merek asli Indonesia, Danone-Aqua berupaya menyebarkan kebaikan kepada masyarakat dengan menyediakan hidrasi sehat dan menjaga keberlanjutan alam. Hal ini sejalan dengan visi Danone, yakni “One Planet, One Health”.

“Kami percaya bahwa kesehatan masyarakat ditentukan berdasarkan gaya hidup dan lingkungan sehat,” ujar Vera.

Sebagai perwujudan visi serta komitmen dalam mengelola operasional secara ramah lingkungan dan berkelanjutan, Danone-Aqua juga menerapkan inisiatif “One Circular Planet”. Inisiatif ini berfokus pada sirkularitas air, kemasan, dan karbon.

Vera menambahkan, Danone-Aqua juga memprakarsai program daur ulang pertama, yakni “Aqua Peduli” pada 1993. Program ini langkah awal menuju model pengemasan yang lebih sirkular.

“Saat ini, kami mampu mengumpulkan 12.000 ton sampah plastik setiap tahun melalui enam unit bisnis daur ulang berbeda di Indonesia,” imbuh Vera.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com