Advertorial

TF ESC B20 Lahirkan Kawasan Industri Hijau Pertama di Asia Tenggara

Kompas.com - 12/11/2022, 09:25 WIB

KOMPAS.com – Task Force Energy, Sustainability, and Climate Business 20 (TF ESC-B20) berhasil melahirkan kawasan industri hijau pertama di Asia Tenggara. Keberadaan kawasan industri hijau menunjukkan dekarbonisasi industri menjadi sangat penting, baik industri yang berdiri sendiri maupun kluster industri.

Chairwoman of TF ESC-B20 yang juga merupakan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, mendukung dekarbonisasi industri dapat mempercepat pencapaian target nol emisi karbon Indonesia pada 2060. 

Dukungan terhadap pengembangan klaster industri hijau juga akan menarik lebih banyak investasi asing yang akan datang sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja.

“Dekarbonisasi kluster industri memungkinkan kami untuk menerapkan pendekatan terintegrasi untuk transisi menuju nol emisi karbon,” ujar Nicke dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (12/11/2022).

Menurut Nicke, salah satu pilar penting dari dekarbonisasi adalah efisiensi energi dan sirkularitas dengan menggunakan teknologi yang sedang berkembang, seperti modernisasi alat dan komponen hemat energi serta adopsi sistem flaring recovery.

Inisiatif dekarbonisasi industri lainnya adalah penerapan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS) dan implementasi nature-based solutions (NBS).

“Indonesia memiliki 400 miliar ton potensi penyimpanan karbon dioksida (CO2) di reservoir kami untuk CCUS. Kami juga memiliki potensi NBS global terbesar ke-2 di dunia,” imbuh Nicke.

Nicke menambahkan, penggunaan energi di industri adalah yang tertinggi jika dibandingkan penggunaan energi di gedung dan sektor transportasi. Oleh karena itu, salah satu rekomendasi TF ESC-B20 adalah meningkatkan kerja sama global dalam mempercepat transisi ke energi berkelanjutan dengan mengurangi intensitas karbon di berbagai jalur serta dekarbonisasi industri.

Untuk itu, kata Nicke, efisiensi energi merupakan salah satu pilar penting dekarbonisasi yang akan berkontribusi untuk pencapaian target net zero emission (NZE). Secara global, efisiensi energi meningkat sekitar 13 persen pada periode 2000-2017. Jumlahnya akan terus meningkat sebanyak 12 persen jika efisiensi energi tidak dihentikan.

“Selama 10 tahun terakhir, konsumsi energi tumbuh pesat sebesar 47 persen. Menurut perkiraan terbaru, pengurangan CO2 rata-rata tahunan perlu meningkat lima kali lipat untuk mencapai target Perjanjian Paris. Laju transisi perlu dipercepat,” tutur Nicke.

Menurut Nicke, teknologi baru yang mempercepat konsumsi energi industri dan konsumen sangat penting untuk mendorong efisiensi. Selain itu, salah satu rekomendasi kebijakan dari TF ESC-B20 adalah meningkatkan kerja sama global dalam mempercepat transisi menuju penggunaan energi berkelanjutan.

“Kita harus lebih mendorong kerja sama global yang memungkinkan kita mempercepat NZE. Hal ini sejalan dengan tema G20, yakni Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat," kata Nicke.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com